OPERASI KEMBAR SIAM

Tubuh Akila-Azila Berhasil Dipisah

Feature | Kamis, 15 Agustus 2019 - 18:21 WIB

Tim dokter RSUD dr Soetomo Surabaya berhasil memisah bayi kembar siam Akila Dewi Syabila dan Azila Dewi Sabrina kemarin. Operasi diliputi suasana tegang, tetapi diakhiri tangis bahagia. Tak banyak kata terucap dari keluarga, selain syukur dan terima kasih.
----
RAUT tegang terlihat dari wajah Jayasrin, ayah Akila-Azila. Dia memasuki Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD dr Soetomo dengan tergopoh-gopoh. Tubuhnya hanya dibalut kaus warna cokelat dan celana jins. Pria 25 tahun itu menggendong tas ransel. Tangan kanannya membawa sebuah kotak merah. Dia tampak kebingungan. Lalu, dia mendekati dokter spesialis anak yang merawat si kembar, dr Agus Harianto SpA (K), yang sedang duduk di lobi GBPT. "Dok, ini saya bawa darah buat si kembar, dibawa ke mana?" tanya Jayasrin. Agus meminta Jayasrin membawanya ke ruang operasi di lantai 4.

"Tapi, tadi kata istri saya suruh nunggu di bawah," lanjut Jayasrin. Dia lalu mengeluarkan ponsel dan menelepon Selvina Dewi, istrinya. Tak lama kemudian, seorang petugas RS muncul dari pintu di belakang lobi. Jayasrin menyerahkan kotak merah itu kepada petugas tersebut.


Tak lama kemudian, di ruang pertemuan 016 GBPT, layar televisi dan proyektor yang memantul di LCD tampak menyala. Terlihat tim medis mengenakan baju hijau bersiap mengoperasi Akila-Azila. Saat itu juga, bergantian masuk ke ruangan itu Jayasrin bersama ibunya, Nurjati. Lalu, Selvina yang juga didampingi ibunya, Hasmiatin. Mereka berempat duduk di deretan kursi terdepan. Semua diam. Tergambar jelas kecemasan dari raut wajah mereka.

Tim dari Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu (PPKST) RSUD dr Soetomo merencanakan operasi berlangsung 12 jam. Si kembar memang tak merasakan sakit saat operasi karena telah dibius. Namun, rasa tidak tega tentu dirasakan empat orang asal Sulawesi Tenggara itu. Apalagi, bayi-bayi itu masih berusia 17 bulan. Pun, operasi yang dilakukan akan menimbulkan luka cukup besar. Sebab, keduanya dempet di bagian dada hingga perut bagian bawah. Harapan mereka hanya satu. Si kembar bisa pulang ke Kota Kendari dalam keadaan terpisah dan sehat.

Selvina beberapa kali menarik napas panjang. Kadang dia memejamkan mata. Mulutnya terus komat-kamit berdoa dan berzikir. Dia tidak tega menatap layar saat dokter memulai pembedahan. Air matanya menetes. Dia menutupi wajah dengan kedua tangan. Nurjati dan Hasmiatin juga tak henti komat-kamit berdoa. Nurjati lalu merogoh tas yang diletakkannya di bawah kursi. Meraih tasbih. Dia menggenggam tasbih itu sambil melanjutkan merapal doa-doa. "Saya berzikir terus untuk keselamatan cucu pertama saya," kata Nurjati.

Nurjati dan besannya datang ke Surabaya pada Senin malam (12/8). Dia mengaku sempat panik menjelang cucunya menjalani operasi. "Makanya, kami ke sini untuk ikut menyaksikan operasi," lanjutnya. Perempuan 44 tahun itu merasa senang karena dua cucunya akhirnya bisa dioperasi. Setelah 14 bulan mereka dirawat di RSUD Kota Kendari.

Operasi terus berjalan. Saat tim medis berhasil memisahkan Akila-Azila, sebersit kebahagiaan muncul. Mereka lega akhirnya dua bayi itu dapat dipisah. Sebagai ucapan syukur, Hasmiatin dengan serta-merta bersujud di lantai. Bangun dari sujud, tiba-tiba dia ambruk. Tubuhnya lemas. Pingsan. Beberapa orang sontak berseru meminta bantuan. "Mama, yang kuat ya, sebentar lagi operasinya selesai," kata Selvina menenangkan sambil meluruskan tubuh ibunya.

Perlahan, Hasmiatin bangun. Air matanya berurai. Bibirnya masih komat-kamit. Berdoa lagi. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Padahal, tadi dari awal biasa saja dan kuat melihat operasi. Tapi, pas lihat apa yang di dalam perut Akila-Azila dikeluarkan, saya jadi lemas. Nggak tega."

Perasaan tidak sampai hati juga dirasakan Nurjati. Rupanya, ketakutan mereka masih berlanjut saat tim dokter berusaha menutup luka bekas pembedahan di dada dan perut Akila-Azila. Apalagi, proses yang satu itu membutuhkan waktu cukup lama. Lebih lama dari proses pemisahan liver dan toraks. "Yang bikin saya takut dan kasihan pada mereka adalah lukanya yang besar. Nggak berani lihat. Dari tadi saya juga lihatnya ke bawah terus sambil berdoa," katanya.

Penutupan defek pada dada Akila lebih dulu selesai daripada Azila. Dokter bedah plastik sempat membongkar jahitan. "Kasihan Azila," ucap Selvina sambil berusaha menahan tangis.

Dia sempat menunjukkan video anak-anaknya yang diambil beberapa waktu lalu. Video tersebut memperlihatkan Akila-Azila yang tengah digendong ibunya. Sang kembar siam terlihat berceloteh sekenanya. Selvina bercerita, dua anaknya tumbuh menjadi anak yang sehat dan riang. "Mereka sangat cerewet," kata dia, lantas tersenyum.

Sejak lahir, anak-anaknya jarang sakit. Hanya tiga kali pernah demam. Akhir-akhir ini dia sering menyetelkan video musik lewat YouTube di ponselnya. Kalau tidak disetelkan, anak-anaknya menangis. "Mereka sudah bisa bilang mama, papa, hape meskipun masih tidak jelas," kata perempuan 19 tahun itu.

Dia ingin mengajak anaknya ke taman bermain setelah sehat dan bisa dipisah. Selvina mengaku belum pernah melakukannya. Sebab, anak-anaknya lebih sering tinggal di rumah sakit. Suaranya bergetar saat mengingat hal tersebut. "Saya cuma pengin anak-anak sehat seperti anak-anak lainnya," kata dia.

Saat mengetahui proses operasi hampir selesai, dia mengucap syukur tanpa henti. Dia juga terus-menerus mengucapkan terima kasih kepada tim dokter yang mengoperasi anak-anaknya. "Saya cuma bisa berterima kasih kepada semua yang mendoakan kelancaran operasi. Alhamdulillah, operasinya selesai lebih cepat. Saya tahu anak-anak saya pasti kuat," kata Selvina. Operasi yang direncanakan berlangsung 12 jam itu memang selesai hanya dalam waktu 8,5 jam.(*/c10/oni/jpg)

Laporan: Kartika Sari (Surabaya, Jawa Pos)

Sumber: Jawapos.com









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook