PERJALANAN DAHLAN ISKAN KE PESANTREN SYAHRUDDINIYAH

”Dunia Tak Cukup Menampung Orang Tamak dan Serakah’’

Feature | Minggu, 15 Juli 2012 - 09:27 WIB

”Dunia Tak Cukup Menampung Orang Tamak dan Serakah’’
Menteri BUMN Dahlan Iskan memberikan motivasi pada para santri usai Salat Subuh di Pesantren Syahruddiniyah, Sungai Pagar, Kabupaten Kampar, Sabtu (14/7/2012). (Foto: didik herwanto/riau pos)

Sebagian tubuh matahari masih berada di balik belahan Bumi lainnya. Namun kehangatan cahayanya telah menggapai-gapai kegelapan subuh di sebuah pesantren yang terletak jauh dari kota, Sabtu (14/7). Saat itu seorang menteri dan ratusan jamaah selesai menunaikan rakaat terakhir dari Salat Subuh yang hening.     

Laporan Syahrul Mukhlis, Sungai Pagar

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Bersama para santriwan dan santriwati di Masjid Al Hidayah yang ada di pesantren tersebut, sang menteri sempat memberi motivasi pada santri-santri yang duduk diam. ‘’Saya dulu juga hidup di pesantren, jauh dari rumah dan orangtua serta harus mandiri. Pesantren membentuk jiwa yang keras dan kuat,’’ kata Menteri BUMN, Dahlan Iskan.

Kehadiran sang menteri ke pesantren itu, masih dalam rangkaian perjalanan menghadiri rapat kerja nasional Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) di Hotel Pangeran Pekanbaru. Dahlan Iskan yang juga Ketua Umum SPS Pusat menyempatkan diri berkunjung ke Pesantren Syahruddiniyah di Kelurahan Sungai Pagar, Kecamatan Perhentian Raja, Kabupaten Kampar.

Dahlan menceritakan kisah hidupnya yang sudah divonis mati oleh dokter lima tahun yang lalu. Namun Dahlan tetap bertahan dan berusaha memberi yang terbaik untuk masyarakat.

Di pesantren yang dipimpin dr MS Rahmansyah itu, Dahlan mengatakan bahwa pesantren memberi pendidikan yang kuat dalam membangun karakter keras dan pantang menyerah. Karakter itulah yang sebenarnya diperlukan untuk memimpin Indoensia.

‘’Dunia ini cukup untuk menampung apapun, namun tidak cukup menampung orang yang tamak dan serakah. Maka karena itulah banyak tindak korupsi yang menyengsarakan masyarakat dan Indonesia perlu generasi yang punya karakter yang kuat untuk membangun bangsa,’’ tuturnya.

Dahlan menceritakan, ia berasal dari keluarga miskin dan bahkan baru bisa memiliki sepatu pertama sepanjang hidupnya saat duduk di kelas dua SMA. Namun Dahlan tetap berjuang menjadi yang terbaik dan berguna bagi orang banyak.

Dalam perjalanan hidupnya, Dahlan sudah divonis hidup tidak lama lagi. ‘’Saya sudah divonis meninggal dunia karena kanker hati dan tidak ada jalan keluar lagi. Tapi semangat dan karakter yang kuat yang membuat saya bisa bertahan,’’ kata Dahlan.

Ia tak begitu saja menerima vonis dokter. Dahlan akhirnya punya kesempatan untuk menerima sumbangan organ hati dari seorang anak yang sudah meninggal dunia dan saat itu masih berumur 21 tahun.

‘’Dada saya dibuka dan dipasangkan hati untuk menggantikan hati saya yang sudah digerogoti kanker. Saya dimatikan 13 jam. Lalu setelah operasi selesai, dokter memerlukan waktu satu pekan untuk memastikan apakah hati tersebut sesuai dengan tubuh saya. Akhirnya satu pekan berlalu, tapi harus melihat satu bulan. Dan satu bulan pun berlalu, tiga bulan, satu tahun pun berlalu. Alhamdulillah sampai saat ini. Secara kedokteran, hati itu dinyatakan menyatu dengan tubuh saya setelah lima tahun. Dan tepatnya tanggal 6 Agustus nanti adalah hari ke lima tahun hati ini di dalam tubuh saya,’’ ungkapnya.

Dahlan mengatakan, pada 6 Agustus nanti, ia akan mengundang 1.500 penghafal Alquran di seluruh Indonesia untuk datang ke Jakarta dan khatam Quran bersama. ‘’Ini bentuk syukur bahwa sudah lima tahun hati yang baru menyatu dengan tubuh saya sejak divonis mati dan bisa memberi yang terbaik pada masyarakat,’’ kata Dahlan.

‘’Saya pernah punya helikopter, punya ratusan perusahaan, punya mobil terbaik, menjadi Direktur Utama PLN, bahkan sekarang jadi Menteri BUMN. Saya yang lulusan pesantren bisa menjadi orang yang memimpin. Ini karena karakter yang kuat yang saya dapatkan ketika ditempa di pesantren dulu,’’ bebernya.

Dikatakan Dahlan, kedatangannya ke Pesantren karena ia merasa dekat dengan kehidupan pesantren. Keluarganya pernah punya ratusan pesantren di masa lampau. ‘’Pesantren kami dulu punya guru-guru besar dari luar negeri. Namun saat terjadi pembunuhan besar-besaran di Indonesia dulu, kakek saya dibunuh PKI. Kini masanya pesantren itu bangkit kembali,’’ ujar Dahlan. Usai memberi motivasi, Dahlan meninggalkan pesantren untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta.

Pimpinan Pesantren Syahruddiniyah, dr MS Rahmansyah mengatakan, jarang-jarang ada seorang menteri yang datang ke pesantren untuk bertemu ramah dan memberi motivasi. ‘’Saya bersyukur karena ada seorang menteri yang memberi motivasi pada santri di sini. Tentunya ini merupakan kesempatan yang sangat berharga dan menjadi sebuah kisah dan cerita yang membangun karakter dan memotivasi santri-santi menjadi lebih baik,’’ kata Rahmansyah.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook