Laporan BUDDY SYAFWAN, Pekanbaru
Siang itu, Senin (16/4) wajah Faisal Aswan biasa saja, meski masih dalam status menjalani pemeriksaan penyidik KPK.
Dia terus menyapa siapapun yang berpapasan dengannya dengan wajah ramah dan penuh senyum. Sayangnya, dia tidak menjawab apapun yang ditanyakan, terkait kasus hukumnya.
Cukup sulit bagi kalangan media baik cetak maupun elektronik untuk meminta komentar dari anggota DPRD Riau tersebut terkait proses pemeriksaan maupun dugaan gratifikasi yang yang dituduhkan kepadanya.
Begitupun ketika ditanyakan tentang darimana dan untuk siapa uang sebesar Rp900 juta yang ditemukan di dalam mobil Suzuki pick up, berlambang Karang Taruna.
Sambil berusaha menghindar dan masuk ke toilet, lelaki muda yang baru berusia 32 tahun itu terus berkilah. ‘’Aduh, nanti saja, saya mau buang air dulu. Nanti tunggu proses penyidikan saja,’’ ungkapnya sambil menutup pintu toilet yang dikawal sejumlah provost kepolisian.
Ada tiga kali, siang itu, Faisal keluar ruangan. Sekali, dia meminta dibelikan rokok Marlboro White karena sudah beberapa lama tidak merokok. ‘’Ada yang punya Marlboro? Saya mintalah. Tapi karena tak ada yang merokok itu, Faisal akhirnya menerima rokok apapun yang diberikan oleh kalangan media. ‘’Terima kasih ya, saya ke dalam dulu,’’ujarnya.
Baru sekitar pukul 15.00 keluar kembali dari ruang pemeriksaan. Tak ada bias ragu atau sudah diwajahnya. Ketika Riau Pos menawari rokok Marlboro White permintaannya, Faisal langsung berhenti dan membuka bungkusnya. ‘’Terima kasih ya, di tahanan tak ada rokok ini,’’ ungkapnya sambil menyalakan api rokok menggunakan mancis.
Sementara itu, sejumlah aparat kepolisian yang berjaga hanya mengawasi Faisal yang saat itu juga langsung menjadi perhatian media. Perlahan, Faisal pun mulai bercerita tentang hal-hal ringan yang dia jalani selama masa penahanan sampai pemeriksaan hari ini.
‘’Biasa saja, seperti air mengalir. Kami ini kan politisi, kami memang harus sudah siap dengan hal-hal seperti ini. Ini risiko. Tapi memang, saya tak menduga, bakal menghadapi hal ini. Saya tak tahu perkembangan di daerah. Selama dua minggu saya ada di Beijing China. Sepulang dari sana, saya turun di Jakarta sebelum kemudian berencana kembali ke Jogja menemui keluarga. Saat itu, saya dapat info akan ada rolling posisi di DPRD. Makanya saya pulang kembali ke pekanbaru,’’imbuhnya.
Faisal juga menjelaskan, ‘’Saat saya ditangkap, itu kami di keluarga baru saja ditimpa musibah. Mertua (laki-laki,red) saya habis sakit, dan saya ditangkap ini sekitar enam atau tujuh hari setelah beliau berpulang. Saya masih berduka, namun, semua sudah ada jalannya, saya disini setelah semuanya selesai,’’ tutur Faisal.
Faisal pun menjelaskan, salah satu alasan mengapa keluarganya (istri dan anak-anak) tidak tinggal di Pekanbaru dikarenakan kondisi orang tuanya yang sedang sakit. ‘’Tapi, itu hal yang manusiawilah, istri saya menjaga orang tua di sana. Sesekali saya pulang ke Jogja,’’ungkap dia.
Penjelasan Faisal ini sejalan dengan kondisi saat dimana KPK melakukan penangkapan terhadap dirinya di Perumahan Aur Kuning, Faisal tidak sedang bersama anggota keluarga. ‘’Ya memang tidak ada orang di rumah bang,’’ ujar dia saat wartawan menjelaskan duduk penggeledahan kediamannya oleh penyidik KPK beberapa waktu lalu.
Selama proses bercerita dengan kalangan media itu, Faisal memang terlihat santai. Sampai-sampai, begitu santainya, disaat kalangan media yang mendengarkan kisahnya, Faisal sempat mencandai wartawan dengan guyonan tentang baju warna merah jambu (pink) yang digunakannya hari itu.
‘’Ini, baju warna pink ini sengaja saya gunakan, karena tahu, pagi ini, banyak kawan-kawan wartawan akan datang. Besok pagi saya akan pinjam koran dan saya akan lihat wajah saya dengan baju pink ini,’’ ucap dia sehingga membuat wartawan yang semula sempat serius malah jadi tertawa.
Pertanyaan pun mengalir kearah seperti apa kondisinya selama di dalam tahanan, dan apakah ada keluarga atau sejawat yang menjenguk. Cepat dia menyebutkan bahwa, cuma tiga pihak yang dibenarkan menjenguknya di tahanan, yakni orang tua, istri dan kuasa hukum.
‘’Keluarga saya sudah melihat, begitu juga istri. Beberapa hari lalu dia sampai di Pekanbaru dan semalam melihat saya. Tapi pagi ini dia sudah berangkat lagi ke Jogja. Saya belum lihat anak-anak, karena kebetulan tidak dibawa. Anak-anak masih kecil,’’ ungkap Faisal dengan wajah sedikit meredup.
Namun, diakui dia, banyak hal yang selama ini terlupakan menjadi pelajaran baginya. ‘’Saya jadikan di dalam untuk merenung, mengevaluasi apa langkah yang telah saya perbuat. Saya juga belajar kembali mendekatkan diri kepada Allah. Sekitar tujuh tahun, saya tak membaca Alquran. Saya berpikir saya sudah tidak pandai lagi membaca Alquran, ternyata masih lancar,’’ tuturnya sambil tersenyum.
‘’Alhamdulillah, selama ditahan, saya kembali giat membaca Alquran. Sehari bisa sampai satu juz. Sisa waktu saya saya gunakan bergaul bersama tahanan yang lain. Di sana juga ada banyak tahanan,’’ papar dia.
Faisal sendiri baru menghentikan pembicaraan dengan kru media saat kuasa hukumnya, Syam Daeng Rani memanggil karena ada panggilan dari penyidik untuk kelanjutan penandatanganan berkas.
Sepanjang Senin (16/4) itu, Faisal yang mengenakan celana katun hitam memang terlihat sangat fresh. Bersama dengan tersangka lainnya, yakni M Dunir, Eka Dharma Putra, Rahmat Syahputra serta delapan orang petugas penyidik termasuk pengacara yang mendampingi selalu melaksanakan salat berjamaah.
Bahkan, Faisal sempat mengajak para kru media yang hendak mewawancarainya untuk salat bersama. ‘’Ayolah, kemari, salat kita dulu, tolong doakan saya baik-baik saja,’’ ajak dia.
Faisal juga sempat menjawab pertanyaan wartawan seputar statusnya di KNPI pasca penangkapan ini. ‘’Saya sudah koordinasi dan sudah baca, ada aturan terbaru di organisasi, saya silahkan pengurus mengkonsultasikanya kembali ke pusat. Karena aturannya ada. Saya terima keputusannya,’’ucap dia.
Dunir Ingat Anak
Lain halnya Faisal Aswan yang banyak membuka kisahnya, Muhammad Dunir, anggota DPRD yang juga menjadi Ketua Pansus DPRD lebih tertutup. Dunir selalu mengalihkan pembicaraan dengan meminta wartawan menanyakan proses pemeriksaannya kepada pengacaranya, Aziun Asyari.
‘’Langsung ke kuasa hukum saya saja,’’pinta dia.
Namun, saat Riau Pos menanyakannya seputar keluarga, Dunir melunak. Dia menaku rindu anak-anak juga keluarga.
‘’Ya rindu, tapi saya sudah ketemu. Mereka sudah menjenguk saya. Saya hanya minta istri untuk bersabar, tabah, ini adalah resiko dari tugas,’’ungkap Dunir tanpa mau menjelaskan lebih jauh tenang hal dimaksud.
Sikap yang sama juga ditunjukkan dua tersangka lainnya, yakni Eka Dharma Putra dan Rahmat. Keduanya memilih menghindar dari kejaran media.(***)