BATIK ORNAMEN MELAYU, KARYA IBU BHAYANGKARA

Dari Bahan Reject, Berubah Tas Cantik

Feature | Sabtu, 21 Januari 2012 - 10:23 WIB

Dari Bahan Reject, Berubah Tas Cantik
Miranti Handayani Ginanjar memperlihatkan hasil karya batik yang sudah selesai diproduksi, Jumat (20/1/2012). (foto: mirshal/riau pos)

Laporan M NURMAN ALI, Kota mnurmanali@riaupos.com

Kreasi Batik Ornamen Melayu karya tangan ibu-ibu Bhayangkara semakin berkembang.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Setelah sebelumnya mengkreasikan Batik Sajadah Sabit Muhammad, ibu-ibu pimpinan Miranti Adang Ginanjar, istri Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol R Adang Ginanjar ini, mengkreasikan tas tangan dari bahan reject Batik Sajadah Sabit Muhammad.

‘’ni dibuat dari bahan reject Batik Sajadah Sabit Muhammad,’’ ujar Miranti pada Riau Pos, Jumat (20/1) siang di kediamannya.

Di kediaman Kapolresta Pekanbaru ini, sekitar 20 orang ibu-ibu Bhayangkara  tampak telaten membuat pola, menjahit bahan kain yang akan dijadikan tas.

Pada sisi-sisi halaman yang digunakan, susunan sajadah yang dibuat tampak berjejer indah.

Istri Kapolresta Pekanbaru, Miranti Adang Ginanjar mengatakan, kreasi batik menjadi tas dibuat agar bahan Batik Sajadah Sabit Muhammad yang tidak terpakai, dapat dimanfaatkan.’’Hasilnya lumayan juga. Sampai saat ini kita sudah memproduksi 100 buah tas,’’ kata Miranti.

Dikatakannya, kelebihan dari batik yang diproduksi oleh ibu-ibu Bhayangkara Polresta Pekanbaru ini memiliki keunggulan dalam kombinasi warna dan corak yang indah, terang dan berani.

’’Ibu-ibu ini berani memainkan warna. Itu juga mereka sendiri yang membuat. Saya hanya mengajarkan awalnya saja,’’ ujarnya.

Dari hasil karya tangan ibu-ibu Bhayangkara ini sudah tercipta tiga varian Batik Ornamen Melayu. Sajadah, tas, dan sajadah berbahan sutra.

’’Harganya berbeda-beda. Sajadah Sabit Muhammad harganya Rp150 ribu, tas Rp75 ribu, sedangkan sajadah berbahan sutra Rp200 ribu,’’ kata istri Kapolresta ini. Hingga saat ini, telah dihasilkan 1.000 lembar Sajadah Sabit Muhammad, 100 buah tas, dan 200 lembar sajadah berbahan sutra.

Dari keseluruhan produksi yang dihasilkan, 90 persennya merupakan pesanan dari penyuka batik di Jakarta..

’’Saat ini memang banyak yang memesan dari Jakarta. Selain itu dari Malaysia juga ada. Lumayan, memesan sampai 30 buah. Untuk di Riau kita masih coba mengenalkannya. Akan kita coba berkoordinasi melalui kerjasama dengan pencinta batik di Riau,’’ paparnya.

Melalui Batik Ornamen Melayu ini, Miranti Adang Ginanjar berharap, ibu-ibu Bhayangkara di lingkungan Polresta Pekanbaru bisa mencari pendapatan tambahan bagi keluarga melalui batik.

’’Nanti saat saya dan suami pindah, mudah-mudahan ibu-ibu di sini sudah punya keahlian yang baik dalam membatik. Awalnya kita rangkum sekitar 40 orang. Lalu menjadi 20 orang yang benar-benar berminat. Dari 20 orang ini, 8 orang mahir dalam membatik menggunakan canting. Mereka juga kita bawa ke Pekalongan untuk belajar membatik,’’ urai Miranti.

Sementara itu, Murni (42), salah satu ibu Bhayangkara yang membatik mengaku senang dengan kegiatan ini.

’’Batik tidak sulit, yang diperlukan hanya kesabaran dan ketelitian,’’ ungkapnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook