KALAU HUJAN, SEPERTI BELUM MERDA

Keterbatasan Infrastruktur di Kawasan Wisata Rupat

Feature | Kamis, 20 Juni 2013 - 09:10 WIB

Laporan MARRIO KISAZ, Rupat marriokisaz@riaupos.co

Rupat diproyeksi sebagai salah satu ikon wisata di Riau, sebab memiliki pantai nan eksotis. Tapi ironis, kondisi alam yang seharusnya menjual tidak didukung kelayakan infrastruktur darat maupun laut.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Saat ini, kondisi jalan berdebu, berlubang, bergelombang dan jadi kubangan di saat hujan.

Hamparan mangrove (bakau) menyambut pengunjung yang ingin menginjakkan kaki di Pulau Rupat, Bengkalis.

Begitu juga pasir putih panjang di pesisir pantainya, menjadikan Rupat layak dilihat dari keaslian alam untuk dikunjungi. Juga di sisi kanan dan kiri terlihat pulau-pulau kecil yang menyejukkan mata saat memandangnya.

Jangan dibayangkan keelokkan alam Rupat nan indah menawan itu sebanding dengan infrastruktur yang ada. Bila melihat dekat infrastruktur yang ada, kalimat keterisolasian agaknya bisa dilekatkan terhadap Rupat.

Riau Pos menyisir kawasan Rupat dan deretan pulau-pulaunya akhir pekan lalu dan merasakan langsung kondisi infrastruktur yang miris ini. Infrastruktur yang miris itu dimulai dengan kondisi jalan yang berdebu, berlubang dan bergelombang. Hal itu seakan menjadi pemandangan biasa bagi warga sekitar Kelurahan Tanjung Kapal, Kecamatan Rupat. Masyarakat harus ekstra hati-hati melalui jalan yang masih memprihatinkan itu.

Saat musim hujan, jalan utama yang menjadi akses transportasi utama untuk pengangkutan hasil pertanian serta perkebunan tersebut jadi medan yang sulit ditempuh. Pilihan yang berat. Namun karena itu akses satu-satunya yang bisa dilalui warga, mau tidak mau masyarakat harus rela menempuh berbagai rintangan.

Riau Pos mencoba melintasi jalan tersebut menggunakan sepeda motor. Awalnya, disambut jalan yang sudah dibeton. Namun, begitu memasuki perumahan dan akses jalan poros, kondisi memprihatinkan mulai terlihat.

Walaupun ditimbun tanah, beberapa ruas jalan masih terdapat lubang-lubang menganga dan belumpur. Dengan berhati-hati, sepeda motor yang dikendarai mulai berjuang keras melewati lubang-lubang yang memiliki diameter bervariasi. Mulai dari 40 centimeter hingga lebih dari satu meter. Mengendarai sepeda motor pun harus memerlukan keseimbangan lebih, karena kendaraan roda dua itu terasa berliuk-liuk di antara hamparan tanah kuning.

Kondisi semakin parah saat melewati jembatan kayu yang rusak namun masih digunakan masyarakat. Bisa jadi, tanah gambut membuat menjadi salah satu faktor penyebab sehingga penanganan dan perbaikan transportasi perlu dilakukan secara simultan dan berkelanjutan.

Salah seorang warga, Mahmunir (57) mengatakan, kondisi jalan tersebut sudah dirasakannya sejak beberapa tahun terakhir. Menurut pria paruh baya itu, masyarakat tidak memiliki pilihan lain, karena itu satu-satunya akses transportasi yang digunakan masyarakat.

‘’Kondisinya memang seperti ini, rusak dan berlubang. Apalagi kalau sudah hujan, seperti belum merdeka. Karena jalannya becek dan berlumpur serta sulit dilalui,’’ papar pria yang telah memiliki empat orang cucu dan dua menantu itu.

Hal yang tidak jauh berbeda dirasakan Saher (50). Menurutnya, kerusakan jalan yang cukup parah sekitar 700 meter. Salah satu kendala yang dialami adalah kesulitan dalam membawa hasil pertanian dan perdagangan masyarakat. Kondisi itu menyebabkan perekonomian masyarakat terancam lumpuh.

‘’Akses ini penting untuk penghubung antara Tanjung Kapal ke Batu Panjang. Ada sekitar 4.000 masyarakat yang tinggal di sini. Ini memang penting, karena sebagai jalan poros,’’ ujarnya seraya menunjuk ke arah jalan rusak tepat di hadapan Riau Pos.

***

Kawasan Rupat secara keseluruhan memiliki luas 1.500 Km persegi dengan jumlah penduduk 47.000 jiwa. Pulau Rupat terdiri dari dua wilayah, yakni Rupat dan Rupat Utara. Kawasan yang memiliki potensi wisata di Teluk Rhu dan Tanjung Medang itu memiliki permasalahan yang sama, yakni infrastruktur yang belum memadai.

Keterbatasan infrastruktur tidak hanya dirasakan dari sektor darat, aspek laut juga masih memerlukan perhatian esktra. Karena untuk sampai ke kawasan tersebut harus ditempuh perjalan sekitar 30 menit dari Dumai dengan kapal roll on roll of (Roro) KMP Kuala Batee II yang beroperasi sebulan terakhir. Roro KMP Kuala Bette II memiliki panjang 45 meter dan lebar 11 meter. Berat isi kotor 464 ton dengan isi bersih 140 ton. Armada tersebut menjadi alternatif, selain pompong yang digunakan masyarakat untuk menuju Dumai.

Keterbatasan armada menyebabkan masyarakat harus menunggu berjam-jam untuk bisa menyebarang. Karena kapal Roro itu hanya melayani dua kali penyeberangan setiap hari. Penyeberangan Roro dari Dumai ke Pulau Rupat ditempuh dengan waktu sekitar 20-30 menit.

Masyarakat banyak menggunakan armada tersebut karena tidak ada pilihan lain membawa hasil perkebunan dan barang-barang perdagangan ke luar kampung tersetut. Tarif yang dikenakan bervariasi, mulai Rp3.000 untuk penumpang dewasa, Rp20 ribu kendaraan roda dua, Rp57 ribu kendaraan roda empat dan Rp125 ribu kendaraan roda enam. Nominal itu sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah daerah.

Nakhoda Roro KMP Kuala Batee II, Sugimin mengakui, animo penumpang cukup tinggi, apalagi saat hari libur. Dengan kondisi itu dia membuat perbedaan trip penyeberangan. Untuk hari Senin-Jumat dilakukan dua trip, sedangkan Sabtu dan Ahad tiga trip.

‘’Alhamdulillah kapasitas masih cukup. Daya tampung 22 kendaraan roda empat, puluhan kendaraan roda dua, 300 penumpang,’’ papar pria yang mengenakan seragam putih dongker itu.

Keberadaan Roro tersebut direspon positif masyarakat yang berada di kawasan Rupat. Seperti Agus (37) yang mengaku sangat terbantu namun mengharapkan perhatian lebih pemerintah untuk menambah trip penyeberangan.

‘’Ya tentunya sangat terbantu, sebelum ada Roro ini, sangat sulit untuk ke Dumai. Sekarang membawa barang-barang dagangan dan hasil perkebunan tidak sulit lagi. Hanya saja, rutenya perlu ditambah. Itu yang kami harapkan,’’ papar pria yang terlihat berdiri di atas sepeda motornya itu.

Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Riau Azis Zaenal mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan instansi terkait. Baik Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Perhubungan Provinsi Riau dan Kabupaten Bengkalis. Ini dilakukan untuk menjawab beberapa masukan dan permasalahan infrastruktur yang masih dialami masyarakat.

‘’Baik jalan maupun Roro, tujuannya untuk menjawab masalah keterisolasian daerah. Kalau masih saja ditemukan kelemahan-kelamahan akan kita evaluasi,’’ papar politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, SF Hariyanto melalui Kepala Bidang Bina Marga, Ahmad Ismail mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pelakasana proyek untuk kawasan Tanjung Kapal Rupat. Secepatnya pengerjaan dengan sistem rigid pavement dilakukan sepanjang 1.300 meter.

‘’Kita sudah inventarisir, beberapa permasalahan infrastruktur akan kita benahi. Tahun ini saja sudah dianggarkan Rp3,9 miliar untuk pembangunan jalan dengan sistem rigid. Kita ingin seluruh masyarakat sampai di kawasan perbatasan dapat menikmati jalan berkualitas untuk jangka waktu yang panjang,’’ ujar Ahmad.

Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkalis, Nasir mengatakan pihaknya terus memberikan perhatian ekstra untuk infrastruktur di Pulau Rupat. Pasalnya, kawasan tersebut menjadi salah satu dari enam jalan strategis di Bengkalis.

‘’Pasti kita perhatikan, cuma dalam pengembangan infrastruktur itu dilakukan secara bertahap. Bahkan, sudah ada yang dianggarkan untuk proyek multiyears,’’ ungkap Nasir saat dihubungi lewat telepon selulernya.

Saat ditanyakan mengenai kondisi jalan yang masih memprihatinkan di kawasan Tanjung Kapal dan beberapa daerah di Rupat, ia mengatakan pihaknya sudah mengalokasikan anggaran untuk 600 meter jalan dengan rigid. Menurutnya, program itu belum terlihat karena masih dalam tahap lelang.

‘’Ya sedang diproses dalam tahap lelang. Kita akan memberikan perhatian ekstra untuk itu,’’ tambahnya.

Selain itu, perhatian juga diberikan karena kawasan tersebut masuk dalam salah satu potensi wisata. Bahkan, 57 kilometer di Pangkalan Nyirik dan Batu Panjang akan dibeton dalam beberapa tahun ke depan.

Menurutnya, dukungan juga datang dari Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau. Karena sebagian jalan juga ada yang menjadi tanggan jawab provinsi. Ia optimis secara bertahap permasalahan infrastruktur di Pulau Rupat dapat terselesaikan.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook