PERTAMBAHAN SEJAK 40 TAHUN LALU

Daratan Desa Mekar Baru, Rangsang Barat Bertambah

Feature | Selasa, 23 April 2013 - 11:37 WIB

Daratan Desa Mekar Baru, Rangsang Barat Bertambah
Samad (60) warga Desa Mekar Baru, Kecamatan Rangsang Barat menunjukkan pertambahan tanah atau daratan yang terjadi didesanya, pekan lalu. Foto: AHMAD YULIAR/RIAU POS

Meski di sebagian besar di wilayah Pulau Rangsang terjadi abrasi yang membuat luas daratan berkurang, namun terdapat dua desa di pulau yang satu sisinya menghadap Selat Malaka itu malah daratannya bertambah.

-----------------------

Laporan AHMAD YULIAR, Rangsang Barat

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

-----------------------

CERITA abrasi sudah sering dilantunkan berbagai pihak termasuk media sendiri terhadap Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti. Abrasi tidak hanya membuat daratan saja yang berkurang, namun tidak sedikit rumah warga dan fasilitas umum lainnya seperti kuburan menjadi hilang ditelan ganasnya arus Selat Malaka.

Dua desa di Kecamatan Rangsang Barat malah daratannya bertambah. Bukan satu centimeter, bukan juga hanya satu meter, tapi bertambah hingga berkilo-kilo meter. Dua desa itu yakni Desa Melai dan Desa Mekar Baru.

Menurut cerita dari masyarakat di sana, bertambahnya daratan itu akibat lumpur yang dibawa oleh arus laut tinggal dan menempel di daratan yang sudah ada. Sejalan dengan tinggalnya lumpur itu langsung disambut tanaman bakau yang siap tumbuh untuk menjadikan lumpur itu sebagai penopang diri.

Sabtu (20/4), Riau Pos yang sudah mendapatkan cerita tentang bertambahnya daratan itu langsung saja menyeberang dari Kota Selatpanjang untuk melihat langsung daratan yang konon bertambah hingga berkilo-kilo meter itu.

Tiba di Pelabuhan Peranggas, Desa Lemang Rangsang Barat, Sopandi SSos telah menunggu dalam membantu Riau Pos untuk bisa tiba di Desa Mekar baru yang menjadi tujuan untuk menyaksikan daratan yang bertambah itu. Dengan menggunakan sepeda motor, kerusakan jalan poros yang sudah banyak berlubang menjadi lalu lintas kami.

Sekitar lebih kurang pukul 11.30 WIB, tiba di Jalan M Rustam, Dusun Sidomulyo, Desa Sungai Cina persis di depan SMA Pemda, Rangsang Barat kami mengisi perut terlebih dahulu. Sambil makan tiba-tiba datang Kepala Desa Mekar Baru, Nurdin mengampiri kami di sana. Tak berselang lama berbincang seraya memberikan informasi tentang daratan bertambah di Mekar Baru, hujan lebat pun turun dan menunda keberangkatan kami melanjutkan perjalanan.

‘’Memang daratan di desa kami bertambah. Persisnya saya tidak tahu sejak kapan dan sudah berapa kilometer bertambahnya, tapi memang bertambah dan tidak terjadi abrasi di wilayah kami,’’ ujarnya dalam obrolan kami.

Hujan berhenti, lebih kurang pukul 13.30 WIB perjalan dilanjutkan ke Desa Mekar Baru.

Di sepanjang perjalanan tanggul yang sudah pecah dan rusak menjadi pemandangan kami di sejumlah desa di Rangsang Barat yang memang menjadi lumbung padi itu hingga akhirnya sampai ke Desa Mekar Baru tepatnya di ujung jembatan yang memisahkan Desa Melai dan Desa Mekar Baru yang menjadin pemakaran melai sejak dua tahun lalu.

Di sana Kades memperkenalkan kepada kami pemilik warung Ahmadi (40) yang berada di ujung jembatan itu. Ke muara sungai yang tembus ke laut Selat Malaka itu ditunjukkannya bahwa dulunya hanya pantai saja. Namun kini sudah menjadi daratan dan ditumbuhi pohon bakau dengan sendirinya.

‘’Yang jelas sudah puluhan tahun lalu bertambahnya, kami yang sudah tinggal lima tahun di sini hanya mendengarkan cerita orangtua kami saja,’’ katanya.

Ahmadi langsung meminta bapak mertuanya yang memang sudah berpuluh tahun hidup di desa itu dan menjadi penduduk asli di sana. Tak berselang lama tibalah orangtua, dengan kondisi masih sehat, Samad (60). Meski sudah lebih setengah abad, namun perawakannya masih muda.

Dengan pasti Samad menegaskan bahwa tanah di Mekar Baru memang bertambah dan menjadi daratan sejak puluhan tahun bahkan mungkin ratusan tahun lalu. Dia menunjuk ke arah laut yang terlihat di sana dulu dia pertama kali tinggal saat masih muda. Setelah itu secara berangsur pindah ke arah darat dan setelah itu pindah lagi ke tempat dia memberikan ceritanya kepada Riau Pos tersebut.

Dia mengatakan sekitar empat puluh tahun lalu di tempat tinggalnya saat ini merupakan pantai dan banyak ditumbuhi tanaman bakau. Untuk memenuhi keperluan bakau masyarakat tinggal mengambil saja dengan diameter tanaman bakau mencapai 50 centimeter.

Pertambahan daratan itu lanjutnya disebabkan air laut yang datang dan menghempas ke daratan membawa lumpur dan meninggalkannya. Sejalan dengan itu tumbuhlah tanaman bakau di lumpur yang mulai tertumpuk dan semakin banyak hingga menjadi daratan.

‘’Pertambahannya sejak 40 tahun lalu lebih kurang 2 kilometer,’’ katanya seraya menunjuk ke sungai yang mengarah ke laut. Pria yang memiliki penakaran siput itu menuturkan juga pertambahan daratan itu bukan hanya di Desa Mekar Baru, tapi juga di Desa Melai.

Diceriatakan juga bahwa bukti bertambahnya daratan itu pernah suatu waktu alat berat membuat parit besar di tepi Sungai Melai tersebut dengan sangat dalam. Setelah sebulan, parit itu tiba-tiba saja hilang dan kembali tertutup seiring masuknya lumpur akibat dibawa air pasang laut yang masuk ke sungai.

Untuk membuktikan lebih jauh, Samad bersama Kades Mekar Baru dan Sopandi yang membantu Riau Pos menyusuri Sungai Melai tersebut untuk menuju pantai Selat Malaka. Dengan menggunakan sampan milik salah satu nelayan kami tiba di pantai yang dulunya hanya lautan. Di sepanjang sungai menuju laut tersebut terhambar tanaman bakau yang sangat rimbun. Seperti tertata dengan sengaja tanaman bakau itu tumbuh dengan rapi seperti taman tanaman bakau. Di tanahnya rata tanpa adanya ditumbuhi tanaman lain.

‘’Di sini dulu rumah saya tepat saat menjadi pantai,’’ kata Samad menunjuk hutan taman bakau itu. Ia mengatakan bahwa tanaman bakau jenis api-api itu akan lebih cepat tumbuh dan lebih banyak di saat satu batang pohonnya akan ditebang. Makanya menjadi pendukung bertambahnya daratan di sana.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook