DARI SALAWAT BEGHANYUT KELILING PULAU BENGKALIS (2)

Cara Ulama Jaga Pulau Agar Dijauhkan Mara Bahaya

Feature | Rabu, 22 Desember 2021 - 14:00 WIB

Cara Ulama Jaga Pulau Agar Dijauhkan Mara Bahaya
Sebagian jamaah Salawat Beghanyut saat berlabuh di Tanjung Jati,laut Desa Prapat Tunggal mengumandangkan salwat dan juga doa, Ahad (19/12/2021) petang. (ABU KASIM/RIAUPOS.CO)

BAGIKAN



BACA JUGA


Puncak Safari Salawat yang digelar selama dua bulan, diakhiri dengan Salawat Beghanyut mengelilingi pulau Bengkalis, yang berlangsung Sabtu malam hingga Ahad sore (18-19/12/2021). Selama dalam perjalanan mengelilingi pulau Bengkalis, rombongan jamaah sempat dihantam badai dan juga gelembong laut cukup tinggi.

 


Laporan ABU KASIM, Bengkalis

 

KEGIATAN Salawat Beghanyut yang sempat vakum pada 2020, akibat  pandemic Covid-19 melanda dunia, kegiatan yang menjadi salah satu ikhtiar para ulama, bersama jamaahnya,  agar negeri ini khususnya Pulau Bengkalis dan sekitarnya dijauhkan dari mara bahaya, musibah dan fitnah kepada negeri yang aman damai, tenteram, makmur dan sejahtera karena rezeki yang berkah.

Salawat Beghanyut sebuah sebutan yang mulai terdengar di masyarakat di pulau yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia ini, pertama kali digelar Oktober 2019 silam.  Kali ini, kegiatan yang ditaja Yayasan Sholla (Sholawat Laut) Indonesia kembali digelar selama satu hari dua malam.

Beda dengan pelaksanaan Salawat Beghanyut kali pertama, iven yang diharapkan menjadi iven wisata religi di pulau berbentuk pistol ini, sejak Sabtu (18/12) petang, memang Kota Bengkalis dan sekitarnya diguyur hujan yang sangat deras. Bahkan hujan kembali menyerang kala 13 armada pompong yang membawa sekitar 300-an jama’ah siap bergerak menuju ke arah Timur, berlawan arah jarum jam.

Sebelum belasan pompong ini bergerak, Rusli seorang jamaah yang berdiri di sisi dermaga Bandar Seri Laksamana (BSL) Bengkalis mengumandangkan azan pertanda kegiatan Salawat Beghanyut segera bermula kala itu jam menunjukkan telah lewat pukul sembilan malam.

Setelah pelepasan, titik awal bergerak berada di Kuala Sungai Bengkalis. Di sini dibacakan sholawat nabi Muhammad SAW, bacaan ayat suci Alquran dan kalimat thayyibah lainnya berbingkaikan gerimis yang masih setia.

Selesai agenda pertama, seluruh armada menuju ke mercusuar di Tanjung Padang Kabupaten Kepulauan Meranti. Di mercusuar ini armada 01 yang membawa pimpinan Majelis Ilmu dan Amal (MIA) Al Burdah Baa Khaalis 2002 Abah Ahmad Fadli Inayatullah, Buya Amrizal dan Ustadz Suyendri dan belasan jama’ah lainnya menambatkan tali. 12 armada lainnya saling bertambatan di sisi kiri dan kanan armada 01. Bacaan dan do’a pun dilafaskan terdengar jelas lewat pengeras suara, diamini jama’ah dari setiap armada.

Dalam membawakan bacaan kalimah Thoyyibah dan doa dilakukan secara bergantian antara armada yang satu dengan armada lainnya yang dipandu seorang habib maupun imam. Cuaca semakin bersahabat, perjalanan terus berlanjut, berkumpul kembali di Tanjung Senekip.

Dalam melanjutkan perjalanan, rombongan Sholawat Beghanyut diserang angin dan hujan. Terlihat beberapa orang jama’ah muntah karena mabok. Terlihat juga beberapa barang basah oleh semburan air menghempas lambung pompong. Atas kondisi ini, titik kumpul Tanjung Mayat ditiadakan.

Ketika hujan dan angin mulai reda, seluruh armada kembali berkumpul di Tanjung Jati penuh misteri tempat keluar masuk ikan terubuk. Di sini, tepatnya di laut Desa Prapat Tunggal, salawat kepada junjungan alam Rasulullah SAW, rangkaian doa kembali dibacakan, diaminkan dengan nada harap lewat makna pelaksanaan satu-satunya even yang ada di Indonesia ini.

"Kegiatan ini ke depannya menjadi sebuah aktivitas mendaerah  dan menjadi agenda tahunan karena budaya Salawatan yang semakin banyak diikuti generasi muda terutama generasi Kabupaten Bengkalis. Saya juga berharap agar sinergitas antara pemerintah daerah Kabupaten Bengkalis dengan panitia pelaksana sehingga menjadi sebuah even yang jauh lebih besar," pinta Ahmad Julham yang saat ini bekerja sebagai pengacara.

Selain tidak berkumpul di Tanjung Mayat, beberapa armada juga tidak diarahkan ke Tanjung Leban, Kota Dumai, ke Sepahat Kecamatan Bandar Laksmana dan tidak ke kuala sungai Bukit Batu. Hal ini sesuai arahan Abah Ahmad Fadli Inayatullah yang mengarahkan semua armada menyisir Pulau Bengkalis, armada  01 berhenti sejenak di kuala sungai Senderak tempat "Buaye Kopak" dulu tinggal dan di laut depan makam tua bernisan emas, Desa Pangkalan Batang.

Hujan dan angin yang yang mengiringi rombongan Salawat Beghanyut, menjadi tanda mereka ikut berdzikir. Zuriat Abdillah seorang panitia, juga Buya Amrizal yang duduk tak jauh darinya, di armada 01 berbeda tatap tapi ada harap agar Salawat Beghanyut akhir tahun 2022 kembali terlaksana. Jarak antara Zuriat dan Buya Amrizal, Ustadz Suyendri membuat mimpi.

Sebelum azan Magrib berkumandang, armada rombongan Salawat Beghanyut tiba di Pelabuhan BSL. Dua armada dari laut Prapat Tunggal kembali ke desa asal mereka Muntai, satu armada ke Rupat.

Setelah kata-kata pengantar pulang disampaikan Abah Ahmad Fadli Inayatullah, disambut doa Buya Amrizal dan Ustaz Suyendri, satu armada kembali ke Bukit Batu, armada lain ada yang kembali ke Desa Dedap Kabupaten Kepulauan Meranti, Prapat Tunggal, Air Putih dan Cik Mas Ayu serta Pedekik.

Dari kejauhan terlihat, istri tercinta datang bersama anak tersayang menjemput suami pembawa bahagia pulang ke rumah masing-masing dengan membawa cerita perjalanan Salawat Beghanyut yang juga sengaja dihadiri Habib Haris Al Mukhodor dari Jakarta.

 

Editor: Erwan Sani









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook