BANJIR DI KAWASAN TINGGI DAN BANTARAN SUNGAI SIAK KOTA PEKANBARU

Pembangunan Drainase Masih Buruk

Feature | Minggu, 15 Desember 2013 - 09:48 WIB

Pembangunan Drainase Masih Buruk
Banjir hingga selutut orang dewasa terjadi di beberapa titik di Jalan HR Subrantas pada Jumat (6/12/2013) lalu. Banjir yang terjadi ini akibat drainase tersumbat dan tidak terintegrasi. Foto: teguh prihatna/riau pos

Dalam dua pekan terakhir, banjir merata terjadi di Kota Pekanbaru. Di wilayah bantaran Sungai Siak banjir sudah lazim dan sejak lama tak kunjung teratasi. Tapi yang disayangkan, banjir yang terjadi di kawasan topografi tinggi disebabkan tidak terintegrasinya pembangunan drainase, pengawasan yang lemah dan pola penanganan ‘’pemadam kabakaran’’.

Laporan MUHAMMAD HAPIZ, Pekanbaru

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’SUDAH berbuih mulut saya ini. Beberapa kali pejabat Pemko datang kesini meninjau dan menanyakan apa yang perlu dilakukan untuk menangani banjir di Tabek Gadang. Tapi dia datangnya bukan saat banjir terjadi. Saya sampaikan, buat box culvert melintas persimpangan Jalan HR Subrantas menuju Cipta Karya. Tapi paling penting buat juga drainase di Jalan Cipta Karya, supaya air terbagi. Tapi tidak didengar, malah daerah kami ini banjir. Selama saya tinggal disini, inilah banjir terbesar merendam rumah kami,’’ ujar Nazwan Ketua RT07/RW1, Kelurahan Tuah Karya, Kecamatan Tampan, Pekanbaru.

Banjir di sekitar Tabek Gadang atau persimpangan Jalan SM Amin-HR Subrantas berpindah tempat tapi dengan jarak tidak terlalu jauh pada Jumat (6/12) lalu. Hujan deras mengguyur semalaman, merendam Jalan HR Subrantas berjarak sekitar 50 meter dari dan kearah Simpang Panam dengan ketinggian mencapai hampir sepinggang orang dewasa. Bukan hanya jalanan, deretan Ruko dan pemukiman, termasuk rumah Nazwan, terendam cukup lama. Drainase terlihat tidak mampu menghantarkan debit air yang cukup besar hari itu.

Jika diperhatikan, aliran air tidak mengalir lancar dan tidak terbagi. Padahal, masih terdapat drainase melintas Jalan SM Amin menuju Sungai Air Hitam, dekat terminal Bandaraya Payung Sekaki. Alhasil, di sekitar Jalan HR Subrantas itu berubah bak danau.

‘’Seharusnya drainase SM Amin itu berfungsi biar bisa membagi air. Jadilah seperti ini. Kami banjir, Jalan Kutilang banjir, dan banyak perumahan di Cipta Karya ini juga banjir. Kenapa, ya itu membuat drainase tidak becus dan sepotong-sepotong,’’ kata Nazwan yang terlihat sangat kesal dan lelah sebab mesti mengemasi barang-barang yang terkena banjir.

Banjir Jumat (6/12) memang tergolong besar dan luas di Kota Pekanbaru. Jika di HR Subrantas merendam jalan hampir sepinggang, di beberapa perumahan lain malah lebih tinggi. Di Perumahan Sidomulyo, banjir merendam hingga sedada orang dewasa. Di banyak pemukiman dan perumahan di Jalan Cipta Karya, Soekarno-Hatta, Delima, Lobak, Srikandi, di beberapa titik di Kecamatan Bukitraya, Tenayan Raya, Payung Sekaki yang tidak pernah direndam air, mengalami banjir diwaktu yang sama.

Bukan hanya pemukiman, perumahan dan Ruko, tapi banjir juga merendam beberapa sekolah hingga menyebabkan siswa diliburkan. Seperti halnya yang terjadi di SMPN 21 Jalan Soekarno-Hatta. Banjir terus merendam beberapa hari dengan ketinggian air bervariasi tergantung kelebatan hujan yang terjadi. Hampir dipastikan, pemukiman dan perumahan yang terendam banjir dikarenakan penataan dan pengintegrasian drainase yang buruk.

Di Jalan Garuda Sakti, selain merendam jalan raya, beberapa perumahan mengalami banjir serupa. Seperti halnya di Perumahan Mutiara Panam Regency, banjir merendam hampir selutut dewasa. Dikawasan ini, drainase tidak tertata dengan baik, tidak terencana dan terpotong-potong. Debit air yang besar dari Jalan Garuda Sakti dan segala arah, mengarah ke perumahan yang berdampingan langsung dengan UIN Suska Riau ini.

‘’Dengan mulai padatnya di kawasan ini, seharusnya pemerintah memikirkan untuk membuat drainase saluran induk atau drainase yang cukup besar. Karena semua air mengalir kearah perumahan kami ini. Kalau ini dibiarkan, 2-3 tahun lagi, rumah kami akan rata dengan air. Selagi masih banyak kawasan belum dibangun, pemerintah mesti intervensi baik itu developer, rumah warga biasa hingga UIN Suska untuk membangun drainase yang besar dan terintegrasi. Atau Pemko Pekanbaru membangun drainase yang besar dan terintegrasi itu menggunakan dana APBD,’’ ujar Baharusin, salah seorang warga perumahan tersebut.

Bila diamati, apa yang disampaikan Baharusin itu memang benar adanya. Tumpahan air di Jalan Garuda Sakti dan sekitarnya, melaju kearah perumahan tersebut. Hal ini dikarenakan alur pembuangan air di sepanjang Jalan Garuda Sakti tidak jelas, apakah diarahkan ke Sungai Air Hitam atau menuju perbatasan Pekanbaru-Kampar. ‘’Lihat saja drainase Jalan Garuda Sakti, tidak jelas airnya mengalir kemana. Mestinya di jalur utama seperti ini yang dibenahi dulu. Kalau jalan raya saja tidak terbenahi, bagaimana mau membenahi kawasan perumahan ini. Sebagai warga, kita minta Pemko membuka mata untuk hal ini,’’ ujarnya.

Lurah Simpang Baru Liswarti menyebutkan, upaya untuk pembenahan genangan dan banjir yang terjadi di Simpang Baru, khususnya Jalan Garuda Sakti dilakukan dengan pengerukan drainase. Banyak drainase yang menyempit sebab dibangun jembatan oleh pemilik Ruko  sehingga harus diperbesar lagi. Ditambah lagi, drainase perlu dikeruk. Soal penataan drainase atau pembuatan saluran induk, ia berjanji akan mengusulkannya.

‘’Untuk pengerukan kita bekerjasama dengan Dinas PU dan sudah dilakukan di sepanjang Jalan Garuda Sakti dan HR Subrantas. Untuk kawasan perumahan, kita sudah arahkan untuk melihat, bagaimana kondisi sebenarnya. Saya tahu ada perumahan yang mengalami banjir dan akan kami perhatikan,’’ kata Liswarti.

Ahli Engginering Fakultas Teknik Uniersitas Riau yang juga tenaga ahli Pemko Pekanbaru Dr M Iksan dimintakan pendapatnya soal banjir yang terjadi di kawasan Kecamatan Tampan, Bukitraya, Tenayaraya diakui merupakan kawasan tinggi. Walau kawasan tinggi secara topografi, akan tetapi menurutnya tetap memiliki cekungan-cekungan dan kawasan itulah yang mengalami banjir. Penyebabnya kata dia adalah buruknya drainase dan banyak yang terputus akibat tertimbun tanah atau  ditutup oleh pemilik Ruko.

‘’Saat drainase di Jalan HR Subrantas dibenahi semua, yang tersumbat dikeruk, yang menghambat dibongkar, jauh berkurang  banjirnya. Ini tandanya disebabkan drainase yang buruk. Kenapa buruk, tidak membuat air berjalan, salah satunya karena pengawasan yang kurang. Seharusnya pembangunan Ruko, pemukiman dan perumahan diawasi secara ketat terutama dalam membangun drainase,’’ ucap Iksan.

Apakah menurutnya banjir dikawasan topografi tinggi tersebut dikarenakan belum adanya masterplan banjir Kota Pekanbaru sehingga pembangunan drainase tidak terintegrasi? Iksan menepis hal itu. Sebab katanya, masterplan hanyalah sebuah rencana diatas kertas. Untuk saat ini, sebutnya, perlu dibenahi segera drainase yang ada. Lebih jauh apakah disebabkan belum disahkannnya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pekanbaru? Iksan menyebutkan hal itu tidak terkait sama sekali.

‘’Untuk apa masterplan banjir saat ini. Itu hanya rencana diatas kertas. Kita perlu yang segera dan segera itu membenahi drainase. Dan kalau RTRW itu, jauh sekali keterkaitannya dengan banjir yang terjadi ini. Banjir yang terjadi di kawasan topografi tinggi ini perlu penanganan cepat sistem drainasenya. Dan banjir di kawasan Sungai Siak, perlu perhatian segera dan membangun infrastruktur penanganan tahap demi tahap,’’ ucap Iksan.

Sebaliknya, Pengamat perkotaan Ir Mardianto Manan MT menilai banjir yang terjadi dikawasan topografi tinggi di Kota Pekanbaru ini disebabkan tidak terencananya pembangunan drainase, baik oleh Pemko Pekanbaru maupun pihak swasta katakanlah developer. Perencanaan itu, sebut dia salah satunya tertuang didalam masterplan banjir itu. Kalau tidak ada rencana, maka seperti membangun diruang gelap, yang pada akhirnya dihasilkan drainase yang terpotong-potong, tidak jelas air mau diarahkan kemana seperti halnya yang terjadi saat ini.

‘’Saya menyebut bukan banjir yang teradi di Panam dan daerah tinggi lainnya di Pekanbaru ini, tapi air yang tersumbat. Kenapa, karena tidak jelasnya air dialirkan kemana. Kan sudah jelas, air itu mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Hukum sederhana inilah yang mesti dipahami Pemko Pekanbaru dalam mengatasi banjir,’’ kata Mardianto yang juga Ketua Jurusan Perencanaan Wilayah Perkotaan Fakultas Teknik UIR ini.

Apakah karena belum disahkannya RTRW Pekanbaru? Mardianto menyatakan memang ada kaitannya. Sebab, salah satu materi didalam RTRW itu adalah peta kontur. Peta kontur itu, dijelaskannya, membuat topografi Kota Pekanbaru kawasan yang tinggi, sedang, rendah dengan kode-kode peta tertentu. Kawasan-kawasan rendah atau cekungan, akan ditandai dalam peta kontur ini. Dan diungkapkannya, dalam materi RTRW Pekanbaru yang sudah dibahas, tidak ada dimasukkan materi peta kontur tersebut.

‘’Dan turunan peta kontur itu adalah peta jalur drainase yang mengatasi banjir. Sehingga terlihatlah mau diarahkan kemana pembagian air di Kota Pekanbaru ini. Misalnya kawasan Tabek Gadang, didalam peta ini nanti terlihat alur pembuangan air. Sehingga selain Pemko Pekanbaru membangun drainase secara bertahap, pihak lain seperti pengembang juga bisa mengacu ke peta drainase ini untuk mengalirkan air. Drainse harus dibuat dengan membedakan mana saluran induk dan mana saluran primer sehingga mudah menjadi acuan pembangunan dalam pengintegrasian pengaliran air. Tinggal lagi diawasi berapa besarnya drainase yang mesti dibangun dilihat dari letak perumahan yang dibangun. Kalau peta kontur tidak ada, bagaimana mau membuat peta drainase atau peta mengatasi banjir,’’ celutuknya.

Tidak adanya perencanaan terintegrasi penanganan banjir di Kota Pekanbaru ini, Mardianto menganggap wajar-wajar saja jika tidak tuntas. Dan terkesan, sebut dia, Pemko Pekanbaru bertindak seperti ‘’pemadam kebakaran’’ dalam menangani banjir.

‘’Kenapa saya sebut seperti ‘’pemadam kebakaran’’, karena saat banjir terjadi sibuk mencari solusi instan dan setelah itu diam lagi, mobil pemadampun masuk kandang. Seharusnya kalau tidak saat banjir diatasi. Tapi jauh hari sebelum banjir terjadi, sudah diantisipasi. Caranya ya, buat saluran yang menghantarkan air, bukan menghantarkan ke satu titik, lalu pindah lagi ke titik lain. Dan kalau banjir dikawasan topografi tinggi dianggap sebuah musibah dan bencana alam, itu salah. Karena sangat bisa diatasi kalau perencanaanya dibuat rapi,’’ paparnya.

Bagaimana dengan banjir yang terjadi di bantaran Sungai Siak, seperti perumahan Witayu, Meranti Pandak, Pesisir, Palas, Tenayanraya, Mardianto menganggap kawasan tersebut memang perlu upaya penanganan jangka panjang dan perlu ketegasan Pemko Pekanbaru. Dan banjir dikawasan bantaran Sungai Siak, sebutnya, barulah bisa dikategorikan sebagai bentuk musibah alam sebab sejak dari dulunya daerah sungai sewaktu-waktu bisa meluap.

‘’Pemko Pekanbaru harus tegas memberikan izin mendirikan bangunan. Dan pembangunan kawasan perumahan juga perlu diperhatikan dalam memberikan izinnya. Untuk penanganan, juga perlu perencanaan yang matang dan terencana. Dan tentunya diperlukan kearifan lokal dalam menyikapi banjir di bantaran Sungai Siak itu. Akan tetapi, ada kawasan tidak jauh dari Sungai Siak yang bisa diatasi segera dengan membangun drainase terintegrasi, seperti banjir yang terjadi di Palas atau Tenayanraya,’’ tuturnya.

Terkait banjir merata di Kota Pekanbaru membuat Wali Kota Pekanbaru Firdaus MT menyatakan Pekanbaru dalam Kondisi Luar Biasa (KLB) banjir. Penanganan yang diperintahkan Firdaus membenahi saluran drainase yang tersumbat atau tertimbun. Penataan drainase disebutkan Firdaus juga akan dilakukan, namun ia tidak menegaskan apakah diperlukan atau tidak dengan segera masterplan penanganan banjir.

‘’Dan arah kegiatan pembangunan kedepannya, salah satu prioritasnya adalah penanganan banjir ini. Dan untuk kawasan perumahan, kita minta kepada instansi terkait untuk mengawasi secara ketat sebelum izin dikeluarkan. Developer sebelum melakukan kegiatan pembangunan harus ekspos terlebih dahulu. Kita lihat, apakah mengganggu lingkungan atau tidak. Menyebabkan banjir atau tidak. Dan banjir yang merata terjadi di Kota Pekanbaru ini menjadi keprihatinan kita bersama dan saya harapkan pemerintah dan masyarakat bersama-sama mengatasinya. Galakkan lagi gotong royong,’’ ucapnya.**









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook