PROGRAM cycling rombongan Indonesia secara resmi dimulai Kamis lalu (16/5). Semangat, kehebohan, dan "cobaan" sudah dialami saat belanja, merakit, dan fitting sepeda.
------------------------------
LAPORAN: AZRUL ANANDA, YUDY HANANTA, DIPTA WAHYU, San Francisco, California
------------------------------
Selesai jalan-jalan dan berwisata, rombongan cyclist Indonesia mulai menjalani program Tour of California (ToC) 2013 pada Kamis lalu (16/5). Begitu mendarat di San Francisco International Airport (SFO) sebelum tengah hari, rombongan sepeda langsung berpisah dengan rombongan keluarga.
Bila rombongan keluarga melanjutkan wisata di kota di bagian utara negara bagian California tersebut, rombongan sepeda langsung ke tempat yang sudah diburu dan ditentukan.
Kamis sore itu, rombongan dijadwalkan melakukan bike fitting di Sports Basement, sebuah toko sepeda (dan perlengkapan olahraga) superluas di kawasan Presidio, dekat Golden Gate. Tempat itulah yang ditunjuk oleh Cannondale Tours, pengelola program VIP sepeda Tour of California, untuk melayani kebutuhan-kebutuhan perakitan dan servis rombongan dari Indonesia.
Tapi sebelum ke sana, rombongan yang beranggota 17 cyclist (plus satu fotografer) itu mampir dulu ke Rapha Cycle Club di Filbert Street. Bagi penggemar cycling, nama "Rapha" sama menggetarkannya dengan nama "Louis Vuitton" bagi perempuan penggemar tas. Dengan kata lain, Rapha adalah "Louis Vuitton"-nya pakaian dan aksesori sepeda.
Toko di San Francisco ini sangatlah spesial. Sebab, di seluruh dunia, hanya ada tiga butik Rapha. Selain di SF, dua lainnya di Osaka, Jepang, dan London, Inggris. Brand Rapha sendiri berasal dari Inggris.
Dan kunjungan itu menunjukkan bahwa para cyclist Indonesia ini benar-benar hardcore cyclist. Ketika jalan-jalan sebelumnya di Los Angeles dan Las Vegas, mereka tidak terlalu excited dengan tempat-tempat wisata kondang. Kalau waktu kunjungan shopping di outlet, yang diburu justru gerai Oakley untuk beli kacamata sepeda. Ketika di Las Vegas, tidak ada satu pun yang berminat bermain di berbagai fasilitas perjudian.
Kalau dipikir-pikir, bersepeda ini hobi yang sangat positif!
Ketika masuk toko-toko sepeda, apalagi yang seperti Rapha, baru "setannya" keluar.
Rapha Cycle Club di SF dari luar tampak sangat sederhana, seperti "toko" biasa. Ukuran tokonya tidak terlalu luas, mungkin kalau di Indonesia seluas ruko standar. Tapi, nuansanya cycling banget.
Interior putih minimalis. Memorabilia sepeda (jersey, poster, foto, dan lainnya) terpajang di berbagai sudut ruangan. Kutipan-kutipan kondang cycling tersebar di mana-mana. Termasuk di dalam toilet!
Di dalamnya ada kafe dan dua meja untuk nongkrong. Buka setiap hari mulai pukul 07.00 pagi (sampai 19.00), Rapha Cycle Club memang dirancang sebagai tempat bagi para cyclist untuk bertemu dan ngopi.
Di salah satu dinding terpasang layar LCD besar. Siang itu ditayangkan siaran ulang etape-etape awal Tour of California 2013. Sorenya, mulai pukul 14.00, banyak orang datang "nonton bareng" tayangan live etape hari yang sama.
Kebetulan, etape penutup ToC 2013, dari San Francisco menuju Santa Rosa, akan dimulai dekat toko Rapha ini pada Minggu (19/5).
Kopinya pun spektakuler! Biji kopinya merek Four Barrel, merek lokal San Francisco.
Suguhan yang paling ditonjolkan adalah minuman panas kopi, cokelat, dan susu bernama "Merckx", mengambil nama dari "Eddy Merckx", yang banyak dianggap orang sebagai pembalap terbaik dalam sejarah. Secangkir Merckx dihargai sekitar Rp 35 ribu.
Barang-barang yang dijual" Semua mengandalkan desain minimalis dengan kualitas bahan dan jahitan terbaik. Tentu saja harganya mahal. Harga selembar jersey sepeda bisa mencapai Rp 3 juta. Jaket sepeda bisa Rp 4 juta. Jins bersepeda di atas Rp 2 juta. Kaus kaki Rp 250 ribu. Kaus Rp 350 ribu. Sarung tangan bersepeda pun di atas Rp 1,5 juta sepasang.
Item paling diburu: jersey dan merchandise resmi Team Sky, salah satu tim paling populer di ajang balap sepeda dunia. Rapha merupakan sponsor apparel tim pemenang Tour de France 2012 tersebut.
Para anggota rombongan pun memborong gila-gilaan. Untuk diri sendiri maupun titipan dan oleh-oleh. "Manajer Rapha San Francisco mungkin bakal shock. Kok hari ini tiba-tiba penjualan meroket tinggi," kelakar Teddy Moelijono, ketua Surabaya Road Bike Community (SRBC), yang memprakarsai program ini bersama Jawa Pos Cycling.
Dari Rapha, barulah rombongan menuju Sports Basement di Presidio. Di sana, rombongan disambut Sam Hughes dari Cycling Sports Group (induk perusahaan Cannondale), yang paginya terbang khusus dari kantor pusatnya di negara bagian Connecticut, di pantai timur Amerika.
Rombongan disambut pula oleh Lyne Bessette, 38, eks pembalap profesional kelas dunia, yang pernah menjadi juara nasional time trial dan road race di negara asalnya, Kanada. Bessette akan bertindak sebagai guide utama rombongan Indonesia didampingi Ryan Fowler dan Jen Slowey.
Di salah satu sudut luas Sports Basement yang biasa dijadikan tempat berkumpulnya komunitas sepeda, tertata rapi 14 sepeda termutakhir Cannondale (jenis SuperSix Evo) yang akan jadi tunggangan mayoritas rombongan selama di California.
Hanya tiga anggota yang membawa sepeda sendiri, yaitu Bambang Poerniawan membawa Colnago Extreme-C, Sony Hendarto membawa sepeda custom eksotis, Parlee Z1. Satu lagi Prajna Murdaya, juga bawa sepeda sendiri, tapi merek dan tipenya juga Cannondale SuperSix Evo.
Tertata pula berbagai aksesori yang didapatkan para peserta sebagai fasilitas ekstra dari tur ini. Setiap peserta mendapatkan sebuah helm Cannondale Teramo warna matching biru-putih. Semua juga mendapatkan bottle cage karbon serta bidon Cannondale. Tidak ketinggalan sejumlah stiker nama untuk ditempel di helm dan sepeda.
Yang paling bikin senang: setiap peserta mendapatkan satu setel jersey dan bibshort Cannondale Procycling Team. Sama seperti yang dipakai tim yang berlomba!
Rencana awal, sore itu rombongan melakukan fitting "mengepaskan sepeda dengan badan, memasang komponen-komponen sesuai selera masing-masing" lalu bersepeda 10"20 km untuk memastikan sepeda-sepeda itu berfungsi baik dan nyaman. Segera saja, Bessette dan sejumlah mekanik bekerja bersama para peserta untuk "menyelesaikan" sepeda masing-masing.
Bagi penggemar road bike, banyak yang sudah tahu bahwa fitting bukanlah hal mudah. "Kami akan memaksimalkan semua sepeda agar semaksimal mungkin sesuai dengan keinginan dan harapan pengendaranya. Ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikan dalam satu dua menit," kata Bessette.
Sayang, pekerjaan itu tidak bisa dilakukan secepat yang diharapkan. Lebih dari dua jam, tidak semua pekerjaan bisa diselesaikan. Maklum, ada banyak komponen tambahan yang dibawa peserta, yang harus dipasangkan pada sepeda. Mulai wheelset, handlebar, sadel, pedal, sprocket (gir belakang), dan sebagainya.
Sadar pekerjaan tidak akan selesai, sementara tim harus segera melakukan briefing program, Bessette pun menghentikan dulu semua pekerjaan. "Mari kita tulis semua pekerjaan yang ingin dilakukan di kertas, lalu kertas itu ditempel di sepeda masing-masing. Para mekanik akan memastikan semua pekerjaan beres malam ini sehingga besok pagi (Jumat pagi, Red) semua sepeda siap dikendarai," ujarnya.
Dengan kata lain, rencana bersepeda singkat dibatalkan. Tapi, karena pada dasarnya sepeda-sepeda yang akan dipakai 90 persen sudah siap, rombongan tidak terlalu mengeluhkan. Kebanyakan mungkin justru merasa lega. Sebab, semua memang sudah lelah mengingat semua praktis belum istirahat sejak harus bangun dini hari di Las Vegas, bersiap terbang ke San Francisco.
Setelah sempat belanja lagi di Sports Basement (borong lagi!), semua siap kembali ke hotel untuk makan dan istirahat. Sebab, Jumat pagi besoknya (17/5), kegiatan bersepeda sudah menanti. Semua akan mengikuti rute ToC sekaligus menyaksikan aksi para pembalap kelas dunia.
Kecuali untuk satu orang yang mungkin mengakhiri hari persiapan ini dengan perasaan sedih dan galau. Dia adalah Sony Hendarto.
Mungkin karena terlalu bersemangat, Sony justru terancam tidak bisa menggunakan sepeda kesayangannya di ToC 2013. Ketika membongkar koper sepeda dan melepas plastik-plastik pelindung, Sony melakukan sesuatu yang sangat, sangat, sangat, disesali sendiri.
Ketika menggunting plastik pembungkus rear derailleur (mekanisme pemindah gigi belakang), secara tidak sengaja dia ikut menggunting kabel elektriknya! Sepeda Parlee Z1 yang dia bawa memang dilengkapi perangkat pemindah gigi elektrik, tipe Shimano Dura Ace Di2.
Bessette, ketika melihat masalah tersebut, ikut berteriak keras karena shock. Kontan seluruh peserta program terkejut dan menoleh.
Apes buat Sony, toko tersebut tidak memiliki stok komponen kabel yang dibutuhkan. Ketika ditelepon, toko-toko utama lain di berbagai penjuru San Francisco juga tidak punya barang yang ready stock.
Prajna Murdaya, yang pernah tinggal 20 tahun di San Francisco dan memiliki kerabat di sana, mencoba menelepon semua relasinya. Beruntung, ada komponen bekas yang bisa dipakai. Tapi, Sony tetap tidak bisa menggunakan Parlee-nya di hari pertama program karena akan butuh waktu untuk menata ulang sistem elektriknya.
"Aduh-aduh Mas, saya tidak tahu harus bicara apa. Tidak tahu besok ini gowes (bersepeda, Red) atau tidak"," rintihnya kepada Dipta Wahyu, fotografer harian ini.
Untuk sementara, Sony pun harus rela menyewa dulu sepeda dari Sports Basement. Padahal, sudah jauh-jauh dan repot-repot menenteng sepeda dari Indonesia" (bersambung)