EVERETT (RP) - Hari terakhir kunjungan DBL Indonesia All-Star 2012 di Amerika Serikat mungkin adalah hari yang paling membuka mata para peserta.
Selasa (13/11) lalu atau kemarin WIB, para pemain dan pelatih basket SMA pilihan itu mengunjungi pabrik pesawat Boeing di Everett, sekitar 30 kilometer dari Seattle.
Sebagai salah satu sponsor penting DBL Indonesia All-Star 2012, Boeing memang menyediakan akses khusus bagi rombongan.
Melihat langsung bagaimana pesawat-pesawat mereka dibuat. Pabrik Boeing di Everett merupakan yang terbesar, untuk produksi pesawat-pesawat twin aisle (berbadan lebar) seperti 747, 777, dan yang termutakhir 787.
‘’Kunjungan DBL All-Star memang dirancang supaya memberikan pengalaman komplet kepada para student athlete pilihan. Selain merasakan sekolah di Amerika, bertanding dengan tim muda, juga menambah wawasan dengan mengunjungi perusahaan-perusahaan kondang di kawasan Seattle,’’ kata Azrul Ananda, Commissioner DBL.
‘’Mungkin, anak-anak SMA ini tidak paham seratus persen terhadap kehebatan yang mereka lihat dan akses yang mereka dapatkan. Tapi, saya yakin, ketika mereka dewasa nanti, mereka akan mengingat ke belakang dan menyadari betapa besarnya pelajaran yang didapat dengan kunjungan ke Boeing ini,’’ tambahnya.
Pabrik Boeing di Everett memang serba di luar bayangan. Bangunan utamanya saja bikin geleng-geleng kepala. Secara volume, inilah gedung terbesar di dunia. Tingginya setara bangunan sebelas lantai dengan luas 39,8 hektare!
Pintu-pintu hanggarnya saja seluas lapangan sepakbola! Bangunan seluas itu memang dibutuhkan untuk memproduksi pesawat-pesawat terbesar seperti Boeing 747 dan Boeing 777-ER (extended range), seperti yang dinaiki rombongan DBL All-Star dalam perjalanan menuju atau meninggalkan Seattle.
Yang istimewa, rombongan DBL All-Star melihat bagaimana pesawat 787 Dreamliner dibuat. Pesawat tersebut sangat modern, terbuat dari bahan komposit (carbon fiber).
Tidak lagi dari lempengan-lempengan aluminium yang di-rivet (seperti dijahit).
Dengan menggunakan bahan itu, Boeing 787 menjadi sekitar 20 persen lebih hemat bahan bakar, mengeluarkan lebih sedikit polusi, dan mengurangi tingkat kebisingan hingga 60 persen.
Bukan hanya itu, tekanan udara di dalam juga bisa lebih rendah daripada pesawat jet yang lain. Dengan demikian, penumpang merasa jauh lebih nyaman, bisa merasa lebih fresh saat keluar dari pesawat.
Tur di dalam bangunan terbesar itu dipandu oleh Lawrence ‘’Larry’’ Lewis, ditemani Bram Djermain, karyawan Boeing asal Indonesia yang menjabat wing industrial engineer leader untuk pesawat 787.
Greg Dwidjaya, Presiden Surabaya-Seattle Sister City Association (SSSCA) yang membantu mengatur jadwal rombongan DBL All-Star di Amerika, juga merupakan karyawan Boeing.
Dia adalah project manager flight test maintenance, Boeing test and evaluation, dan Selasa lalu ikut mengantar rombongan di Everett.
Beberapa pengetahuan menarik didapat rombongan saat tur pabrik. Misalnya, bangunan sebesar itu tidaklah menggunakan sistem air conditioning (AC) sentral.
‘’Bangunan ini tidak membutuhkannya karena berisi 40 ribu karyawan, diterangi oleh satu juta bola lampu, dan dipenuhi oleh berbagai peralatan teknik. Semuanya mengeluarkan panas. Kalau musim panas, cukup membuka salah satu pintu selebar lapangan bola. Itu cukup untuk mendinginkan seluruh gedung,’’ jelas Larry Lewis.
Yang membuat bangga anak-anak Indonesia, mereka diberi tahu bahwa maskapai penerbangan Indonesia, Lion Air, sudah meng-order ratusan pesawat terbaru dari Boeing. Termasuk sejumlah Boeing 787 Dreamliner untuk penerbangan baru internasional yang akan dinamai Batik Air.
Bersama Boeing, Lion Air merupakan sponsor penting kunjungan DBL Indonesia All-Star di Seattle. Logo Boeing dan Lion Air sama-sama terpampang di seluruh seragam rombongan.
‘’Kalau kalian berminat, silakan cek dulu isi rekening di bank masing-masing. Siapa tahu cukup untuk membeli pesawat-pesawat ini. Asal tahu saja, harga yang terdaftar untuk Boeing 747 adalah 351 juta dolar AS (sekitar Rp3,5 triliun, red), tidak termasuk mesin dan interior. Kalau 777, harganya sekitar 297 juta dolar AS dan 787 seharga 206 juta dolar AS,’’ terang Lewis dengan nada bercanda.
Sebelum masuk ke pabrik terbesar itu, rombongan sempat mampir pula ke Museum Future of Flight yang terletak dalam satu kompleks. Di sana mereka diberi penjelasan tentang sejarah Boeing dan komponen-komponen pesawat.
Yang paling seru tentang mesin. Mereka melihat sebuah mesin turbofan Rolls-Royce Trent 1000, salah satu mesin yang bisa dipakai untuk Boeing 787 Dreamliner.
Anak-anak DBL All-Star terkagum-kagum saat diberi tahu bahwa dari belasan mata kipas (blade) di bagian depan mesin, setiap buahnya berharga di kisaran Rp1 miliar!(fia)