DARI PERISTIWA ANGIN PUTING BELIUNG DI PERUPUK

Pohon Sialang Usia Ratusan Tahun pun Tumbang

Feature | Rabu, 14 Agustus 2013 - 10:51 WIB

 Pohon Sialang Usia Ratusan Tahun pun Tumbang
TUMBANG: Salah satu pohon sialang yang tumbang dihantam angin puting beliung yang terjadi Ahad (11/8/2013). foto: Rina Dianti Hasan/Riau Pos

Laporan Rina Dianti Hasan - Kampar

Angin puting beliung yang menghantam Dusun II Perupuk, Desa Kampung Pinang Kecamatan Perhentian Raja, Ahad (11/8) jelang Magrib lalu, tak hanya menghancurkan sejumlah bangunan dan tanaman warga.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Tapi juga merontokkan pohon-pohon tua sebesar pelukan orang dewasa di kawasan hutan larangan Desa Kampung Pinang itu.

‘’Dusun ini punya hutan larangan seluas 15 hektare. Isinya 39 batang pohon sialang yang sudah berumur ratusan tahun. Gara-gara angin puting beliung itu, hanya 9 batang yang tersisa,’’ kata Bizarullah, Kadus II Dusun Perupuk, saat meninjau hutan larangan itu, bersama Bupati Kampar, Jefry Noer, Selasa (13/8).

Ahad jelang Magrib lalu, menjadi cerita mengerikan bagi warga Dusun II Perupuk. Tiba-tiba saja dari arah barat, suara mencicit terdengar yang disusul suara pepohonan tumbang terdengar di mana-mana.

‘’Warga banyak yang berlarian. Sebab pas menengok gulungan angin itu, kami ketakutan. Warna anginnya nggak hitam lagi, tapi sudah hijau,’’ cerita Bizarullah.

‘’Ada sekitar 10 menit angin itu meraung-raung di dusun ini. Uniknya, anginnya seperti milih-milih benda yang mau dirontokkan. Sebab, ada sejumlah pohon tumbang dekat rumah, tapi rumah justru nggak apa-apa,’’ katanya.

Menurutnya, tumbangnya batang pohon sialang yang sudah berusia ratusan tahun ini membuat warga bersedih, karena ini adalah aset kekayaan desa yang tidak dimiliki desa lain.

Dari pohon sialang ini masyarakat memetik banyak manfaat, selain sebagai serapan air sehigga air di desa ini bersih dan sehat, pohon ini juga sumber madu dengan banyaknya lebah di sana, sebagai perlindungan dari panas dan sebagainya. Kalaupun bisa ditanam ulang tentunya memerlukan waktu yang sangat lama.  

‘’Kitapun entah dapat entah tidak melihat mereka besar seperti ini,’’ ujarnya sedih.

Jefry sendiri menunjukkan keprihatinan yang sama, sejak dari simpang menuju Dusun II Perupuk yang berjarak sekitar 1 kilometer dari jalan lintas Pekanbaru-Lipat Kain itu, tak henti-hentinya mulut Jefry berdecak.

Maklum, mulai dari pohon seukuran lengan hingga sepelukan orang dewasa, nampak bertumbangan di pinggir jalan tanah itu. Ada pohon karet, durian, manggis, pinang, kelapa, hingga pohon sialang. ‘’Puntiran anginnya benar-benar dasyat. Pohon besar saja tumbang,’’ Jefry setengah bergumam.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook