Hanya sekali bayar Anda bisa keliling kota, itulah slogan yang tertera di baliho yang tertempel di halte bus Trans Metro Pekanbaru (TMP) Jalan Diponegoro. Namun kenyataannya di lapangan berbeda. Kok Bisa?
LISMAR SUMIRAT, Pekanbaru
Waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB. Bus TMP bernomor lambung 30 mulai bergerak pelan. Tepat di halte HR Soebrantas-Simpang Delima, bus dengan rute terminal AKAP-Pandau ini berhenti.
Satu per satu penumpang mulai menaiki bus 3/4. Riau Pos yang penasaran dengan pelayanan dan rute bus yang dikelola Perusahaan Daerah (PD) Pembangunan Pekanbaru ikut menaikinya.
Tak ingin berlama-lama, Riau Pos langsung menaiki, tetapi sayangnya tangga portabel yang disediakan masih ketinggian, sehingga Riau Pos memilih untuk naik langsung dari lantai halte.
Ketika naik, pramugari langsung menanyakan tujuan, dan menyerahkan tiket. ‘’Tujuannya Anda ke mana,’’ tanya pramugari.
‘’Ke Kubang,’’ jawab Riau Pos singkat, kemudian langsung menyerah uang kertas Rp50 ribu. ‘’Tak ada uang pas, kembaliannya tidak ada,’’ jawabnya.
Di saat bersamaan ternyata ada salah seorang sopir bus TMP yang ikut menumpang tujuan Soekarno-Hatta untuk menjemput bus yang biasa dikemudiakannya.
‘’Ya udah dik, abang itu biar saya yang bayarkan,’’ tawarnya.
Sesampai di Simpang Arhanudse Kubang, Riau Pos kembali bertanya kepada pramugari, ‘’Kalau tujuan Sudirman, transitnya di mana ya?’’ tanya Riau Pos.
‘’Nanti transitnya dekat SD, masuk ke arah Pandau dulu,’’ terangnya. Tiba di halte dekat SD Jalan Putih, Riau Pos bersama dua orang penumpang lainnya langsung turun dan menyeberang ke halte transit.
Di situ sudah seorang calon penumpang yang terlihat menunggu, sesekali melihat jam yang tertera di layar handphone-nya. Hal tersebut dilakukannnya hingga berkali-kali seakan-akan gelisah karena sudah menungu lama.
‘’Sudah lama menunggu ya kak?’’ sapa Riau Pos memecah kesunyian.
‘’Lumayan, hampir 20 menit,’’ tutur wanita yang mengenakan baju dan jilbab putih yang dipadu celana hitam panjang tersebut.
Tepat pukul 14.12 WIB, barulah terlihat bus TMP besar yang melintas dari arah Pandau. Setelah naik, bus ini terasa lebih panas dari bus sebelumnya. Kemudian tiket yang tersimpan dikantong celana, langsung Riau Pos keluarkan.
Tapi anehnya pramugara sama sekali tidak menanyakan apalagi melihat tiket yang Riau Pos bawa. Tetapi dua penumpang yang ikut transit tadi diminta untuk memperlihatkan tiketnya. Namun tidak ada alat penanda yang menunjukkan bahwa kami sedang transit.
Menjelang tiba di Plaza Sukaramai, Riau Pos menanyakan pada pramugara, bus tujuan Jalan Riau. ‘’Coba cek saja, ada di depannya tulisan,’’ terangnya.
Setelah menemukan bus yang dimaksud dan menaikinya, begitu bus mulai berjalan pelan, pramugari yang kami ketahui bernama Wiwik langsung menghampiri.
‘’Transit bang?’’ tanya Wiwik sambil melihat tiket yang saya pegang, kemudian tiket saya serahkan. Setelah menandai dengan alat pelubang, tiket kembali di serahkan.
‘’Kalau transit ini bolehnya berapa kali ya?’’ tanya Riau Pos, dengan nada bercanda langsung dia jawab, ‘’sampai bosan bang,’’. ‘’Kalau maksimalnya berapa kali?’’ timpal Riau Pos. ‘’Lima kali, paling sudah capek duduk nanti tu,’’ jawabnya.
Ternyata yang ikut menumpang di bus dengan nomor lambung 23 ini, tak hanya tujuan AKAP saja, tetapi juga ada yang menumpang tujuan Pandau. ‘’Ibu mau ke mana?’’ tanya Riau Pos. ‘’Mau ke Pandau, tapi busnya panas, jadi saya ke luar lagi dan pindah bus ini, nanti kan juga bisa ke Pandau dari AKAP. Biarlah jauh asal tak kepanasan,’’ ujar ibu yang bekerja sebagai PNS ini.
Di bus ini, baik supir maupun pramugari terlihat akrab dengan penumpang, setiap pertanyaan dari penumpang mereka jawab dengan baik. Tak terasa, pukul 15.25 WIB kami sudah tiba di Terminal AKAP untuk transit menuju arah Pandau.
Di sini supir langsung masuk begitu para penumpang baik, tanpa menunggu waktu lama, Jonaldi yang jadi sopir langsung mengemudikan bus bernomor lambung 38 ini.
Seperti biasanya pramugara langsung menanyakan tiket, dia menandainya sebelum dikembalikan kepada penumpang. ‘’Bang kalau transit bolehnya berapa kali ya?’’ tanya Riau Pos.
‘’Bisanya tiga kali,’’ ujarnya dengan logat Jawa yang masih kental. ‘’Bukannya satu tiket bisa keliling kota?’’ timpal ibu PNS yang tadi juga ikut transit.
‘’Ya bisa, tapi maksimalnya tiga kali transit,’’ jawab pramugara. ‘’Tapi, kata pramugari sebelumnya beda, satu tiket bisa keliling kota dengan maksimal lima kali transit,’’ timpal Riau Pos. ‘’Ya bisa lah,’’ timpalnya agak kikuk.
Kabid Angkutan Darat Dishubkominfo Kota Pekanbaru, Sunarko menuturkan kepada Riau Pos, satu tiket hanya berlaku untuk dua atau maksimal tiga kali transit.
‘’Satu tiket itu hanya berlaku untuk satu kali tujuan, misalnya Panam ke Ramayana, jadi hanya untuk satu kali tujuan. Kalau ada pramugara yang menyatakan satu tiket bisa untuk lima kali transit atau keliling kota, itu meyanyah namanya,’’ ujar Sunarko.
Namun, penjelasan Sunarko sangat bertolak belakang dengan yang disampaikan Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Pembangunan, Heri Susanto.
‘’Satu tiket itu bisa untuk keliling kota sesuai slogan bus TMP. ‘Hanya sekali bayar Anda bisa keliling kota’. Mau sepuasnya keliling kota untuk menunggu bulan puasa juga tidak apa-apa, paling nanti mual-mual sendiri karena masuk angin karena bus kita dingin,’’ selorohnya.
Untuk menjamin satu tiket bisa keliling kota tersebut, Heri menuturkan tidak segan-segan untuk memecat pramugara/i yang bermain.
‘’Kita kemarin sudah memecat pramugara/i yang bermain, hal ini kita lakukan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada penumpang. Tetapi penumpang turun bukan di halte transit atau tiketnya dibuang tentu harus membli tiket lagi. Tetapi jika karena kelalaian pramugara, maka kami akan memberi sanksi kepada pramugara yang bersangkutan,’’ tambahnya.(*4)