Menghabiskan anggaran daerah Rp1 triliunan, Stadion Utama Riau (SUR) di Jalan Naga Sakti, Panam, Pekanbaru kondisinya kini makin memprihantinkan. Semak belukar tumbuh di dalam dan luar areal stadion. Sementara kawasan sekitarnya, jadi “surga” pasangan muda-mudi yang berpacaran.
EKA GUSMADI PUTRA, Pekanbaru
Saban akhir pekan, Ajo (40), pegadang air tebu di kawasan SUR memperoleh untung jauh lebih banyak dibanding hari biasa. Bersama puluhan pedagang lainnya di sepanjang Jalan Naga Sakti, areal luar Stadion memang ramai pegadang kecil menjajakan dagangannya.
“Sabtu dan Ahad, itu jauh lebih ramai di sini. Jadi bisa sampai ratusan orang yang beli minum,” kata pria yang tinggal di Jalan Garuda Sakti tersebut saat disinggahi Riau Pos.
Sambil beranjak dari tempat duduk dan menggilingkan tebu pesanan, Ajo mengaku sengaja menyiapkan tempat jajanannya dari cup (gelas) plastik. Menurutnya hal tersebut bertujuan karena dominan pembeli lebih memilih bungkus untuk dibawa ke dalam areal SUR.
Padahal, akses di dua gerbang utama dari Jalan Naga Sakti, Panam sendiri ditutup habis. Bahkan dari gerbang masuk kampus Unri di sekitar SM Amin juga ditutup plang besi. Namun, hal tersebut tidak menutup minat warga Pekanbaru, untuk tetap merangsek masuk menggunakan jalan-jalan tikus.
“Rata-rata pasangan remaja. Makanya disiapkan cup plastik, karena mereka tidak mau menenteng plastik untuk diminum dan pacaran ke dalam,” sambung Ajo sambil menunjuk beberapa titik lokasi yang dijadikan kawasan pacaran bagi para remaja.
“Sesekali tiap sore bawa anjing jalan-jalan di sekitar stadion. Memang hampir di setiap sudut ada saja muda-mudi mojok. Entah apa yang mereka lakukan,” kata seorang pehobi berburu, Fadlan yang membawa anjing pemburunya keliling stadion, Ahad petang.
Banyak pehobi yang memanfaatkan waktunya di sana, selain mereka yang suka berburu, banyak juga warga yang hobi memancing memanfaatkan sungai-sungai kecil di dalam areal SUR.
“Lumayan juga, kalau beruntung dapat gabus. Kalau siap hujan biasanya banyak ikan,” tutur pemancing, Zal yang asyik memegang joran bersama rekannya.
Menelisik ke dalam areal lapangan, Riau Pos mencoba untuk memanjat pagar dan melihat kondisi stadion sebagai saksi tuan rumah PON yang baru bisa ditaja Riau satu abad lagi tersebut. Memang debu-debu sudah menempel di kursi yang berjejer rapi sekitar 40 seat tersebut.
Sementara dinding-dinding bangunan stadion sudah dicoret sana-sini menggunakan cat semprot. Atap yang separuh menutupi lapangan juga sudah terbuka satu persatu-satu. Lebih miris lagi, di tengah lapangan, bukan saja rumput yang tumbuh tapi sudah macam pohon setinggi tiga meteran.
“Kalau dilepas kambing sepasang, bisa beranak pinak juga tu, bang,” kata seorang mahasiswa yang sedang jogging mengomentari Riau Pos yang melihat-lihat dari celah pagar besi.
Berdiri diatas lahan seluas 66 hektar, SUR kini harus dicarikan solusi. Sebab, areal bawah tanah yang merupakan tempat saluran air, juga sudah digenangi. Demikian pula jalan-jalan yang mengitari Stadion sudah pula berlobang dan tergenang.
Menurut Asisten II Setdaprov Riau, Bidang Ekonomi Pembangunan, Emrizal Pakis, memang kondisi riil di lapangan saat ini belum bisa pemerintah melakukan perawatan.
Sebab, status Stadion sendiri masih menjadi milik Kerjasama Operasi (KSO) dari tiga BUMN sebagai pelaksana pembangunan.
Bahkan, audit teknis dari tim independen yang diharapkan juga bisa segera keluar sebagai rekoemndasi pembayaran sisa utang harus dilakukan segera, tapi tak kunjung tuntas.
“Anggaran sebenarnya disediakan, baik pembayaran utang maupun audit teknisnya. Namun belum bisa dilakukan karena masih menunggu,” katanya sambil mengungkapkan bahwa SUR kini berada dibawah pengawasan pihak Dispora Riau sebagai pengelola.
Ketika dikonfirmasi, Kepala Dispora Riau, Edi Satria juga menyatakan komentar serupa. “Masih menunggu audit. Sehingga belum bisa dilakukan pemeliharaan,” singkatnya.***