KAFE DAN RESTO DENGAN SUASANA MEMIKAT

Menjelajahi Tempat-tempat Nongkrong Asyik di Polandia

Feature | Jumat, 22 Juni 2012 - 09:48 WIB

Menjelajahi Tempat-tempat Nongkrong Asyik di Polandia
Jejeran kafe Kota Gdansk, Polandia, jelang pertandingan pertama di kota tersebut, Spanyol versus Italia. (Foto: hendra eka/jpnn)

Budaya nongkrong memang bukan melulu milik orang Indonesia. Orang Eropa pun sangat senang duduk santai ngobrol ngalor-ngidul sambil minum bir dan mengudap makanan kecil. Tak terkecuali orang Polandia. Berikut beberapa spot nongkrong paling asyik di negara co-host Euro 2012 itu.

Laporan JPNN, Warsawa

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

STARE miasto. Setelah berkunjung ke Polandia selama tiga pekan, kata-kata ini menjadi sangat akrab di telinga. Bagaimana tidak. Setiap kota besar yang didatangi JPNN pasti memiliki stare miasto, alias kota lama. Mulai dari Warsawa, Poznan, Wroclaw, Krakow, hingga Gdansk.

Kota lama ini punya satu ciri, yakni seluruh bangunannya bergaya arsitektur kuno. Entah barok, gothic, hingga Rococo. Memang rata-rata sudah berdiri sejak akhir abad 17 atau awal abad ke-18. Nah, kota-kota tua inilah yang menjadi sentra berkumpulnya anak nongkrong di Polandia.

Agak tidak tepat kalau disebut anak nongkrong. Karena yang suka menikmati kota-kota tua ini bukan hanya anak muda. Orang dewasa hingga warga evergreen pun tidak bosan-bosan menghabiskan banyak waktu di sini.

Tidak mengherankan. Sebab, stare miasto bagaikan toko serba ada bagi penggila nongkrong maupun wisata kuliner. Segala jenis makanan ada, tinggal pilih yang sesuai selera. Harganya variatif, mulai dari 10 zloty (sekitar Rp28 ribu), hingga 50 zloty (setara dengan Rp140 ribu) sekali makan.

Stare miasto di Gdansk misalnya. Kota lama ini sangat unik. Terdiri dari sebuah lorong yang panjangnya kira-kira 700 meter, dijaga dua gerbang melengkung di kedua sisinya. Lantainya adalah paving stone, dan dipagari gedung-gedung cantik bergaya gothic. Di tengah ruas jalan itu, terdapat patung Neptunus yang menjadi lambang kota pelabuhan Gdansk.

Nah, di seluruh ruas jalan itu, berdiri kafe-kafe dan restoran yang menawarkan suasana memikat. Baik atmosfernya, maupun masakannya. Kebanyakan berupa kafe-kafe outdoor yang menyegarkan. Ada yang menggunakan kanopi dan payung-payung besar, tapi ada pula yang memanfaatkan rindangnya pohon sebagai atap alami.

“Rata-rata restoran dan kafe di sini menjamur pada awal 1990-an. Tapi banyak juga yang baru berdiri pada dekade 2000-an,” ungkap Agniezska Kakolewska, manajer restoran Elephant Club. Resto cantik ini menawarkan dua konsep, outdoor dan indoor. Bagian luar furniturnya serbakayu. Sedangkan resto di bagian dalam nuansanya sungguh jazzy. Dengan tembok bercat merah, kursi dan sofa cozy, juga live band.

Kalau Elephant Club menyajikan aneka kuliner western, ada restoran Sphinx yang menyediakan masakan Timur Tengah. Ada pula tujuh sushi, yang dari namanya saja ketahuan resto ini menyediakan masakan Jepang. Masakan Italia, masakan Belanda, India, hingga makanan cepat saji seperti burger dan hotdog khas Amerika Serikat juga ada.

Tak ketinggalan, tentunya, masakan asli Polandia. Banyak sekali resto yang menyediakan zuppa (sup) dan pierogi, semacam siomay yang isinya bermacam-macam. Seperti resto Kuchnia Kosyiska, yang spesialis polish cuisine. Ada bigos, kielbasa, kotlet, dan hidangan tradisional lainnya.

Tempat nongkrong di Gdansk seperti tidak habis-habis. Keluar dari gerbang belakang stare miasto, terdapat pula sungai Motlawa yang indah.(na/ted)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook