TOUR DE SIAK DI MATA PEBALAP MANCANEGARA DAN LOKAL

Angin Jadi Tantangan, Lintasan Jembatan Daya Tarik Sendiri

Feature | Senin, 16 September 2013 - 08:49 WIB

Laporan Alfiadi, Siak alfiadi@riaupos.co

Lomba balap sepeda Tour de Siak 2013, dengan tiga etape yang dilalui. Meski baru pertama kali diadakan pebalap lokal dan luar negeri miliki kesan sendiri dari pelaksanaan iven ini. Seperti apa kesan mereka?

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Bagi Anthoni Minchin, pebalap dari klub Eddy Holland Australia, TdS terasa berbeda dengan yang pernah diikuti. Di TdS ini semua rintangan dan tantangan bagi umumnya pebalap dirasakan minim.

Biasanya dalam setiap tour, rute yang dilalui selalu ada tanjakan dan juga rintangan. Namun di TdS hampir semuanya datar.

Akan tetapi, meski datar, pria berkulit albino ini tak meremehkan, justru diakui dia terjadi tantangan lain.

“Semula di etape I, saya temukan tantangan saat melintasi jembatan. Saat melintasi jembatan Sultan Abdul Jalil Rachmadnysah (SAJR), tikungan tajam harus saya hadapi sampai naik ke jembatan,” kata Anthoni.

Saat melintasi jembatan itu pulang-pergi lanjut dia terasa beda. Saat diatas jembatan, ia sempat menyaksikan aliran sungai dan keindahan tanaman padi dan rumah penduduk serta keramahan warga yang menyapa.

Jika sebelumnya ia menyaksikan di layar kaca, namun pada TdS ini dapat dilihat secara langsung.

Selain itu, dalam lomba ini, ia bersama timnya mengandalkan sprint (kecepatan) namun sayangnya di etape I belum berhasil juara, dan di etape II baru juara II.

Selama TdS ini, lanjut dia, faktor angin cukup mempengaruhi para pebalap, saat sprint kekuatan angin membuat pembalap waspada akan jatuh, namun syukurnya hal itu dapat diatasi sampai finish.

“Untuk pertama ini, harus saya akui sudah bagus pelaksanaanya, tinggal memperbaiki apa yang jadi kekurangan,” tambahnya.

Selain faktor angin tadi, ia juga menyebut cuaca disini sangat panas, ini dikarenakan di benua Asia memiliki dua musim hujan dan tropis, meski begitu ia sangat enjoy. “Bagi saya bersama tim, ini jadi tantangan tersendiri, untuk mengikuti iven ini jika kembali dilaksanakan,” tambah dia.

Senada, pebalap lokal dari klub United Bike Kencana Surabaya Projo Waseso membenarkan jika faktor angin jadi tantangan di TdS ini. Menurutnya, dalam setiap perlombaan memiliki tantangan yang berbeda, namun hal itu jadi pengalaman berharga bagi pebalap.

Meski rutenya datar, namun juara etape I ini tak memperdulikannya, karena walau bagaimanapun setiap iven pelaksanaan balap sepeda rutenya itu beraneka ragama, jadi tak mesti sama. “Di Siak begini rutenya, di Jogya begitu. Jadi ada semacam karkteristik,” tambah dia.

Diakui dia, setelah mengikuti tiga etape ini, merasa cukup puas terutama dapat menyelesaikan tuntas sampai ke garis finish. Selain itu dapat berlomba bersama pebalap lain baik dari lokal maupun luar negeri. “Ini menambah pengalaman dan jam pertandingan,” sebutnya.

Untuk pelaksanaan iven ini sendiri, kedua atlet ini menilai sudah siap dalam pelaksanaan. Namun ia juga memaklumi jika terdapat kekurangan.

Bagi keduanya kekurangan itu relatif, dan pasti terjadi di setiap perlombaan, baik yang sudah sering melaksanakan maupun yang pertama.

Yang terpenting menurut mereka adalah pelaksaaan iven itu sendiri yang berjalan dengan baik. “Jika Siak mengadakan lagi, kami siap mengikuti,” kata mereka.

Bagi mereka, kekurangan yang dirasakan bukan hal yang mendasar, namun tetap juga bagi tuan rumah harus dievaluasi agar pelaksanaan kedua kalinya dapat lebih baik lagi.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook