MELIHAT DAERAH YANG DILANDA BANJIR DI RIAU (3 HABIS)

Ratusan KK Terisolasi di Kamparkiri Hilir

Feature | Senin, 19 November 2012 - 10:05 WIB

Ratusan KK Terisolasi di Kamparkiri Hilir
Tim Tagana memeriksa sejumlah perahu untuk persiapan evakuasi menyusul tingginya curah hujan di Riau. (Foto: Riau Pos)

Laporan MOLLY WAHYUNI, Bangkinang dan ZULFADHLI MUALIM, Bagan Siapi-api

Banjir akibat meluapnya Sungai Lipai dan Sungai Kamparkiri sudah menjadi langganan setiap tahun di wilayah Serantau Kamparkiri Kabupaten Kampar.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Diperlukan penanganan yang menyeluruh dan serius agar musibah tidak lagi menimpa masyarakat terus menerus.

Menjelang akhir 2012, sebanyak lima desa di Gunung Sahilan dan lima Desa di Kamparkiri Hilir terendam banjir. Akibatnya, ratusan kepala keluarga (KK) tidak dapat memenuhi nafkah sehari-hari. Larut, kondisi itu membuat perekonommian masyarakat terganggu.

Banjir di Kecamatan Gunung Sahilan, puncaknya terjadi pada 30-31 Oktober 2012. Berdasarkan data yang dihimpun oleh petugas, di Desa Gunung Sahilan Darussalam sebanyak 103 unit rumah terendam air.

Begitu pula 207 hektare kebun kelapa sawit milik 360 KK, dan 73 hektare tanaman karet milik 81 KK juga terendam air. Sebanyak 4 KK harus dievakuasi ke tempat yang lebih aman.

Sementara di Desa Gunung Sahilan, sebanyak 101 rumah, 56 hektare kebun sawit dan 56 hektare kebun karet digenangi air. Selama banjir, warga di sana betul-betul kehilangan mata pencahariannya.

Sedangkan banjir di Desa Sungai Lipai mengakibatkan sebanyak 40 unit rumah penduduk terendam, 12 hektare kebun sawit dan 50 hektare kebun karet milik 60 KK terendam banjir. Di Desa Kebun Durian, banjir menyebabkan 23 unit rumah terendam 6 hektare kebun kelapa sawit dan 12 hektare kebun karet juga digenangi air.

Tak hanya itu, tempurung tempat menampung susu getah atau lateks hanyut dibawa air.   

Banjir di Desa Subarak juga merendam 7 unit rumah penduduk. Kebun kelapa sawit yang terendam air seluas 62 hektare milik 82 KK penduduk setempat.

Kebun karet yang terendam air tercatat seluas 60 hektare dan merupakan kebun karet milik 78 KK. Di Desa Subarak, musibah banjir juga menyebabkan tiga ekor kambing mati.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar, Drs Ali Sabri melalui Kasi Kedaruratan, M Nasir SE usai meninjau banjir di Kamparkiri Hilir, Jumat (16/11) mengatakan, bahwa lima desa di Kamparkiri Hilir dilanda banjir sebanyak tiga gelombang.

Banjir pertama terjadi pada 1-6 November 2012 yang mengakibatkan jalan di lima desa terendam yakni Desa Mentulik, Sungai Bungo, Rantau Kasih, Gading Permai dan Bangun Sari sehingga masyarakat terisolasi dan tidak dapat pergi ke kebun. Banjir kedua terjadi pada 8-10 November 2012 dan ketiga terjadi pada 12-16 November 2012.

“Masyarakat benar-benar kesulitan keluar desa, karena harus menggunakan sampan ataupun rakit untuk keluar dari desa masing-masing menuju ke Sungai Pagar karena pusat perbelanjaan masyarakat ada di Sungai Pagar,” ujar Ali Sabri.

Jumlah kepala keluarga yang desanya terendam banjir antara lain, Desa Mentulik 150 KK, Desa Rantau Kasih 158 KK, Desa Sungai Bungo 21 KK, Desa Gading Permai 89 KK, Desa Bangun Sari sebanyak  215 KK.

“Jalan ke desa terputus, masyarakat kesulitan untuk keluar desa, dan harus menaiki sampan ataupun rakit untuk bisa keluar desa,” ucapnya.

Untuk bantuan banjir, lanjutnya, Pemkab Kampar pada bulan Oktober 2012 lalu sudah menyalurkan bantuan berupa tiga ton beras ke Kecamatan Gunung Sahilan, 2.850 kilogram ke Kamparkiri yang terdiri dari 1.400 Kg untuk Mentulik dan 1.450 Kg untuk Rantau Kasih.

Sedangkan bantuan tambahan untuk desa lainnya dijadwalkan disalurkan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja bersama BPBD Kampar atas nama Pemkab Kampar.

Pada kesempatan terpisah, Ketua Komisi IV DPRD Kampar H Januar Rambo SH yang juga anggota DPRD Kampar asal Kamparkiri Hilir menyatakan, kekhawatirannya akan rusaknya jalan yang sudah dibangun melalui APBD Kampar berkepanjangan.

“Kalau terendam banjir terus, jalan bisa hancur semua, padahal memperjuangkan pembangunan untuk Kamparkiri Hilir tidaklah mudah,” ujar Rambo.

Januar Rambo mengamati bahwa banjir sudah menjadi langganan setiap tahun di Serantau Kamparkiri, dan makin lama kondisinya makin mengkhawatirkan. Salah satu penyebabnya, menurutnya yaitu kemungkinan masih maraknya aksi penebangan hutan di wilayah Serantau Kamparkiri.

Untuk itu, Rambo mengimbau kepada Pemkab Kampar, Pemprov dan Kementrian Kehutanan RI agar secara bersama-sama meninjau perizinan pengelolaan hutan di wilayah Kamparkiri.

“Hutan itu ada berbagai macam Hutan Tanaman Industri, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Lindung. Ini harus jelas posisinya, kami khawatir hutan itu sudah tidak sesuai lagi kondisi real di lapangan dengan status hutan yang ditetapkan pemerintah,” ungkap Januar Rambo.

Banjir di Sejumlah Kecamatan

Sementara itu dari Kabupaten Rokan Hilir, para korban banjir masih tertahan di sejumlah kecamatan di Kabupaten Rohil seperti di Pujud, Bangko, Bangko Pusako dan Tanah Putih Tanjung Melawan.

Camat Tanah Putih Tanjung Melawan Herri YS menyebutkan, pihaknya masih melakukan pendataan untuk mengetahui dampak banjir termasuk kemungkinan adanya jatuh korban.

“Masih dalam pendataan kita sudah minta penghulu untuk buatkan datanya,” ujar Herri, Ahad (18/11) kemarin.

Terpisah di Kecamatan Pujud dua kepenghuluan direndam banjir yakni Tanjung Medan dan kepenghuluan Air Hitam. Menurut Camat Pujud, Hasyim SP yang terparah di Kepenghuluan Air Hitam.

 “Sejak dua hari lalu sekitar 10 rumah sudah terendam. Kita juga sudah tinjau lokasi saat ini banyak daerah pertanian warga yang mengalami banjir,” terangnya.

Ditambahkan, laporan terkait pemukiman warga yang banjir itu sudah dikirimkan pada Dinas Sosial kabupaten Rohil.

Hal senada diterangkan Camat Bangko Pusako, Sukardi SP. Diterangkannya, kepenghuluan yang terkena dampak banjir terutama di Sei Manasib dan Kepenghuluan Bangko Kanan.(ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook