JERIT BATIN SHARA MARINETA, PUTRI ALMARHUMAH ZURAIDA

Perawat RSUD Hanya Diam Walau Mama Sudah Teriak-Teriak

Feature | Selasa, 21 Januari 2014 - 17:53 WIB

Perawat RSUD Hanya Diam Walau Mama Sudah Teriak-Teriak
Shara Marineta alias Ira (kiri) dipeluk Aisyah Sani saat melayat ke rumah duka di Jalan Kosgoro Tanjungpinang, Senin (20/1). foto: lara / batam pos

Mata Ira,  masih terlihat bengkak, meski tidak sesembab Minggu (19/1) lalu. Ia tampak berusaha tegar. Wajahnya pun lebih cerah dibanding hari sebelumnya. Meski masih kerap menangis saat menceritakan almarhum ibunya kepada Aisyah Sani, istri Gubernur Kepri HM Sani yang melayat ke rumahnya, kemarin.

Laporan Lara Anita, Tanjungpinang

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

”Mama sudah teriak minta tolong ke perawat. Minta dipasangin oksigen tapi tak ditanggapi,” ucapnya sambil menangis, kepada Aisyah Sani.

Dalam pelukan Aisyah Sani, Ira masih menyesalkan perlakuan para perawat di RSUD Kota Tanjungpinang tersebut. ”Mama teriak-teriak, tapi mereka diam aja. Kasihan mama,” ujarnya.

Sambil mengusap punggung Ira, remaja yang baru menginjak kelas 3 di salah satu SMA Negeri di Kota Tanjungpinang itu, Aisyah Sani mencoba menenangkan. ”Yang sabar ya, nak,” ujarnya.

Para kerabat yang hadir saat itu, tidak mampu membendung air mata. Melihat kesedihan Ira, merekapun ikut menitikkan air mata.

”Waktu Ira beli obat ke apotek, mama nggak diurusin. Mama didiemin aja sama mereka (perawat, red),” ujarnya lagi.

Ira menceritakan, ibunya mengeluh sakit dan minta diantar ke rumah sakit sekitar pukul 01.00 Wib hari, Minggu (19/1). Kemudian sampai di RSUD Kota Tanjungpinang setengah jam setelahnya.

Sesampainya disana, Ira diminta perawat untuk menebus obat terlebih dahulu ke apotek di luar rumah sakit. Karena obat yang dibutuhkan tidak tersedia di rumah sakit.

”Mereka bilang harus tebus obat dulu,” kenang Ira.

Ira pun kemudian membeli obat di apotek dan meninggalkan ibunya sendiri. Betapa teriris hati Ira, sekembalinya ke ruang IGD RSUD Kota Tanjungpinang, mendapati ibunya belum disentuh sedikitpun oleh perawat. Dan makin bertambah sakit hatinya melihat teriakan minta tolong ibunya tidak diacuhkan perawat yang sedang berjaga.

”Mama sampai nyebut ‘Lailahailallah’. Terus minta tolong dipasangin oksigen. Mama sesak sampai kejang nahan sakit,” kata Ira sesenggukan.

Kurang lebih 1 jam Ira dan ibunya tidak mendapatkan perlakuan dan pelayanan dari perawat. Melihat kondisi ibunya semakin memburuk, Ira sempat membentak perawat untuk segera membantu ibunya. Tapi Ira mengatakan perawat seolah ogah membantu.

”Ira panik lihat mama, makanya Ira sempat membentak mereka,” tambah Ira.

Pukul 02.30 Wib, mama Ira menghembuskan nafas terakhirnya. Disaksikan anak sulungnya tersebut. Tepat di hari ulang tahun Ira ke-18.

”Malam itu mama sempat ucapin selamat ulang tahun ke Ira. Tapi mama ngga ikut ngerayain,” ujar Ira.

Ira pun tidak bisa menahan tangisnya seketika itu. Melihat kondisi Ira, Aisyah Sani terus mengusap punggungnya. ”Sudah, nak. Nggak usah cerita. Nanti kamu tambah sedih,” ujar Aisyah menenangkan Ira.

Aisyah menyayangkan tindakan perawat di rumah sakit tersebut yang dinilainnya pilih kasih. Namun ia mengagumi Ira yang tetap kuat. Aisyah Sani tidak henti memeluk Ira dan mengusap punggung Ira untuk menenangkannya.

Ia menyarankan keluarga alamrhumu untuk bertemu dokter, menanyakan langsung mengapa tidak dilayani dengan baik. Hal ini supaya mengurangi perasaan yang mengganjal hati.

”Supaya lebih lega. Dan diharapkan agar tidak terjadi lagi kejadian seruapa. Perasaan yang tidak enak disampaikan saja. Tapi sebaiknya tunggu Ira benar-benar kuat. Kasihan kalau ditanya terus,” ujar Aisyah Sani.

Aisyah Sani sempat diceritakan perihal suntikan yang diberikan pihak rumah sakit kepada almarhumah. Pada waktu almarhumah kejang disebabkan menahan sakit. ”Terlalu banyak kalau disuntik sampai tiga kali, dalam waktu satu jam,” cetusnya.

Keluarga almarhumah langsung menimpali ucapan Aisyah Sani dengan mengatakan suntikan yang diberikan untuk pasien penderita epilepsi. ”Biasanya cuma butuh oksigen, bukan suntik. Lagian almarhum tidak mengidap epilepsi. Nggak ada keturunan juga,” ujar keluarga yang melawat.

Suami almarhum, Imam Kurnia, 44, terlihat lebih banyak diam menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan. Hanya sesekali ia menjawabnya, itupun dijawab dengan mata yang mendung, dan bibirnya bergetar. Terlihat jelas sedang menahan kesedihan yang mendalam.

”Biasanya kalau diobati langsung sembuh,” ujarnya kemudian.

Imam mengaku ikhlas melepas kepergian sang istri yang telah dikebumikan Minggu (19/1) lepas ashar kemarin. Tapi ia dengan jujur tidak bisa melupakan kenangan bersama sang istri.

”Kenangannya belum bisa saya lupakan,” ujarnya. Sejurus kemudian air mata pun tidak mampu ditahannya.

Sambil terisak ia bercerita dan membandingkan layanan RSUD Kota Tanjungpinang dengan rumah sakit di daerah asalnya, Surabaya.

”Di sana sangat beda dengan di sini. Pelayanan di sana cepat dan perawatnya ramah-ramah. Biasanya istri saya sendirian kalau berobat,” ujarnya.

Ia pun berniat akan mendatangi pihak rumah sakit untuk menanyakan secara langsung perlakuan yang diterima istrinya. Ia juga menyayangkan ketersediaan obat yang tidak memadai.

”Seharusnya ventoline ada di rumah sakit, istri saya tidak menderita epiliepsi. Dari keturunan juga tidak ada, istri saya murni asma. Saya juga tidak tau itu disuntik apa, nanti saya tanya lagi,” ujarnya.

Ia meminta kepada pihak rumah sakit untuk lebih profesional dan mencontoh rumah sakit lainnya. Ia berharap kejadian serupa terulang lagi.

Sebelumnya salah seorang keluarga almarhum mengatakan, almarhum sempat berdandan saat akan tidur. Hal itu membuat bingung Ira, sang anak.

”Ira sempat nanya, mama kenapa dandan. Tapi kemudian almarhum menjawab. Cuma untuk jaga-jaga aja. Takut ada keperluan mendadak,” ujar keluarga almarhumah, Nita.

Setelah itu, Zuraida tidur. Namun pukul 01.00 Wib, ia bangun karena sakit dan meminta Ira mengantarkan ke RSUD. Di RSUD itulah ia menghembuskan nafas terakhirnya. ***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook