Sirip Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), yakni Jalan Tol Pekanbaru-Padang sepanjang 254 kilometer (Km) tampaknya tidak akan tuntas hingga 2024. Pemerintah pun menyiapkan skenario tahap I sebagai skala prioritas beroperasionalnya 3 seksi dari total 6 seksi jalan yang berliku mendaki gunung melewati lembah menembus bukit barisan ini, hingga berakhirnya masa jabatan Jokowi. Sisanya, masuk tahap II yang entah bila dimulai.
Laporan EKA GUSMADI PUTRA, Pekanbaru
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Overpass yang membentang di Rimbo Panjang menjadi pemandangan baru bagi pengendara yang melintas dari Pekanbaru menuju Danau Bingkuang, Kampar atau sebaliknya di jalan lurus batas kota tersebut sejak medio 2022 ini. Tampak juga pekerja proyek dan kendaraan truk pengaduk semen beraktivitas di atas overpass dari kejauhan.
Tepat di bawah overpass, pada sisi kanan dari Pekanbaru, tertulis besar Jalan Tol Pekanbaru-Bangkinang sebelum pos penjagaan, yang kini akses masuknya masih ditutup untuk umum. Meskipun begitu, sesekali terlihat ada kendaraan roda empat dan roda dua yang melintas ke luar maupun masuk ke jalan tol tersebut. Mereka adalah pekerja dan bagian dari pelaksana pekerjaan pembangunan.
Overpass yang terlihat dari jalan nasional ini merupakan Sta 9.100 dari rangkaian jalan tol Pekanbaru-Bangkinang sepanjang 40 km. Artinya dari Sta 9.100 hingga Sta 40.00, pekerjaan fisik ruas jalan tol sudah tuntas. Bahkan sempat beroperasional menyambut arus mudik dan arus balik 2022 lalu. Selama dua pekan, dari pagi hingga petang ratusan ribu kendaraan lewat ketika itu. Sekitar 31 kilometer dari Sta 9.100 hingga Sta 40.00 ini pula sudah mengantongi uji laik fungsi dari Kementerian Perhubungan dan mengantongi uji laik operasional dari Kementrian PUPR.
Dengan demikian dari Sta 9.100 ke bawah, hingga gerbang tol, masih ada pekerjaan fisik yang belum tuntas dan masih terus digesa. Jika sudah tuntas, posisi gerbang tol nantinya berada di sisi kiri jalan, jika dari ruas jalan nasional Pekanbaru-Bangkinang di Rimbo Panjang. Dari dari Sta 0.00 hingga 9.00 masih ada pekerjaan yang harus dilaksanakan.
Sta, dalam proyek infrastruktur merupakan singkatan dari stasiun. Sta merupakan tanda yang digunakan dalam proses pekerjaan yang biasa dijumpai pada patok-patok yang dipasang di jalan atau lokasi tertentu sebagai penomoran panjang jalan.
Stasioning adalah penentuan jarak yang pengukurannya dimulai dari titik awal. Adapun stasiun (Sta) merupakan jarak langsung yang diukur dimulai dari titik awal hingga titik yang hendak ditentukan stasiunnya. Penggunaannya berubah ketika ruas jalan tol sudah beroperasi yakni menjadi km atau kilometer. "Sekarang ke Bangkinang banyak titik macet. Juga ada buka tutup pekerjaan gorong-gorong. Jadi bisa lebih 3 jam dari Pekanbaru ke Bangkinang," kata seorang warga Pekanbaru Kurniawan pada pertengahan September lalu.
Kurniawan mengeluhkan kemacetan ruas jalan dari Pekanbaru ke Bangkinang yang memang dari dulu terdapat titik-titik keramaian yang menyebabkan kemacetan. Utamanya di beberapa pasar tradisional di Kampar yang berada di tepi jalan lintas. Sejak pertengahan 2022 ini, kondisinya diperparah dengan adanya perbaikan ruas jalan nasional, baik tambal sulam maupun pekerjaan box culvert di tengah jalan.
"Waktu Idulfitri, saya pernah lewat tol, itu tidak sampai setengah jam. Kenapa tidak dibuka saja ya jalan tol itu?," tanya Kurniawan.
Pada pekan pertama September 2022, Riau Pos mencoba melintas jalan nasional Pekanbaru-Bangkinang. Bertolak dari Kota Bangkinang sekitar pukul 19.00 WIB, terdapat beberapa titik kemacetan dan antrean panjang. Seperti di daerah Air Tiris, Kampa, dan Danau Bingkuang. Alhasil, perjalanan yang biasanya menempuh waktu kurang 2 jam akhirnya molor. Riau Pos baru tiba di Simpang Garuda Sakti, Panam sekitar pukul 22.32 WIB.
Berbeda jauh, ketika Riau Pos mencoba melewati Jalan Tol Pekanbaru-Bangkinang. Berangkat Selasa (20/9) sekitar pukul 10.00 WIB, tiba di gerbang ke luar tol Bangkinang sekitar pukul 10.20 WIB. Gerbang Tol Bangkinang ini berada di Bangkinang Seberang atau 5-10 menit lagi tiba di pusat Kota Bangkinang. Atau memangkas waktu normal perjalanan 1,5 hingga 2 jam.
Belum rampungnya Sta 0.00 hingga 9.100, maka Jalan Tol Pekanbaru-Bangkinang yang siap beroperasional sementara ini baru sepanjang 31 km. Sembari menanti tuntasnya persoalan berliku yang melilit di sisa 9 km, meskipun 3 kmdi antaranya sudah mulai di-rigid pavement.
Dengan begitu, jika gerbang tol Pekanbaru beroperasi sebelum berakhirnya 2022 ini, atau dalam waktu dekat ini, maka dipastikan hanya menggunakan single gate. Yakni di Gerbang Bangkinang. Yang termasuk lokasi pembayaran saat ke luar atau masuk dari sisi Bangkinang. Sementara dari sisi Pekanbaru tidak dikenakan biaya.
Lantas, kapan akan diresmikan Presiden Joko Widodo? Meskipun sudah pernah di uji coba dan mengantongi berbagai lisensi kelaikan, Project Director Tol Pekanbaru-Bangkinang PT Hutama Karya Bambang Eko menyebutkan, operasional tentunya menunggu Keputusan Menteri (Kepmen) PUPR RI dan izin dari Presiden RI Ir Joko Widodo. "Kalau kita, minta segera diresmikan untuk kemudian dioperasionalkan. Karena kan sudah siap semua. Posisinya kami juga menunggu itu (peresmian, red). Kalau memang September ini dilaksanakan, kita juga sudah siap," katanya saat berbincang dengan Riau Pos di gerbang Tol Pekanbaru, Selasa (20/9) pagi.
Kesiapan dimaksud, selain sudah uji coba, pihaknya juga sudah mengantongi laik fungsi dari Kemenhub RI dan laik operasional dari PUPR. Jalan Tol Pekanbaru-Bangkinang, terdapat satu gerbang tol, satu rest area, dengan lama pekerjaan sekitar 1,5 tahun dan melibatkan 500 pekerja lapangan. Rambu dan segala kelengkapannya juga sudah disiapkan di sepanjang jalan bebas hambatan yang membelah kebun-kebun sawit ini.
Bagaimana Sta 0-9 yang menjadi bagian ruas Tol Pekanbaru-Bangkinang, atau ada 9 km lagi yang belum tuntas? Kendala apa sebenarnya yang terjadi di lapangan? Menurut Bambang Eko, dengan menerapkan satu gerbang di pintu Bangkinang, maka kekurangan 9 km yang sedang diselesaikan merupakan bagian yang akan terkoneksi dari ruas Tol Pekanbaru-Dumai dan Pekanbaru-Rengat nantinya. Tanpa harus keluar pintu tol atau ke jalan nasional.
"Jadi persoalannya pada pembebasan tanah awalnya. Itu yang utama. Ketika lahan bebas, itu konstruksi lancar. Di mana ada tanah kehutanan yang mengharuskan ada pelepasan lahan dulu. Jadi, panjang 40 km, yang sudah tuntas 31 km. Ada sisa 9 km, sudah pekerjaan 3 km, dan tinggal 6 km itu daerah tanah kehutanan," beber Bambang Eko.
Secara keseluruhan, untuk status lahan Tol Pekanbaru-Bangkinang sekarang sudah 86 persen. Jika sisa 6 km dimaksud selesai sekarang, maka Desember 40 km jalan selesai. Karena, konstruksi fisik sesuai pembebasan lahan yang klir itu akan mengikuti dengan pekerjaan di lapangan.
Hutama Karya selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang ditugaskan pemerintah menyambungkan ruas JTTS pun sudah mengkomunikasikan dengan seluruh pihak terkait perihal sisa 6 km lahan tersebut.
"Atas masalah ini, di kehutanan itu ada tanah yang bersertipikat milik masyarakat. Harus dilepaskan dari kehutanan dengan PUPR dan kemudian PUPR dengan masyarakat nanti untuk ganti rugi. Di lahan tersebut ada perkebunan. Kalau ganti rugi masyarakat tidak ada masalah, tapi pada tumpang tindih statusnya. Semua sudah di meja menteri," ungkapnya.
Diakuinya, secara menyeluruh untuk pekerjaan ruas tol di Riau berjalan kondusif. Bahkan pemda juga intensif membantu beberapa hal berkaitan dengan kendala di lapangan. "Harapannya tentu bisa segera untuk yang 31 km sudah selesai ini karena memang dapat memangkas waktu tempuh dari di atas 2 jam kalau lewat jalan utama menjadi kira-kira 20-25 menit," sambung Bambang Eko.
Sementara itu, Branch Manager Tol Pekanbaru-Dumai AA GD Indrayana yang juga nantinya akan menggawangi ruas Jalan Tol Pekanbaru-Bangkinang jika sudah beroperasional menyatakan timnya sudah disiapkan. Di mana terdapat 106 personel yang akan ditempatkan di lokasi proyek tersebut, berikut 22 kendaraan operasional dan pemeliharaan.
"Persiapan operasi untuk 31 km ini sudah disiapkan, baik sarana prasarana, peralatan, dan sumber daya manusia. Jadi kami dari tim operasional dan pemeliharaan stand by. Apabila diresmikan dan beroperasi, semua sudah siap," kata Indrayana saat ditemui Riau Pos di gerbang Tol Bangkinang, Selasa (20/9).
Jalan Tol Pekanbaru-Padang untuk seksi VI Pekanbaru-Bangkinang yang sudah dikerjakan dan sudah dilewati kendaraan pada arus mudik 2022 diharapkan dapat segera dioperasikan terlebih dahulu. Sembari menanti pekerjaan ruas selanjutnya yakni Bangkinang-Pangkalan yang semula seksi V ini direncanakan sepanjang 56 km berdasarkan data yang dirangkum Riau Pos pada 2019 silam, seksi IV Pangkalan-Payakumbuh sepanjang 58 km, kemudian seksi III Payakumbuh-Bukittinggi 34 km, dan seksi II Bukittinggi Sicincin 38 km.
Pada perjalannya, dan melihat pembebasan lahan yang stagnan di seksi II-IV dan sempat terhentinya pekerjaan pada seksi I, maka kemudian ada perubahan dalam pekerjaan sirip JTTS untuk ruas Jalan Tol Pekanbaru-Padang sejauh 254,8 km ini. Dari 6 seksi ruas jalan tol ini, pemerintah pada 2021 lalu mulai menggesa 3 seksi prioritas yang dikerjakan sebagai bagian memperlancar konektivitas antar dua provinsi, yakni Riau dan Sumatera Barat. Tiga seksi prioritas ini kemudian masuk dalam tahap pertama.
Pihak PT Hutama Karya (Persero) selaku pelaksana pekerjaan tol ini yang ditugaskan oleh pemerintah, selalu pengembang proyek berkolaborasi bersama PT HK Infrastruktur (HKI) dan PT Wijaya Karya (Persero), Tbk (Wika) selaku kontraktor utama untuk seksi prioritas yang masuk dalam tahap I pembangunan.
Di mana HKI bertanggung jawab untuk konstruksi di Seksi Pekanbaru–Bangkinang (40 km) dan Seksi Sicincin–Padang (36 km). Sedangkan Wika bertanggung jawab di Seksi Bangkinang–Pangkalan (25 km), atau ada perubahan panjang pekerjaan dari perencanaan awal dengan tahap I untuk ruas Bangkinang-Pangkalan.
Direktur Operasi III Hutama Karya Koentjoro mengatakan hingga saat ini proses konstruksi di Jalan Tol Pekanbaru–Padang yang terbagi atas 6 seksi berjalan cukup baik terutama untuk tiga seksi prioritas.
"Untuk ruas Pekanbaru-Padang, saat ini kami fokus pada tiga seksi prioritas dengan progres konstruksi cukup signifikan yakni Seksi 6 Pekanbaru-Bangkinang yang sudah mencapai 83 persen, di mana untuk km 9 sampai km 40 sudah selesai 100 persen dan telah dilakukan uji laik fungsi jalan tol oleh BPJT dan pihak terkait lainnya," beber Koentjoro.
Kemudian, lebih lanjut dijelaskannya perihal seksi prioritas lainnya, adalah Seksi 5 Bangkinang-Pangkalan dengan progresnya sudah 60 persen, dan Seksi 1 Padang–Sicincin mencapai 45 persen. "Sedangkan sisa ruas tol lainnya yakni Seksi 4 Pangkalan–Payakumbuh (58 km), Seksi 3 Payakumbuh-Bukittinggi (34 km), dan Seksi 2 Bukittinggi-Sicincin (38 km) masih dalam tahap perencanaan," terang Koentjoro.
Di samping proses konstruksi, pembebasan lahan juga berjalan cukup baik utamanya pada ruas Tol Pekanbaru–Bangkinang. Meski demikian, Hutama Karya tidak memungkiri bahwa perusahaan kerap dihadapkan oleh kendala di lapangan di mana pembebasan lahan di wilayah Sumatra Barat masih menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan hingga saat ini.
"Di ruas Tol Padang–Sicincin, dengan kendala lahan yang sempat dihadapi, perusahaan hanya dapat mengebut konstruksi tol sesuai dengan lahan yang telah dibebaskan. Namun seiring berjalannya waktu dan dukungan dari berbagai stakeholder setempat, kami dapat kembali on track dalam menyelesaikan target pembangunan. Kami mengapresiasi seluruh koordinasi yang baik antar pihak sehingga diharapkan pembangunan Tol Pekanbaru-Padang ini dapat berjalan lancar dan kembali berjalan sesuai target yang telah ditentukan," terang Koentjoro.
Dengan adanya pekerjaan tahap I sebagai skala prioritas pemerintah untuk Jalan Tol Pekanbaru-Padang, maka ruas seksi V Bangkinang-Pangkalan yang semula 56 km atau hingga Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat menjadikan seksi ini pada tahap I hanya sepanjang 25 km. Atau, jika dari gerbang Tol Bangkinang berada pada Sta 64.700.
Sta 64.700, Seksi Bangkinang-Pangkalan ini jika dilintasi, maka pengendara nantinya akan ke luar di exit tol di tahap I, tepatnya di Desa Tanjung Alai, Kecamatan XIII Koto Kampar. Atau sebelum jembatan pertama PLTA Koto Panjang. Dan masih dalam wilayah Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
"Untuk tahap I Bangkinang-Pangkalan ini, sepanjang 24,7 km kita optimis selesai. Dan menjadi penyambung Pekanbaru-Bangkinang, Bangkinang-Pangkalan sepanjang 64,7 km. Exit tolnya nanti di Tanjung Alai," kata Project Director Tol Bangkinang-Pangkalan PT Hutama Karya Bambang Hendarto kepada Riau Pos di Tanjung Alai.(das/bersambung)