EKSPEDISI KOMUNITAS RUMAH SUNTING KE MAKAM RAJA KECIK

Dalami Naskah Melalui Peninggalan Sejarah

Feature | Kamis, 18 April 2013 - 12:02 WIB

Dalami Naskah Melalui Peninggalan Sejarah
Komunitas Rumah Sunting mengunjungi Kawasan Makam Raja Kecik di Desa Buantan Besar, Kecamatan Siak, Siak Sri Indrapura, Ahad (14/4/2013). Foto: lismar sumirat/riau pos

Matahari belum tinggi, Ahad (14/4). Sejumlah anak-anak muda bersiap melakukan perjalanan menuju Siak Sri Indrapura. Mereka adalah anak-anak Komunitas Rumah Sunting (KRS) yang akan berziarah ke makam Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah atau yang dikenal dengan Raja Kecik atau Marhum Buantan.

---------------------------

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Laporan LISMAR SUMIRAT, Siak Sri Indrapura

---------------------------

DENGAN konvoi sepeda motor, anak-anak KRS yang terdiri dari mahasiswa, guru dan karyawan swasta ini, mulai menyusuri Jalan PT SIR. Disebut Jalan PT SIR, karena jalan ini berada di tengah kebun sawit milik PT SIR. Lebarnya sekitar 6 meter. Berdebu dan penuh kerikil. Ratusan ribu pohon sawit menghampar di kanan kirinya. Inilah jalan terdekat menuju Siak. Meski terdekat, tetap perlu waktu sekitar 2 jam untuk sampai ke sana.

Ada 19 orang yang mengikuti ekspedisi ini. Perjalanan dipimpin langsung oleh pembina KRS, Kunni Masrohanti. Mereka ini anggota KRS yang terlibat dalam pementasan teater berjudul ‘Sengketa Cinta’ dan ‘Marhum Buang’. Kedua naskah teater ini menceritakan perjalanan Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah yang dikenal dengan Raja Kecik; Raja pendiri Kerajaan Siak Sri Indrapura.

Naskah yang ditulis SPN GP Ade Dharmawi tersebut disutradarai Kunni Masrohanti sendiri. Dipentaskan tahun ini. Ekspedisi ke makam Raja Kecik merupakan cara komunitas ini untuk lebih bisa memahami dan mendalami isi naskah tersebut. Sebagai aktor, mereka juga merasa bertanggungjawab untuk tahu lebih banyak sejarah yang dilakonkan. Pemaduan rasa dan apa yang akan dilakonkan itu dilakukan dengan melihat langsung jejak sejarah yang tertinggal, yakni berupa makam dan peninggalan lainnya.

Menjelang siang, anak-anak KRS tiba di Siak. Bersama Komunitas Tong Sampah (KTS) -komunitas fotografi di Siak- mereka menuju makam Raja Kecik yang terletak di Buantan Besar (Baca: Langkai), Kecamatan Siak. Ditempuh dengan waktu 15 menit dari arah kota. Makam ini terletak sekitar 50 meter dari pinggir Sungai Siak. Kawasan makam dibangun megah oleh Pemkab Siak dengan bangunan-bangunan tambahan di sisi kanan kirinya. Di sini, anak-anak KRS yang mayoritas bukan orang Siak, mengeksplorasi rasa masing-masing setelah melakukan doa bersama.

Di sinilah bangunan Kerajaan Siak pertama didirikan oleh Raja Kecik. Tepatnya tahun 1723. Setelah itu, pusat kerajaan pindah ke Mempura dan di lokasi Kerajaan Siak yang dibangun megah di tengah kota saat ini. Perjalanan panjang raja-raja Siak itu juga sempat menapak di Senapelan, Pekanbaru.

Usai dari kawasan makam Raja Kecik, mereka menuju kawasan kolam hijau. Terletak sekitar 3 kilometer dari kawasan makam. Dulu, kolam ini digunakan para raja, panglima dan ksatria untuk mencuci pedang dan keris yang dilumuri darah setelah bertarung dengan musuh. Kolam ini juga terletak dipinggir Sungai Siak. Ditutup dengan pagar semen keliling berwarna putih dan hijau. Pada jarak yang lebih jauh, ada anak Sungai Siak di sisi kanan dan kirinya.

‘’Tidak semua anggota KRS yang ikut ekspedisi ini. Banyak yang sedang mengikuti Ujian Tengah Semester,’’ kata Ketua KRS, M Syahril.

Tepat pukul 12.20 WIB, anak-anak KRS dan KTS makan bersama sambil berbagi dan diskusi kecil-kecilan seputar dunia teater dan fotografi. Diskusi kecil itu dilaksanakan di hutan kota; kawasan Islamic Centre. Tempat yang sejuk dan strategis. Ada taman dan anak sungai. Selain itu, juga berada di tengah kota dengan miniatur jembatan-jembatan kecil yang sengaja dibuat pemkab Siak. Jembatan Sultanah Latifah -konon merupakan jembatan termegah di Riau- terlihat jelas di sebelah kanan hutan kota ini. Masjid raya juga sangat dekat sehingga siapa saja yang beristirahat di sini bisa melaksankan salat di masjid tersebut.

‘’Kalau komunitas kami bisa masuk ke mana saja. Fotografer itu kerjanya membidik. Ya, apa saja bisa dibidik dengan lensa, termasuk keindahan dari sebuah karya,’’ kata Ketua KTS Mus Rahmad saat itu.

Perjalanan berikutnya menuju Istana Siak yang berada di tengah kota. Berbagai peninggalan, cerita dan kisah kegemilangan masa lalu itu terekam jelas di sini melalui barang-barang peninggalan. Istana ini pun dipenuhi pengunjung lainnya yang datang dari berbagai daerah.

Destinasi terakhir anak-anak KRS dan KTS yakni ke Mempura; pusat Kerajaan Siak kedua setelah Buantan Besar. Peninggalan sejarah itu salah satunya berupa makam Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Muzaffar Syah atau yang dikenal dengan Buang Asmara: anak Raja Kecik. Selain makam Buang Asmara, juga terdapat beberapa makam anggota kerajaan lainnya.

‘’Belajar masa lalu itu sangat penting. Ada sejarah Kemegahan Kerajaan Istana Siak yang luar biasa di sini. Berdiri pertamanya di sini. Kisah masa lalu yang sudah menjadi sejarah ini akan kita ungkap kembali melalui pementasan teater. Kita berharap akan ada pendekatan secara batin sehingga para aktor bisa lebih faham tentang sejarah itu sendiri. Kalau sudah faham, akan mudah mendalami peran yang dilakonkan. Ada yang berperan sebagai Raja Kecik, Buang Asmara dan lainnya,’’ kata Kunni.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook