WAN-IFRA 2013 PUBLISH ASIA UNGKAP INOVASI MEDIA UNTUK MENARIK PEMBACA

Sukses karena Tabrak Aturan yang Dianggap Bentuk Koran Ideal

Feature | Sabtu, 14 September 2013 - 09:52 WIB

Sukses karena Tabrak Aturan yang Dianggap Bentuk Koran Ideal
NARASUMBER: Dari kiri, Siddhart Varadarajan Editor in chief The Hindu India, Pichai Chuensuksawadi Editior in Chief The Post Publishing Public Co. Ltd Thailand, Anant Goenka Head New Media The Indian Express Ltd India, Mahfuz Anam Editor The Daily Star Bangladesh saat jadi narasumber dalam seminar WAN-IFRA 2013 di India, Kamis (12/9/2013). Foto Eko Priyono/JPNN

INDIA (RP) - Konferensi WAN-IFRA 2013 Publish Asia resmi ditutup kemarin (13/9). Peserta dan pembicara bersepakat perwajahan yang berani dan inovatif menjadi salah satu kunci sukses koran untuk menarik pembaca usia muda.

Kunci sukses menarik pembaca usia muda lainnya adalah memberikan kemudahan pembaca untuk mengetahui isi koran melalui penataan halaman muka yang menarik serta atraktif. Dua hal itu termasuk lima faktor sukses koran agar bisa berkembang sepanjang masa.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Menurut DD Purkayastha, Managing Director and CEO ABP Pvt Ltd, India, koran bisa terus berkembang dengan lima prinsip. Salah satunya adalah membuat perwajahan colorful serta atraktif yang bisa menyedot perhatian pembaca dan tidak mudah membuat bosan.

Perwajahan dibuat cukup menonjol dengan space yang dominan. Misalnya, memasang foto separuh halaman. ‘’Layaknya format majalah,’’ katanya.

Penataan seperti itu tidak lantas mengurangi informasi tentang halaman lain. Sebab, pada halaman muka, harus disajikan pula indeks berita di halaman dalam. Karena pentingnya indeks itu, dia meletakkannya sebagai faktor kedua kunci agar koran bisa tetap menarik.

Inovasi penataan wajah merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk menarik pembaca usia muda. Purkayastha menyebutkan, koran tidak bisa meninggalkan pembaca muda untuk bertahan dan merebut pasar. Sebab, itu merupakan siklus yang tidak bisa diabaikan.

Dia mencontohkan koran Ebela terbitan India yang menjadi terbesar kedua di Calcuta, India. Koran tersebut sangat belia. Usianya baru 2,5 bulan.

Tapi, oplahnya sudah lebih dari tiga juta eksemplar. Media cetak tersebut mengalahkan koran-koran yang terbit 20 tahun lebih dulu.

Hal itu bisa terjadi karena Ebela berani menabrak ‘’aturan-aturan’’ yang selama ini dianggap sebagai bentuk koran ideal. Dia menyebutkan, Ebela tahu celah pasar dan berani melakukan perubahan. Ujung-ujungnya, koran yang bisa mewadahi keinginan pasar akan laris manis.

Purkayastha juga mengungkapkan, celah lain yang harus dimanfaatkan adalah fakta bahwa penjual barang dan jasa lebih suka menggunakan koran untuk menarik konsumen daripada media digital. Bahkan, media digital menggunakan koran untuk menarik pasar. ‘’Itu adalah kekuatan koran,’’ tegasnya.

Sementara itu, Deputy CEO WAN-IFRA Jerman Manfred Werfel juga menunjukkan fakta kuatnya koran ketika bisa lebih fashionable. Dia sempat mempertanyakan kepada para peserta apakah media tempatnya bekerja sudah mengembangkan inovasi untuk menghasilkan produk yang menarik. Terutama untuk customer, pembaca, dan pengiklan.

Jika sudah, seharusnya ada banyak perubahan bagi media tersebut. Mulai pembaca baru, oplah yang meningkat, hingga rasio pendapatan yang naik. D

ia lantas mencontohkan Correiro de Bahia, koran Brasil yang sempat kembang kempis hingga mampu bangkit gara-gara inovasi iklan kreatif.

‘’Mereka melakukan redesain. Meninggalkan nama lama menjadi Correiro saja. Mereka juga berani tidak memiliki template halaman muka,’’ ujarnya.

Hal itu membuat Correrio memiliki fleksibilitas untuk mengubah ‘’bentuk’’ korannya. Bahkan, mereka pernah mendesain dan melipat koran layaknya majalah.

Correrio juga fleksibel terhadap para pengiklan. Ada desain-desain menarik yang membuat advertiser makin nyaman meletakkan materi di koran. Kadang Correrio juga menyediakan packaging yang bagus. Jadi, saat diterima pelanggan, koran tidak seperti biasa yang digulung atau diberikan dalam lembaran tebal.

‘’Hasilnya, sirkulasi mereka yang pada Januari 2009 hanya 15.390 melonjak 298 persen. Pada Desember 2011, sirkulasi tercatat menjadi 61.227,’’ ungkapnya.  

Begitu juga peningkatan pembaca muda yang menurut dia suka dengan koran fashionable. Kalau Juli 2007 Juni 2008 ada 82.000, setelah perubahan, pembaca muda meningkat menjadi 339.000 orang.

Mengutip kata ilmuwan genius Einstein, Manfred menegaskan bahwa crisis is opportunity. Jadi, dalam kondisi tertekan, pelaku bisnis media harus pandai melihat peluang dengan berinovasi. ‘’Pasar masih sangat terbuka untuk koran berkembang,’’ tegasnya. (dio/eko/dim/ran/c5/kim/esi)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook