SISI LAIN MELEDAKNYA PESAWAT HAWK 200 DI PEMUKIMAN WARGA

Dua Hari Mengungsi, Ingin Segera Pulang

Feature | Kamis, 18 Oktober 2012 - 09:10 WIB

Dua Hari Mengungsi, Ingin Segera Pulang
Proses evakuasi pesawat Hawk 200 dengan menggunakan truk crine, Rabu (17/10/2012). (Foto: TEGUH PRIHATNA/RIAU POS)

Laporan M ALI NURMAN, Pekanbaru

Ivo Rivahmi (49), pemilik rumah yang pekarangan rumahnya ‘disatroni’ Hawk 200 TT-0212 di Jalan Amal RT02/RW03, Vila Pandau Jaya, Desa Pandau Jaya, Kampar, merindukan rumah mereka yang dua hari ditinggalkan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Keluarga dengan dua orang anaknya diminta mengungsi hingga seluruh bangkai pesawat dapat diangkat.

‘’Kemarin (Selasa) sore pukul 15.00 WIB mengungsi, beberapa tetangga lain ikut juga,’’ ujar Ivo pada Riau Pos yang saat dihubungi sedang tinggal di rumah adik iparnya, Junaidi di Jalan Mahoni, Rs Peputra No 723.

Meskipun rumah yang ditumpanginya adalah rumah adik iparnya sendiri, ia tetap merasa lebih nyaman untuk tinggal di rumah sendiri. ‘’Bagaimanapun tinggal di rumah sendiri lebih baik,’’ ujarnya.

Ibu rumah tangga ini menceritakan, ia beserta keluarga harus mengungsi berawal saat jatuhnya pesawat Hawk milik TNI AU tepat di pekarangan rumah yang sudah dihuninya sejak tahun 2008 itu. Pagi itu, ia yang sedang sendiri di dalam rumah kaget sejadi-jadinya begitu mendengar tiga kali ledakan keras di depan rumahnya.

Ia pun keluar mencari tahu, saat itulah dilihatnya ada pesawat yang sedang terbakar. ‘’Masih sedikit orang waktu itu. Saya langsung lari keluar pekarangan dan sembunyi di batang ubi,’’ lanjutnya.

Lima menit berselang, masyarakat setempat menjadi ramai di sana. Setelah dirasanya situasi sudah aman, Ivo kembali ke rumah dan menelpon sang suami dan anak-anaknya agar segera pulang. ‘’Agak lama setelah itu, datang tentara ramai. Saya langsung telepon suami dan anak. Saya takut kalau pesawat itu nanti meledak,’’ ujarnya.

Saat itulah, sterilisasi dilakukan. Sanak keluarganya yang mendengar peristiwa jatuhnya pesawat di depan rumah Ivo berbondong-bondong datang, ada yang turut prihatin, ada pula yang ikut penasaran melihat pesawat yang jatuh itu. ‘’Kan tak boleh dekat. Kami sembunyi lihat dari kaca jendela,’’ ungkap Ivo.

Setelah berada di rumah saja cukup lama, Selasa sore apa langkah yang akan ditempuh keluarga ini diputuskan oleh TNI AU. Mereka sekeluarga diminta mengungsi hingga evakuasi dan pembersihan areal jatuhnya pesawat selesai.

‘’Sejak sore kemarin itulah, sampai sekarang, kami mengungsi cuma bawa baju dan belum dapat kejelasan. Tadi bapak (suami) bilang, kami belum bisa pulang. Karena di sana (rumah) belum selesai,’’ katanya.

Sebagai masyarakat, Ivo berharap apa yang dikerjakan oleh aparat TNI AU di pekarangan rumahnya untuk mengamankan, mengevakuasi dan membersihkan bangkai pesawat dapat segera selesai, agar ia dan warga lainnya dapat berkatifitas seperti biasa lagi.

‘’Ini pengalaman langka seumur hidup. Saya berharap semua cepat selesai. Biar kami cepat pulang,’’ pungkasnya.

Evakuasi Hawk  4,5 Jam

Sementara itu, TNI AU telah menghabiskan waktu sekitar 4,5 jam, Rabu (17/10) siang untuk melakukan evakuasi bangkai pesawat Hawk 200 TT 0212 yang dipiloti Letda Reza, yang jatuh di pekarangan rumah warga Jalan Amal RT02/RW03, Vila Pandau Jaya, Desa Pandau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau Selasa (16/10) pagi sekitar pukul 09.30 WIB.

Proses evakuasi dimulai sekitar pukul 12.15 WIB. Saat itu, puluhan petugas yang bermalam di sana menggunakan satu buah tenda pleton mulai bersiap. Salah seorang dari mereka mengumumkan kepada masyarakat sekitar menggunakan pengeras suara untuk menjauh.

Dari lokasi jatuhnya pesawat sejauh 350 meter. Jarak ini dipertegas dengan diperlebarnya kembali garis pembatas di sekitar pesawat. Dimana sehari sebelumnya garis ini sempat diperkecil hanya seluas pekarangan rumah Eris, warga yang pekarangannya menjadi tempat Hawk tersebut jatuh.

Belasan petugas kemudian tampak membuka terpal berwarna hijau yang sejak kemarin ditutupi bangkai pesawat Hawk 200 TT 0212. Di saat bersamaan, satu unit mobil truk TNI AU kemudian datang membawa puluhan anggota lainnya.

Anggota-anggota TNI ini tampak melakukan pemeriksaan pada bangkai pesawat itu. Dari truk ini, peralatan yang akan digunakan untuk mengevakuasi seperti cangkul, sekop serta dongkrak ukuran besar tampak dikeluarkan.

Pada lapangan di depan panti asuhan, di dalam garis pembatas yang dipasangi disekeliling lokasi jatuhnya pesawat, satu unit truk tronton tanpa bak belakang berwarna hijau dengan nomor polisi BK 8628 YZ juga sudah tampak terparkir.

Truk ini kemudian digunakan mengangkut pesawat dalam proses evakuasi. Sekitar 10 menit setelah diperiksa, bangkai pesawat ini lalu kembali ditutup dengan terpal yang menutupinya.

Meski tak sebanyak sehari sebelumnya, masyarakat di sekitar jatuhnya pesawat masih tampak tertarik untuk mengetahui proses apa yang selanjutnya akan dilaksanakan pada bangkai pesawat yang ada di lingkungan mereka ini.

Jayusna, salah satu warga sekitar menuturkan, sebagai warga yang tinggal hanya berjarak beberapa rumah dari lokasi jatuhnya pesawat, awalnya ia memang merasa terganggu, karena ada ketakutan pesawat itu akan meledak. ‘’Tapi sekarang sudah tidak lagi. Ke sini mau lihat bagaimana dibawanya,’’ ucapnya.

Untuk mengantisipasi warga yang penasaran dan coba mendekat, anggota TNI AU, baik itu Paskhas 462 maupun Lanud Roesmin Nurjadin berjaga di sepanjang garis pembatas sementara proses terus berjalan.

Sikap petugas yang berada di lapangan sendiri tampak berubah drastis dari hari sebelumnya. Jika sesaat setelah pesawat ini jatuh petugas terkesan arogan dengan mengusir secara paksa warga serta wartawan, Rabu (17/10) siang, sikap ini melunak. Petugas menggunakan bahasa dan sikap yang lebih bisa diterima.

‘’Ibu-ibu, kami mohon bantuannya ya untuk mundur. Karena dikhawatirkan ada yang meledak,’’ ujar salah seorang petugas yang meminta warga untuk menjauh saat proses evakuasi akan dimulai.

Pukul 12.35 WIB, satu unit mobil crane berukuran besar dengan nomor polisi BM 6569 D berwarna putih biru tiba di lokasi. Selang 15 menit kemudian, seorang personil TNI AU kembali mengingatkan warga melalui pengeras suara agar masyarakat menjauh.

Sekitar pukul 13.10 WIB, beberapa kendaraan lainnya yang akan dilibatkan seperti satu unit mobil pemadam milik TNI AU, satu unit mobil SAR, dan dua mobil operasional TNI AU menyusul tiba di lokasi. 20 menit setelah itu, dimulailah proses evakuasi.

Evakuasi ditandai dengan datangnya lima orang anggota tim Demolisi dari Madiun yang akan memeriksa kondisi dua rudal pesawat yang masih ada di lokasi.

Saat itu, untuk yang ketiga kalinya, warga kembali diimbau agar menjauh dari lokasi, sementara sekitar 10 hingga 15 personil TNI mulai menggali tanah di sekitar dan di bawah bangkai pesawat menggunakan cangkul dan sekop, pekerjaan evakuasi ini dilakukan saat suhu udara panas terik dengan temperatur sekitar 35 derajat celcius.

Terpal yang menutupi pesawat selanjutnya kembali dibuka. Tampak sisi ekor pesawat berwarna loreng gelap ini bersisian menghadap jalan keluar sementara, setengah badan pesawat yang hancur menghadap ke dalam.

Dari percakapan beberapa petugas di sana, diketahui bahwa tim evakuasi berusaha mencari dan mendeteksi kondisi rudal yang terpasang pada pesawat, terlebih dahulu sebelum memindahkan keseluruhan bangkai pesawat.

Setelah satu jam melakukan penggalian di sekitar pesawat, satu misil ditemukan. Setelah penemuan ini selanjutnya, salah satu sayap pesawat dilepas dan diletakkan di sisi bangkai pesawat.

Tim ini kemudian melanjutkan penggalian untuk mencari misil kedua. Sekitar pukul 16.00 WIB, misil kedua ditemukan posisinya. Meski belum dipindahkan, pengangkatan bangkai pesawat lalu dilakukan setelah misil kedua terdeteksi.

Truk crane yang sudah sejak awal disiapkan lalu bergerak masuk ke dalam pekarangan rumah warga tempat pesawat itu jatuh dengan posisi mundur. Sementara, truk tronton tanpa bak juga diposisikan tepat di jalan pada sisi pesawat menghadap keluar Jalan Amal.

Setelah dua kendaraan ini bersisian, anggota TNI yang sedari tadi bekerja, mulai memindahkan satu per satu bagian pesawat yang sudah dilepas untuk memberi ruang pada truk crane.

Begitu truk crane sudah siap, kaitan di truk ini selanjutnya disangkutkan pada tali yang sudah dililitkan pada badan pesawat. Pesawat lalu diangkat dengan lengan angkut setinggi sekitar 5 meter.

Langkah pertama crane ini bekerja dengan mengangkat pesawat keluar dari lubang tempatnya jatuh dan meledak. Setelah diangkat, pesawat lalu diturunkan sembari dipindahkan ke samping di atas tanah yang lebih rata.

Beberapa petugas lalu menyusun ban pada truk tronton tanpa bak yang akan menjadi pengangkut bangkai pesawat ini. Beberapa orang lainnya, mengikatkan tali yang akan digunakan sebagai pengarah pesawat agar tepat diposisikan pada truk pengangkutnya.

Beberapa petugas berdiri di posisi yang berbeda, memberi arahan kemana crane harus mengarahkan bangkai pesawat.

Belasan orang anggota TNI AU lain kemudian secara perlahan menarik tali kaitan yang sudah dipasang. Sebagian menarik dari bagian depan, sebagian lain di bagian belakang. Tak kurang 30 anggota TNI AU ikut dalam keseluruhan proses ini proses ini.

Begitu posisi bangkai pesawat sudah dianggap tepat, truk tanpa bak lalu dimundurkan dan diturunkan bangkai pesawat ini di atas ban yang telah disusun sebelumnya oleh lengan angkut crane.

Begitu proses selesai, kaitan crane dan beberapa tali lainnya yang terpasang di bangkai pesawat lalu dilepas. Bangkai pesawat yang sudah berada pada ‘gendongan’ truk tronton lalu ditutupi menggunakan terpal.

Secara keseluruhan, proses evakuasi ini berlangsung selama sekitar 4 jam 30 menit dan selesai sekitar pukul 17.00 WIB, tepat saat truk tronton yang membawa bangkai pesawat ini berangkat secara perlahan dengan dikawal oleh satu unit mobil POM TNI AU di depan dan satu mobil teknis AU dibelakang.

Proses keluarnya truk pembawa pesawat ini dari Jalan Amal menuju Jalan Pasir Putih disaksikan puluhan masyarakat yang menyesak di kiri dan kanan Jalan Amal. Momen ini tak pelak diabadikan langsung oleh beberapa warga menggunakan telepon genggam maupun kamera.

Panglima Komando Operasi I TNI AU, Marsekal Muda Bagus Puruhito yang memantau jalannya evakuasi didampingi Danlanud Roesmin Nurjadin, Kol Pnb Bowo Budiarto kepada wartawan mengatakan,  meski sudah membawa sebagian besar bangkai pesawat, masih tersisa beberapa bagian pesawat di lokasi seperti amunisi, amo section, dan sayap. ‘’Misilnya satu lagi masih ada di sana,’’ kata Bagus.

Dikatakannya, saat lepas landas kemarin, pesawat itu membawa persenjataan. ‘’Jadi sebagian sudah, satu masih ada lagi, tidak aktif. Dari awal memang tidak dalam posisi aktif,’’ lanjutnya.

Puing pesawat ini, kata Bagus selanjutnya akan dibawa ke Lanud Roesmin Nurjadin. ‘’Puing pesawat sudah dibawa ke Lanud. Pilot penerbangnya dalam kondisi baik, namun masih diisolasi, memang prosedurnya seperti itu,’’ ungkapnya sambil mengatakan untuk investigasi kecelakaan ini, akan ada lima tahapan yang dialui, di antaranya, penyelidikan terhadap manusia, material, media, dan manajeman.(ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook