GROUP APRIL LINDUNGI HUTAN KONSERVASI

Terapkan Model ’’Ring Plantation’’

Feature | Jumat, 20 Januari 2023 - 22:01 WIB

Terapkan Model ’’Ring Plantation’’
Hamparan hutan dan keanekaragaman hayati Semenanjung Kampar dilihat dari udara, baru-baru ini. (RAPP UNTUK RIAUPOS.CO)

Pengelolaan perkebunan terpadu merupakan pusat dari upaya konservasi yang dilakukan Group APRIL dengan menerapkan model ring plantation (penanaman melingkar) sebagai cara untuk melindungi hutan konservasi dari perambahan dan degradasi.

Laporan HENNY ELYATI, Pekanbaru

PENERAPAN model ini dilakukan dengan membuat perkebunan akasia di sepanjang pinggiran konsesi, menciptakan zona buffer (penahan) yang melestarikan kawasan hutan konservasi di bagian tengah, menurunkan kemungkinan terjadinya pembalakan liar, dan perambahan manusia sekaligus berfungsi untuk melestarikan satwa liar yang hidup di dalamnya. 

Pendekatan model ring plantations memungkinkan penghasilan ekonomi serta membuka kesempatan kerja untuk mendukung penghidupan masyarakat setempat. Dengan cara ini PT RAPP berupaya mencapai keseimbangan antara perkebunan yang terbarukan dengan konservasi dan perlindungan alam. Ini menjadi salah satu upaya yang dilakukan PT RAPP (www.aprilasia.com) dalam konservasi keanekaragaman hayati sekaligus memitigasi konflik satwa dan manusia. Hal ini sejalan dengan komitmen APRIL Group dalam Sustainable Forest Management Policy (SFMP) 2.0 dan APRIL2030 yang fokus mengedepankan konservasi dan perlindungan hutan dalam kegiatan operasionalnya.

Deputy Head of Communications RAPP Disra Alldrick mengatakan, APRIL2030 dan APR2030 (www.april2030.aprilasia.com) merupakan komitmen transformasi berisi serangkaian aksi nyata perusahaan yang berkontribusi posistif terhadap iklim, alam, dan pengembangan masyarakat.

''Pada pilar lanskap yang berkembang, Grup APRIL memiliki sejumlah target untuk memajukan konservasi dan keanekagaraman hayati dengan mengedepankan pendekatan model proteksi-produksi, salah satunya memastikan zero net loss di kawasan konservasi,'' ujar Alldrick, baru-baru ini.

Sebagian besar hutan di Pulau Sumatra termasuk lahan gambut yang telah dikonversikan untuk penggunaan yang lain. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperkirakan gambut di Riau menyimpan karbon sebesar 14.605 juta ton. Besarnya cadangan karbon ini jika tidak dikelola dengan baik akan berdampak pada pelepasan karbon ke udara sehingga meningkatkan efek rumah kaca.

Riau memiliki kedalaman gambut terdalam di dunia, yakni mencapai 16 meter di wilayah Semenanjung Kampar (Kampar Paninsula). Para peneliti menyebutkan Semenanjung Kampar mengandung 1,6 gigaton karbon. Semenanjung Kampar mempunyai peranan yang cukup besar dan ikut menahan laju pemanasan global yang sangat berbahaya bagi kehidupan di muka Bumi. Oleh karena itu, tanpa adanya perlindungan dan pengelolaan yang baik terhadap hutan dan lahan di Semenanjung Kampar, maka kawasan ini dapat menjadi salah satu sumber penyebab terjadinya perubahan iklim global.

Asia Pacific Resources International Limited (APRIL), perusahaan pulp dan kertas terbesar di Indonesia amat memegang peranan penting dalam mengontrol keseimbangan lahan hutan tanaman industri (HTI) dalam wilayah konsesinya di Semenanjung Kampar. Perusahaan ini memegang izin 220.061 hektare untuk perkebunan monokultur akasia.

Sebagai gambaran, total lahan gambut di Sumatra bagian timur mencakup wilayah sekitar 700.000 hektare. Gambut di Semenanjung Kampar memiliki kedalaman minimum rata-rata 4,9 meter, bahkan lebih dari tujuh meter di beberapa daerah tertentu. Gambut ini mengandung stok karbon bawah tanah dan permukaan di atas tanah yang besar. Survei keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh Flora Fauna Indonesia (FFI) menemukan di wilayah ini terdapat 77 spesies yang masuk dalam daftar IUCN serta lima dari enam spesies kucing liar ada di Sumatra.

Semenanjung Kampar dapat mendukung habitat 60 harimau sumatra (panthera tigris sumatrae) atau 15 persen dari populasi yang tersisa. Semenanjung Kampar pun sudah sejak lama dianggap sebagai wilayah hotspot keragaman hayati, wilayah prioritas bagi habitat harimau sumatra dan area penting bagi karagaman burung, berdasarkan hasil penelitian WWF dan Conservation International.

Sampai menjelang akhir abad ke-20 wilayah ini relatif tidak tersentuh, baru di awal tahun 2000-an Kementerian Kehutanan mulai mengeluarkan izin konservasi lahan untuk HTI. Tanah yang dikonversi untuk tujuan pembukaan perkebunan, penambahan pupuk dan gangguan mekanis lainnya akan mengatalisis dekomposisi yang kemudian menjadi penyumbang utama penurunan tanah. Dekomposisi pun menjadi agen pelepasan karbon ke atmosfer.

Selain emisi karbon, kubah-kubah gambut (peat dome) dapat tenggelam akibat perubahan hidrologi alami dari tanah pada saat pengeringan. Sebagai penyimpan karbon yang efisien, lahan gambut yang terbakar akan menghasilkan emisi karbon dioksida, yaitu salah satu gas rumah kaca. Akibatnya, sangat penting untuk mengeliminasi risiko kebakaran di area lahan gambut.

Pada Mei 2013 lalu, Grup APRIL mengumumkan dukungan sebagai sponsor dana sebesar 17 juta dolar AS untuk membantu menjalankan program restorasi ekosistem multi-tahun atau restorasi ekosistem Riau (RER).

Untuk membantu mengurangi laju penurunan, perusahaan seperti APRIL mulai mengadopsi praktik manajemen baru, yaitu mempertahankan tingkat air di level 40 centimeter di bawah tanah pada musim basah (hujan). Standar 40 centimeter ini mengacu pada regulasi tentang perlindungan gambut yang dikeluarkan pemerintah.

‘’Kami yakin hal ini dapat dicapai melalui pendekatan terpadu untuk konservasi tingkat lanskap dan kehutanan berkejanjutan yang berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim di Indonesia dan dunia,’’ ujarnya.

Indonesia memiliki sekitar 131 juta hektare hutan. Pemerintah Indonesia menyisihkan 53 juta hektare dari luas kawasan termasuk untuk konservasi dan hutan lindung dan 78 juta hektare untuk hutan produksi. Dari 78 juta hektare ini, Grup APRIL telah menerima izin kelola area konsesi seluas 1 juta hektare yang mana 480.000 hektarenya diperuntukkan perkebunan. Konservasi sektor swasta yang dilakukan oleh Grup APRIL turut menambah luas area konservasi yang dilindungi dengan baik. Perkebunan/hutan tanaman meningkatkan produktivitas lahan yang sudah terdegradasi dan meningkatkan naungan pohon secara keseluruhan.

Sejak tahun 2005, Grup APRIL telah berkomitmen pada konservasi hutan yang bernilai tinggi terhadap lingkungan dalam area-area konsesi.

“Kami telah melaksanakan 37 kajian nilai konservasi tinggi (NKT) atau high conservation (HCV) dengan menggunakan perangkat HCV Indonesia. Sebagai hasilnya, saat ini kami melestarikan dan melindungi lebih dari 250.000 hektare hutan NKT dalam area-area konsesi,’’ terangnya.

Selain melindungi dan merestorasi area-area hutan yang sebelumnya telah dirusak oleh pihak lain, lanjutnya, di Semenajung Kampar saat ini sedang dalam proses pemulihan 40.000 hektare hutan bernilai konservasi tinggi di dua area yang berbeda dari semenanjung tersebut. Area konservasi dan restorasi ekosistem ini berada di dalam 1 juta hektare yang dialokasikan untuk kegiatan kehutanan, dalam konsesi yang diberikan oleh pemerintah Indonesia (izin HPH, hak penguasaan hutan). Dari area ini, total 480.000 hektare telah disisihkan untuk perkebunan berkelanjutan. Pertama kali ditanam tahun 1993, area ini sekarang telah menjadi perkebunan terbarukan dan sudah mencapai generasi ketiga dan keempat. Lahan selebihnya disisihkan untuk digunakan oleh masyarakat dan infrastruktur.

Beberapa dari area konsesi yang dialokasikan ke PT RAPP terletak di lahan gambut yang menyimpan karbon.

‘’Kami menggunakan pendekatan berbasis ilmih untuk mengolah lahan gambut, memastikan dioptimalkannya tingkat air dan diminimalkan pelepasan cadangan karbon dalam jangka panjang sambil memastikan bahwa operasional kami memenuhi tujuan pengembangan sosial dan ekonomi yang lebih luas dari Riau,’’ jelasnya.

Gubernur Riau Syamsuar mengatakan, kekayaan alam di Riau berupa sumber daya hutan harus dapat dikelola secara bijaksana agar dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan sistem penyangga kehidupan.

''Program konservasi bersama masyarakat yang dikembangkan merupakan bentuk kolaborasi para pihak untuk mewujudkan kelestarian hutan dan ekosistem gambut di tingkat tapak, termasuk perbaikan aspek sosial ekonomi masyarakat,'' ujar Gubri.

Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Riau Mamun Murod mengatakan, program konservasi bersama masyarakat merupakan dukungan terhadap forestry and other land unes (FOLU) net-sink 2030 yang merupakan program pemerintah untuk penurunan misi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan.

''Program konservasi bersama masyarakat ini berbasis masyarakat dengan pendekatan karbon net sink sektor kehutanan dan penggunaan lahan untuk meningkatkan tutupan lahan sebagai cadangan karbon dan penyerap emisi karbon yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia,'' tegas Murod.

Direktur PT RAPP Mhd Ali Sabri mengatakan program konservasi bersama masyarakat adalah bentuk komitmen PT RAPP dalam menjaga lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Dia mengatakan, saat ini berbagai ancaman dapat terjadi akibat berkurangnya hutan dan keanekaragaman hayati yang tidak hanya mengancam keberlangsungan Indonesia tetapi juga termasuk iklim dunia.

‘’Untuk menyelamatkan keberlangsungan bumi dan keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya, maka upaya pelestarian atau konservasi sangat penting dilakukan,’’ katanya.

PT RAPP-APRIL Group telah berkomitmen dan memiliki kebijakan untuk mengambil pendekatan secara landscape atau bentang alam dalam melestarikan hutan, lahan gambut, dan nilai-nilai lingkungan dan sosial penting lainnya.***

 

Editor: Edwar Yaman

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook