JAKARTA ( RIAUPOS.CO) Diskusi di Padepokan Demi Indonesia dengan narasumber Dahlan Iskan dan Mahfud MD, Selasa (14/1), sebenarnya banyak membahas pertumbuhan ekonomi dan penegakan hukum. Namun, saat sesi tanya jawab dibuka, topik yang dibahas melebar.
Misalnya terkait dengan pembunuhan karakter seseorang yang potensial menjadi calon presiden (capres) dengan dicari-cari kesalahannya.
Menanggapi hal itu, Dahlan maupun Mahfud memiliki sikap hampir sama. Yakni, mereka tak terlalu ambil pusing.
‘’Kita itu perlu selera humor. Jangan kemudian serius terus, harus ada selera humornya,’’ kata Dahlan.
Menteri BUMN tersebut mencontohkan saat digulirkan isu bahwa dirinya memiliki empat istri. ‘’Memang betul. Yang pertama Nafsiah, kedua Nafsiah, ketiga Nafsiah, keempat Nafsiah. Eee, dikira itu beneran,’’ ujar Dahlan yang disambut tawa peserta diskusi.
Begitu juga halnya saat ada isu dirinya dituding korupsi hingga Rp36 triliun. Dahlan juga mengaku sudah memberikan penjelasan. Sayangnya, isu tersebut diungkit terus tiap pekan.
‘’Lumayan juga itu Rp36 triliun,’’ candanya. ‘’Kita sebaiknya meningkatkan selera humor. Humor itu salah satu cara terbaik untuk menjalankan otokritik,’’ imbuh mantan Direktur Utama PLN tersebut.
Senada, Mahfud juga memilih tidak ambil pusing jika ada yang mencari-cari kesalahannya. ‘’Saya nggak peduli dengan yang ungkit-ungkit kesalahan. Seperti Pak Dahlan bilang,’’ katanya.
Mahfud mengungkapkan, saat Akil Mochtar tertangkap KPK terkait dengan penerimaan suap sengketa Pilkada, banyak yang berkomentar bahwa dirinya ikut menerima aliran fulusnya. Tapi, Mahfud justru menantang balik.
‘’Saya sudah di luar MK. Kalau ada yang punya bukti, silakan laporkan,’’ tegasnya.
Pria asal Madura itu juga menceritakan saat dirinya diperiksa KPK dalam kasus Akil pada Senin (13/1). Pertanyaan yang diajukan penyidik seputar perkenalannya dengan Akil dan Ratu Atut Chosiyah serta apakah pernah diberi sesuatu yang bernilai uang.
‘’Saya ingat-ingat betul, pernah, tapi diberi obat asam urat (dari Akil, red),’’ katanya yang juga disambut tawa peserta diskusi.
Bukan hanya soal strategi menghadapi tudingan Dahlan dan Mahfud sepakat. Keduanya juga satu pendapat bahwa Indonesia ke depan harus dipimpin orang yang tepat.
Dahlan mengatakan, biasanya orang-orang yang memiliki kemampuan justru tidak populer. ‘’Bisa jadi karena nggak peduli popularitas,’’ ucapnya.
Siapa pun yang terpilih sebagai presiden, Dahlan berharap Indonesia tidak salah pilih dalam Pemilu nanti.
‘’Karena Indonesia peluang untuk majunya itu besar sekali. Enam tahun lagi Indonesia bisa jadi negara peringkat sembilan besar dunia,’’ tegas Dahlan.
Sementara itu, Mahfud mengatakan, pemimpin ke depan harus figur yang bisa melindungi kepentingan orang banyak. ‘’Seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan secara cepat, bertanggung jawab, tidak bertele-tele,’’ tegasnya.
Sinyal Duet
Dalam diskusi bertajuk Prospek Pemilu 2014 itu juga terungkap cerita tentang batalnya Mahfud ikut dalam konvensi Partai Demokrat.
Seperti diketahui, nama Mahfud MD sempat masuk dalam daftar tokoh yang mendapat undangan komite konvensi Demokrat sebagai Capres.
Namun, saat datang pada hari yang dijadwalkan untuk melakukan wawancara perkenalan, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut justru menyampaikan penolakannya mengikuti konvensi.
Kala itu Mahfud mengatakan bahwa keputusannya tersebut sudah melalui perenungan dan diskusi dengan tim politiknya. Namun, kemarin dia mengungkapkan, salah satu alasannya tidak ikut konvensi adalah tidak mau bersaing dengan Dahlan Iskan.
‘’Kalau saya dipandang sebagai pendekar, dalam cerita Kho Ping Hoo, tidak ada dua pendekar yang berperang. Salah satunya mengalah,’’ tutur Mahfud. Dua pendekar yang dimaksud adalah dirinya dan Dahlan.
Sematan pendekar dilontarkan pakar komunikasi Effendi Gazali yang bertindak sebagai moderator dalam diskusi itu.
‘’Diskusi ini adalah pertemuan dua pendekar. Mahfud MD adalah pendekar hukum, sedangkan Dahlan Iskan pendekar kemajuan ekonomi,’’ ujar Effendi saat membuka diskusi.
Mahfud menceritakan, di antara nama-nama yang menjadi peserta konvensi, ada tiga yang diunggulkan. Yakni dirinya, Jusuf Kalla (JK), dan Dahlan. JK kemudian menyatakan tidak bersedia.
Nah, sebelum konvensi dimulai, Mahfud mengaku berkomunikasi dengan Dahlan. Keputusannya, Dahlan yang maju ikut konvensi.
‘’Kalau dua-duanya maju, rugi. Kalau saya dan Pak Dahlan bertarung, bisa dikalahkan yang lain,’’ tuturnya. Mahfud lantas memilih berjuang di luar konvensi.
‘’Silakan Pak Dahlan maju. Mungkin suatu saat kita bertemu di ujung perjalanan,’’ imbuh Mahfud yang disambut tepuk tangan peserta diskusi.
Namun, menteri pertahanan di era Presiden Gus Dur itu belum berkomentar banyak saat disodori pertanyaan bakal duet dengan Dahlan dalam Pilpres mendatang.
‘’Tuhan sudah mengatur. Tinggal sekarang bagaimana kita konsolidasi menuju skenario Tuhan itu,’’ ujar Mahfud diplomatis.
Dahlan akhirnya ikut bersuara atas pengakuan Mahfud tentang penolakannya mengikuti konvensi. Menteri BUMN itu mengatakan sebenarnya ingin merahasiakan komunikasinya dengan Mahfud sebelum pelaksanaan konvensi.
‘’Saya bertekad merahasiakan komunikasi itu sebagai kenang-kenangan dari orang yang begitu luar biasa. Tapi, sekarang beliau yang membukanya,’’ kata Dahlan.
Tentang figur Mahfud, Dahlan mengungkapkan, sekitar setahun yang lalu Presiden SBY pernah meminta survei dari intelektual terkait dengan sosok pemimpin mendatang. Hasilnya, Mahfud menduduki peringkat pertama dan Dahlan di nomor kedua.
Namun, Dahlan juga menjawab diplomatis tentang spekulasi berpasangan dengan Mahfud dalam Pilpres.
‘’Saya belum tentu menang konvensi Partai Demokrat. Pak Mahfud juga belum tentu dapat partai. Kalau akhirnya kami bersama menjemput takdir, kan tidak salah-salah amat,’’ terang Dahlan yang disambut riuh tawa peserta diskusi.(fal/c9/kim)