Semakin minimnya pendapatan ikan oleh nelayan yang ada di danau, sungai, selat dan laut tentu berpengaruh besar terhadap kehidupan mereka. Dengan keadaan tersebut, bukan tak mungkin segera dicari solusi terbaik untuk membuat program yang bisa memberikan nilai tambah bagi nelayan. Terutama membuat keramba ikan apung di sungai, danau dan pesisir pantai. Selanjutnya membuat tambak-tambak udang atau ikan di lahan-lahan tidur dan kolam ikan air tawar.
Laporan ERWAN SANI, Pekanbaru
HAMPARAN hijau daun-daun piyai, senayan dan juga rumput sarang buaya yang melambai-lambai tertiup angin berjaras-jaras luasnya di pinggir baran, menunjukkan betapa luasnya lahan tidur yang belum dimanfaatkan masyarakat Sungai Bakau, Kecamatan Sinaboi.
Lahan-lahan kosong tersebut terlihat ditingalkan begitu saja, karena masyarakat hanya memanfaatkan lahan itu ketika musim menanam padi tiba. Setelah itu dibiarkan saja begitu tanpa dikelola sehingga jadi semak belukar kembali.
Pemandangan ini bukan saja terlihat di pesisir pantai Bagansiapi-api saja akan tetapi bisa juga dilihat di pesisir pantai Kota Dumai, Bukit Batu, Pulau Bengkalis, Pelelawan, Tebingtinggi, Indragiri Hulu (Inhu) dan Indragiri Hilir.
‘’Lahan kosong tak sedikit. Tapi kita tak tahu mau buat apa. Sebab kita terbentur modal dan tak tahu nak membuat tambak ikan, karena kami nelayan berpikiran untuk buat tambak atau kolam ikan perlu dana besar,’’ jelas Suprianto tokoh masyarakat kepada Riau Pos.
Bahkan lahan-lahan kosong yang ada biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk menanam padi dan sekarang sebagian besarnya sudah dimanfaatkan untuk menanam sawit. ‘’Sebab sawit juga bisa hidup di daerah air payau. Makanya masyarakat mulai menanam sawit. Tengoklah tak sedikit lahan kosong di sepanjang jalan menuju Sinaboi sudah ditanami sawit. Tapi tak sedikit pula yang masih kosong,’’ jelasnya.
Pernyataan-pernyataan seperti ini juga dilontarkan tokoh-tokoh masyarakat di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis kepada Riau Pos. Seperti diungkapkan Yusri, untuk potensi perikanan air tawar maupun sungai tak sedikit. ‘’Tapi kami tak tahu mau memulainya dari mana. Di tempat kami ini mengalir Sungai Kembung yang airnya tak pernah kering. Kemudian lahan tidur ratusan bahkan ribuan hektare di sepanjang bibir pantai Pulau Bengkalis. Kadang-kadang kami ingin juga memanen ikan macam daerah lain, tapi kami tak ada modal,’’ jelasnya.
Pemandangan lahan tidur dan tak termanfaatkan dengan baik juga terlihat di sepanjang perjalanan menuju Kuala Selat Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil). Lahan-lahan tidur bahkan terbiar begitu saja dan tidak ada dimanfaatkan masyarakat.
Luasnya lahan ini mencapai ratusan hektare dan jika digabungkan seluruh kabupaten di Riau terutama di daerah pesisir pantai jumlahnya mencapai ratusan ribu hektare. Padahal dari sekian banyak lahan tidur yang kosong itu bisa menghasilkan dan berpotensi untuk pengembangan perikanan, baik ikan air tawar, air payau maupun air asin.
Riau Miliki Tasik Luas dan Empat Sungai Besar
Potensi perikanan di Riau sudah tak terbantahkan lagi. Hal ini dikarenakan Riau memiliki lautan, selat, tasik-tasik (danau-danau) kecil dan besar. Selain itu Riau juga memiliki empat sungai besar menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat yang hidup dipinggirnya.
‘’Sayangnya masyarakat kita masih berharap potensi ikan yang ada di dalam tasik, selat dan juga sungai besar itu. Padahal semuanya tak sebanding lagi dengan jumlah yang menangkap ikan dengan potensi ikan di tempat tersebut,’’ kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Prof Dr Ir Irwan Effendi MSc.
Dikatakan dia, untuk Selat Melaka saat sekarang tak lagi mempunyai potensi besar untuk nelayan-nelayan Riau. Sebab potensi ikan terus merosot turun dari tahun ke tahunnya. Hal ini dikarenakan jumlah penangkap ikan lebih banyak ketimbang potensi ikan. ‘’Selat Melaka sudah menjadi zona merah. Jumlah ikan lebih sedikit dibandingkan dengan nelayan menangkapnya,’’ ungkap Irwan Effendi.
Begitu juga dengan empat sungai besar yang ada di Riau baik Sungai Kampar, Indragiri, Siak dan Rokan. Jumlah ikannya tak lagi seperti 20-30 tahun yang lalu. Sehingga ikan yang didapatkan nelayan hanya cukup untuk makan. Tak hanya sungai akan tetapi tasik-tasik yang ada di kabupaten/kota di Riau juga mengalami penurunan potensi ikan sangat drastis. ‘’Ini terjadi karena perubahan lingkungan dan perubahan habitat di dalamnya,’’ kata Irwan Effendi.
Banyaknya lahan tidur, banyaknya tasik-tasik besar di Riau dan adanya empat sungai besar sebenarnya bisa kembali memberikan manfaat yang lebih kepada nelayan yang menggantungkan hidup terhadap ikan. Caranya tentu memberikan perhatian khusus terhadap potensi perikanan di setiap kabupaten dan kota.
‘’Padahal lahan tidur ini sangat berpotensi besar. Jika saja dibuat kolam ikan, tambak udang putih bagi jika lahan tidurnya terletak dibibir sungai atau pantai. Ini yang perlu dilakukan Dinas Perikanan kabupaten/kota,’’ ucapnya.
Sehingga para nelayan tak lagi berharap seratus persen terhadap tangkapan ikan di laut, sungai dan juga tasik. Menurut Irwan, para nelayan itu tetap saja menangkap ikan tapi tambak, keramba mereka tetap ada sehingga masih bisa menghidupi keluarga dari panen ikan yang hanya memakan waktu 3-8 bulan tersebut.
Manfaatkan Sungai dan Tasik untuk Keramba
Keberhasilan Kabupaten Kampar membuat program Seribu Keramba di sepanjang Sungai Kampar tentu bisa dijadikan contoh bagi kabupaten/kota di Riau. Sedangkan untuk tasik atau danau perlu mencontoh Kota Padangpanjang, sebab mereka memiliki ribuan keramba di dalam danaunya sedangkan tasik atau danau yang ada di Riau tak ada satupun keramba apung.
Sebut saja Danau Zamrud, Tasik Puyu-puyu, Tasik Siak Giam dan tasik-tasik kecil lainnya baik berada di Kabupaten Siak, Bengkalis, Kepulauan Meranti dan juga Pelalawan.
Oleh sebab itu, agar tasik-tasik, sungai-sungai besar dan lahan tidur yang memiliki potensi besar bisa termanfaatkan menjadi sumber pengembangan perikanan air tawar, payau atau masin Diskanlut Riau sudah melakukan koordinasi dengan kabupaten/kota.
Terutama mengedepankan program memberdayakan masyarakat untuk bisa membuat keramba, tambak maupun kolam yang bisa menjadi pendapatan utama bagi kehidupan.
‘’Sudah dan berhentilah memberikan bantuan jaring, akan tetapi berpindahlah memberikan bibit, alat-alat untuk membuat keramba dan mesin membuat pelet untuk pakan ikan. Itu saya nilai sangat tepat,’’ jelas mantan Rektor Unilak ini.
Bantuan jaring di Kabupaten Bengkalis misalnya jika disambung-sambung sudah bisa sampai ke negara jiran Malaysia. Tapi masyarakat kita tetap nelayan yang ketika musim angin kuat tak bisa melaut sehingga mereka harus menumpuk utang, karena tak ada penghasilan lain. Sehingga musim tangkap tiba, mereka hanya melunasi utang-utang yang mereka buat. ‘’Tapi beda halnya jika mereka memiliki keramba, tambak atau kolam ikan, yakin mereka bisa hidup dan tidak berutang,’’ lanjutnya.
Berupaya Membuat Proyek Percontohan
Kebiasaan masyarakat sangat sulit untuk diubah, apalagi para nelayan yang ada di Riau. Untuk itu pemerintah harus melakukan berbagai upaya sehingga para nelayan tak menggantungkan hidup sepenuhnya dari tangkapan ikan di laut, danau dan sungai. Akan tetapi berusaha membuat keramba, tambak dan juga kolam ikan.
Untuk mengubah kebiasaan tersebut bukan perkara mudah, kata Irwan Effendi. Salah satunya tentu memberikan contoh-contoh keberhasilan para nelayan yang sebelumnya menggantungkan hidup dari tangkapan ikan menjadi nelayan yang berhasil dari panen ikan dari keramba, tambak atau kolam.
‘’Caranya, tentu membuat pilot projek atau percontohan di daerah-daerah atau kecamatan-kecamatan dengan membuat kelompok-kelompok. Dan diupayakan perhatian serius sehingga kelompok itu berhasil. Jika berhasil saya yakin semua orang mau menirunya,’’ kata dosen perikanan ini.
Permasalahan terjadi selama ini, bantuan pembuatan keramba, tambak atau kolam hanya sekadarnya. Setelah diberikan bantuan bibit ikan, udang dan peralatan pembuatan keramba, tambak dan mesin pembuatan pakan dibiarkan saja. Akhirnya nelayan dengan kemampuannya sendiri tak bisa memberikan hasil maksimal. ‘’Jadi kuncinya dibimbing mereka hingga berhasil. Jangan hanya sekadar proyek setelah itu dibiarkan,’’ tuturnya. ***