MELIHAT DAERAH YANG DILANDA BANJIR DI RIAU (1)

Di Kuansing, Terbesar dalam Sejarah

Feature | Sabtu, 17 November 2012 - 09:24 WIB

Di Kuansing, Terbesar dalam Sejarah
DISELAMATKAN: Seorang anak korban banjir berhasil disela-matkan, sementara sebuah rumah hanyut ke Sungai Batang Pangean di Kuantan Singingi beberapa waktu lalu. foto:juprison/riaupos

Laporan JUPRISON BASRI, Taluk Kuantan juprisonbasri@riaupos.co

Kabupaten Kuantan Singingi merupakan daerah yang rutin diterjang banjir setiap tahunnya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Anehnya, banjir kali ini terjadi di daerah yang belum pernah mengalami banjir, yakni di Desa Rambahan Kecamatan Logas Tanah Darat, akibat meluapnya Sungai Batang Pangean.

Banjir setinggi empat meter ini tercatat sebagai banjir terbesar yang diketahui melanda daerah itu.

Masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi setiap tahun menjadi langganan banjir. Hal ini diakibatkan meluapnya Sungai Kuantan, terutama sekitar bulan Oktober, November, Desember, Januari dan Februari.

Sekarang tidak hanya daerah pinggir Sungai Kuantan yang menjadi sasaran banjir, bahkan wilayah yang dulunya perbukitan yang ditumbuhi pepohonan juga menjadi sasaran banjir.

Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Kuantan Singingi sejak Oktober hingga pertengahan November ini menyisakan duka yang mendalam bagi masyarakat.

Masyarakat yang selama ini belum pernah merasakan banjir, kali ini merasakan banjir hebat.

Kawasan terparah yang terkena banjir adalah Desa Rambahan, Kecamatan Logas Tanah Darat. Banjir yang sepanjang sejarah di desa itu tidak pernah dipikirkan sebelumnya.

Ya, banjir yang terjadi Ahad (28/10) pagi akhir bulan lalu itu menghanyutkan empat buah rumah dan merendam 215 rumah serta fasilitas umum.

Banjir yang tidak disangka ini membuat warga panik, mereka tidak sempat memikirkan untuk menyelamatkan harta benda. Banjir setinggi 4 meter ini terjadi begitu cepat. Air datang seperti gulungan ombak di pantai yang begitu cepat dan deras.

Banjir ini betul-betul membuat masyarakat tertekan khususnya di Kecamatan Logas Tanah Darat, seperti Rambahan, Situgal, Logas, Lubuk Kebun, Teratak Rendah, Sikijang dan Perhentian Luas. Namun juga berimbas terhadap kelangsungan hidup ratusan rumah di Dusun Penghijauan Desa Pasarbaru Pangean.

Pasalnya, tekanan air yang datang dari hulu Sungai Batang Pangean bermuara ke salah satu bendungan terbesar di Kuansing, yakni Bendungan Sungai Batang Pangean. Rata-rata air berada di atas pemukiman masyarakat. Kuatnya tekanan, mengakibatkan jebolnya tanggul Bendungan Pangean.

Hingga sekarang, setiap kali datang musim hujan, Dusun Penghijauan yang juga belum pernah diterjang banjir, menjadi langganan banjir.

Selain itu, banjir hebat sepanjang sejarah juga melanda sejumlah desa yang ada di Singingi Hilir dan Singingi, seperti Desa Sungai Paku, Tanjung Pauh, Petai dan Koto Baru dan Kelurahan Lembu.

Setelah Sungai Batang Pangean meluap dan merendam ratusan rumah di Kecamatan Logas Tanah Darat, Pangean, Singingi Hilir, dan Singingi, akhir pekan kemarin giliran Sungai Kuantan meluap. Akibatnya, ribuan rumah terendam di enam kecamatan, seperti di Kuantan Tengah, Sentajo Raya, Benai, Pangean, Kuantan Hilir dan Kuantan Hilir Seberang serta Inuman.

Tidak henti-hentinya banjir melanda sebagian besar wilayah Kabupaten Kuantan Singingi membuat Bupati Kuantan Singingi H Sukarmis prihatin. Ia meminta masyarakat tetap sabar dan tabah menghadapi musibah ini.

Sukarmis menilai, penyebabnya akibat penebangan hutan secara liar. Ia meminta masyarakat bangkit dari musibah ini dan melakukan introspeksi diri agar peristiwa yang sama tidak terulang lagi.

‘’Ini semua ada hikmahnya, dan kita harus melakukan introspeksi diri,’’ sebutnya.

Menurut Sukarmis, banjir sepanjang sejarah ini tidak pernah terjadi sebelumnya, dan merupakan pertanda bahwa alam sudah mulai tidak senang dengan perilaku umat-Nya yang merusak alam, seperti melakukan penebangan hutan dengan sembarangan.

‘’Sudah berabad-abad, tak pernah masyarakat merasakan banjir di Rambahan, tapi sekarang mereka terkena banjir. Kenapa? Ini adalah akibat penebangan liar yang terjadi di hutan-hutan kita selama ini,’’ ujar Bupati H Sukarmis.

Tidak hanya di Rambahan, kata Bupati, di Desa Sigaruntang yang merupakan kawasan bukit di Kecamatan Inuman juga telah terjadi banjir hebat. Menurut Sukarmis, juga disebabkan penebangan hutan secara liar.

‘’Memang kalau Tuhan berkehendak, apapun bisa terjadi, dan tentu semua ini terjadi tidak terlepas dari perbuatan jahat manusia juga yang suka merusak lingkungan,’’ katanya.

Sukarmis mencontohkan, Desa Rambahan yang dulunya merupakan kawasan hutan penuh bukit tidak pernah terjadi banjir. Tapi sekarang banjir datang dengan ganas seraya menerjang rumah-rumah warga.

Rambahan yang dahulunya hutan dan sekelilingnya banyak hutan saat ini sudah gundul.

‘’Dulu Rambahan ini hutan, daerah berbukit, lalu menjadi desa. Sudah berabad-abad menjadi desa tak pernah ada banjir. Nah, sekarang daerah itu bisa terkena banjir. Tentu ini akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab yang telah merusak keseimbangan alam dengan cara melakukan penebangan hutan secara liar,’’ jelasnya lagi.

Menanggapi itu, Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (Fordas) Riau, Ir Mardianto Manan MT angkat bicara. Ia menilai, banjir tidak hanya disebabkan penebangan hutan secara liar, namun juga diakibatkan penebangan hutan secara legal yang dilakukan perusahaan tertentu yang telah mengantongi HGU ribuan hektare.

Mereka menurut Mardianto sangat berperan dalam merusak keseimbangan alam.

Perusahaan-perusahaan yang melakukan penebangan secara legal ini juga harus bertanggung jawab terhadap rusaknya kondisi alam, terutama di daerah aliran sungai yang ada di Kuansing.

‘’Jangan sekadar eksploitasi, perusahaan juga harus memperhatikan daerah resapan di sekitar aliran sungai,’’ katanya.

‘’Akibat ulah kita, sekarang alam mengamuk. Sekarang bagaimana masing-masing kita bertanggung jawab dengan semua ini dengan banyak menanam pohon di sepanjang aliran sungai yang ada di Kuansing,’’ saran Ketua Fordas Riau ini.

Wargapun mengaku kaget dengan kejadian banjir ini, Abbas misalnya mengaku terkejut dengan datangnya air seperti gulungan ombak ini.

‘’Pada saat itu hujan lebat, air datang begitu cepat seperti gulungan ombak,’’ tutur Abas (60), warga Desa Rambahan Kecamatan Logas Tanah Darat.

Dikisahkannya, pada waktu ia tengah melakukan aktivitas di dapur. Tiba-tiba datang banjir yang begitu dahsyat sehingga dirinya bersama keluarga tidak sempat menyelamatkan apapun.

Padahal, di rumah Abas ini terdapat satu unit mobil L 300, dua unit sepeda motor dan peralatan rumah lainnya. ‘’Tak kami pikirkan lagi itu Pak, yang penting nyawa kami selamat,’’ kisah Abas.

Menurutnya, sudah 60 tahun dirinya tinggal di desa ini tak pernah terjadi banjir setinggi itu. Abas kaget dan panik ketika banjir datang menghantam rumahnya.

‘’La 60 tahun umur saya Pak, baru kali ini saya lihat banjir sedalam ini,’’ kisah bertutur Abas.

Sedangkan Kepala Desa Rambahan, Burhanuddin mengatakan, banjir yang tidak pernah terjadi sebelumnya ini lebih disebabkan akibat terjadinya penebangan hutan di arah hulu sungai ini.

‘’Saya rasa inilah akibat kalau hutan telah habis kita rambah,’’ ungkap Burhanuddin.

Untuk membantu meringankan beban masyarakat yang menjadi korban, diperlukan adanya instansi khusus yang menangani masalah bencana alam ini dengan serius, cepat dan tepat.

‘’Kuansing tergolong daerah rawan bencana, seperti banjir, longsor, erosi dan sebagainya. Maka kami menilai, sudah seharusnya Kuansing memiliki instansi yang mengurus masalah bencana ini,’’ saran anggota DPRD Provinsi Riau H Abu Bakar Siddik

Rusak Infrastrukur

Akibat hantaman banjir setinggi 2-4 meter di Rambahan juga merusak infrastruktur jalan. Misalnya, jalan yang terletak di Desa Logas menuju Sungai Rambai amblas setinggi 60 sentimeter dari kedataran sebelumnya.

‘’Ini perlu penanganan cepat, karena kalau kembali diguyur hujan jalan bisa terputus karena di daerah ini jurang,’’ ujar Camat LTD Muradi.

Di Kecamatan Pangean, banjir mengakibatkan akses jalan kabupaten yang terdapat di Dusun Penghijauan Desa Pasarbaru Pangean terputus dan tak bisa dilewati oleh kendaraan roda dua dan roda empat.

Ruas jalan kabupaten yang terletak persis di depan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Pangean ini tidak bisa dilewati oleh kendaraan roda empat. Pasalnya, jalan ini sekarang putus akibat gorong-gorong yang terdapat di ruas jalan tersebut jebol.

Tidak hanya infrstarukur jalan yang rusak, bendungan yang merupakan aset dari Pemprov Riau juga telah jebol, ditambah lagi turap saluran pembuangnya juga runtuh dan rusak parah.

Menanggapi ini, Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA) Kuansing Nopriman HK ST MT akan mengupayakan perbaikan secepatnya. ‘’Kita sudah meninjau kondisi bendungan Pangean itu. Yang jelas kita akan melaporkan ke Pemprov Riau dan melakukan antisipasi di tanggul yang jebol itu,’’ jelasnya.

Dari pantauan Riau Pos, saat ini sejumlah kegiatan fisik terkendala, seperti pengerasan jalan di jalan lintas Simandolak-Pangean dan pembuatan turap di Sungai Muaro Sentajo Kecamatan Sentajo Raya.(ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook