ARIO ANINDITO, KOMIKUS BANDUNG YANG TEMBUS PRODUSEN KOMIK BATMAN-SUPERMAN

Bangga Namanya Tercantum di Komik AS

Feature | Minggu, 21 April 2013 - 08:52 WIB

Bangga Namanya Tercantum di Komik AS
Ario Anindito, komikus asal Bandung yang berhasil menembus DC Comics yang merupakan produsen komik terbesar di Amerika Serikat. foto: istimewa

Komikus Indonesia yang mampu menembus DC Comics, perusahaan komik terbesar di Amerika Serikat, tergolong langka. Ario Anindito merupakan seorang di antara segelintir anak muda Indonesia yang mampu menembus perusahaan yang telah menelurkan berbagai komik populer sejagad itu.

-------------------------

Laporan JANESTI PRIYANDINI-BAYU PUTRA, Jakarta

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

-------------------------

Karir Ario Anindito di DC Comics berawal saat ia menampilkan sejumlah karyanya di situs Deviantart. Lewat situs seni rupa itu, Ario memajang sejumlah karya ilustrasi. Mulai ‘’Nadya and the Painkillers’’, ‘’Old Foe’’, hingga ‘’Future Sarah’’. Tak disangka, karya tersebut dilirik seorang agen asal Italia bernama Tomasson. Sebelumnya, sekitar 2009, ia membuat komik indie pertama di sebuah majalah kompilasi. Judulnya Nadia and The Painkillers.

Tomasson beberapa kali mengorbitkan komikus dari berbagai negara ke DC. ‘’Saya nggak tahu bagaimana agen itu bisa tahu saya. Mungkin dia lihat karya saya, lalu berusaha mengontak saya,’’ tutur Ario ketika ditemui di Plaza Senayan, Jakarta, pekan lalu.

Sang agen lalu memasukkan karya Ario ke perusahaan komik yang dikenal dengan tokoh superhero-nya itu. Ternyata, ia dinyatakan lulus dan menjadi salah seorang penciller di DC untuk serial spin-off Batman, yakni Redhood and The Outlaws.

Penciller sebenarnya sama dengan komikus. Namun, penciller dalam industri komik di AS diartikan sebagai orang yang menerjemahkan cerita dalam bentuk visual atau gambar. Sebagai penciller, Ario tak harus bekerja di AS. Ia bisa mengerjakan komik di kamar tidurnya di Bandung yang ia sebut studio. ‘’Internet memudahkan segalanya,’’ terang pemuda 28 tahun itu.

Pembuatan komik dimulai saat DC mengirim naskah skenario ke Ario melalui Tomasson. Naskah itu kemudian diterjemahkan Ario dalam gambar kasar di panel komik. Gambar kasar itu ia kirim ke sang agen yang kemudian diteruskan ke DC.

Setelah menerima pekerjaan Ario, DC meneliti dan melakukan beberapa perbaikan sebelum dikirim lagi ke Ario. Gambar setengah jadi itu lalu disempurnakan lagi oleh Ario. Begitu selesai, gambar langsung dikirim kembali ke DC melalui Tomasson. ‘’Tugas saya hanya menggambar. Saya tidak tahu siapa yang mewarnai,’’ lanjutnya.

Setiap bagian dikerjakan oleh orang yang berbeda dari seluruh penjuru dunia. Karena itu, bisa saja yang mewarnai gambar Ario adalah orang di Jepang. Ario baru tahu hasilnya saat komik itu sudah jadi.

Karena Ario merupakan salah seorang penciller, DC mengirim komik yang sudah jadi ke alamat rumahnya tahun lalu. Tak terbayang betapa bangganya Ario melihat namanya ada di komik tersebut. Sepuluh tahun lalu, membuat komik untuk DC Comics adalah mimpi bagi Ario. Namun, suatu hari, perusahaan yang melahirkan tokoh Superman, Batman dan Wonder Woman itu mengirim sebuah komik untuk Ario. Komik hasil karyanya.

‘’Meski dikirimi, saya tetap membeli komik itu. Sebab, rasanya puas banget kalau beli komik yang ada nama kita di dalamnya,’’ ungkapnya bersemangat.

Selama membuat komik untuk DC, Ario sama sekali belum pernah menginjakkan kakinya di AS. Meski ia bisa saja ke sana, pemuda yang mengaku belum berkeluarga itu lebih nyaman jika menggambar di studionya, yakni kamar tidurnya yang nyaman di sebuah kawasan di Bandung. Selain itu, Ario tak pernah bertemu muka dengan agennya. ‘’Kami berhubungan lewat Skype,’’ ujarnya.

Tak jarang, selama bekerja sama dengan sang agen, ia harus bangun dini hari. Maklum, perbedaan waktu antara Indonesia dan Italia mencapai enam jam. Sang agen mengurus segala pekerjaan Ario di Eropa. Karya Ario memang tak hanya diminati DC Comics. Sejumlah penerbitan komik di Eropa juga tertarik menggunakan jasanya.

Ario lalu bercerita soal keterlibatannya dalam komik terbitan Prancis. Saat dikirimi naskah, ia sempat bingung. Sebab, naskahnya ditulis dalam bahasa Prancis. Otomatis, ia harus menerjemahkan naskah itu lebih dulu. Sudah ada beberapa komik terbitan Prancis yang merupakan hasil karyanya. ‘’Tapi, sampai sekarang saya tidak pernah dikirimi komiknya,’’ lanjutnya lantas tertawa.

Melalui agennya itu, pria berkepala plontos tersebut juga sempat ditawari membuat komik keluaran Walt Disney. Salah satunya, film Wreck it Ralph produksi Walt Disney Pictures yang kemudian komiknya dibuat. ‘’Saya sempat diminta membuat komiknya,’’ ucapnya.

Namun, Ario tak bersedia. Alasannya, saat itu dirinya masih mengerjakan proyek iklan di Jakarta. Alumnus arsitektur Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung itu memang merupakan tenaga freelance di sebuah agen periklanan di Jakarta. Meski freelance, Ario tetap profesional menjalani pekerjaan itu. Beberapa iklan karyanya tayang di televisi. Salah satunya adalah produk rokok.

Ia juga sering jadi pembicara seminar di kampus-kampus. Ketika sedang menjadi pembicara, sangat banyak pertanyaan yang ditujukan padanya. Termasuk, alasan ia tak ingin memajukan industri komik Indonesia dan malah bekerja untuk perusahaan komik asing. Ketika itu, pembicara lain justru memberi jawaban bijaksana. ‘’Teman saya itu bilang, kalau orang beli komik DC dan ada nama Ario Anindito di situ, orang akan melihat nama Indonesia,’’ ungkap Ario menirukan jawaban temannya tersebut.

Efeknya setelah itu, kata dia, orang akan mencari tahu tentang komik Indonesia. Itu berarti orang Indonesia diakui dan dianggap memiliki kemampuan lebih. Menurut dia, bukan saatnya komikus Indonesia saling serang. ‘’Sebab, kita masih di posisi mendaki, belum puncak. Kalau kita saling hantam, nanti habis sendiri,’’ ujarnya.

Selain bekerja sebagai comic artist, desainer dan periklanan, Ario menjadi art director di film layar lebar.(*/c5/ari/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook