Menyatu dengan alam dan menikmati panorama eksotis air terjun Batu Dinding menjadi pembuktian Riau memiliki potensi wisata yang sangat menjanjikan. Bukan tidak mungkin, ini akan menjadi ikon baru bagi pecinta alam di tingkat lokal hingga nasional.
--------------------------------------
Laporan MARRIO KISAZ, Kamparkiri
--------------------------------------
TERIK matahari siang itu seakan tertutupi dengan rimbun pepohonan yang menjulang. Suasana nyaman, asri dan penuh nuansa hijau menghiasi panorama estetika di air terjun Batu Dinding, Desa Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Curahan air terjun memecah kesunyian, menyempurnakan lukisan indah hasil karya Sang Pencipta.
Berbekal semangat dan nilai-nilai kekompakan, belasan crew liputan Riau Pos mencoba menjajaki pesona air terjun yang bertingkat itu. Perjalanan dimulai dengan menyusuri akses jalan Desa Tanjung Belit yang masih dapat dilalui kendaraan bermotor. Perlahan namun pasti, roda-roda kendaraan terlihat melewati jalan-jalan yang semakin menyempit.
Kondisi itu menunjukkan perjalanan semakin mendekati tujuan. Setelah memasuki perumahan desa, Riau Pos beserta rombongan memilih untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Kendaraan roda empat yang sebelumnya digunakan, dititipkan di rumah Kepala Desa yang terletak tidak jauh dari jalan akses menuju air terjun. Tempat ini -seperti yang sudah tersebar kabarnya- menyimpan sejuta pesona indah dengan nuansa alamnya.
Untuk mencapai lokasi air terjun, diperlukan waktu satu jam berjalan kaki. Kondisi jalan yang menanjak dan curam membuat akses transportasi itu tidak dapat dilalui dengan kendaraan bermotor. Tekstur jalan yang masih berupa jalan tanah dan berbatu membuat perjalanan sedikit lambat. Tak jarang perjalanan diselingi dengan istirahat dan foto bersama, mengabadikan setiap momen yang ada.
Sembari menyusuri perjalan, sesekali saya berhenti dan menikmati pemandangan yang disuguhkan alam. Dinding batu yang alami, pohonan rindang dan udara segar serta sejuk mengiringi setiap langkah siang itu.
Kerap kali terdengar gelak tawa dari anggota crew Riau Pos yang menikmati perjalanan yang sedikit berbeda dari aktivitas wartawan sehari-harinya. Mencoba untuk meninggalkan aktivitas wawancara, bertemu nara sumber, melakukan aksi peliputan dan lainnya. Saya dan yang lainnya mencoba menyatu dengan alam.
‘’Ini perlu dilakukan sesekali. Biar lebih berwarna. Kita perlu refreshing juga,’’ ujar salah satu di antara kami yang ikut dalam ekspedisi itu.
Ungkapan yang serupa juga diungkapkan teman-teman lainnya. Suasana semakin terasa hangat ketika para crew Riau Pos terlihat bersenda gurau menyisiri jalan terjal berbatu. Naik turun. Melewati jalan setapak, jembatan kayu dan batu-batu cukup terjal.
Selama dalam perjalanan itu, bertemu dengan puluhan anak muda dari berbagai komunitas. Salah satunya Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Muhammadiyah (Umri) yang juga sedang melakukan ekspedisi. Puluhan pelajar dari berbagai sekolah juga terlihat melintasi jalan setapak itu.
Tak terasa semakin dekat dengan lokasi air terjun. Mata saya seperti tersihir dengan pemandangan yang saya lihat. Dari jarak yang cukup jauh suara gemuruh air terjun yang deras, sudah terdengar. Seperti menggoda saya untuk melangkah dan terus mendekatinya.
Perjalanan makin dipercepat. Kali ini perjalanan harus melewati sungai-sungai kecil dengan air yang jernih dan dingin. Batu-batu kecil juga terlihat menghiasi dasar aliran air yang memiliki kedalaman bervariasi tersebut. Untuk tidak menghambat perjalanan, sandal yang sebelumnya menjadi alas penopang perjalananpun dilepas. Itu juga untuk mengantisipasi licinnya medan yang harus dilalui.
Sesampainya di lokasi air terjun Batu Dinding, rombongan terlihat kegirangan. Berbagai aksi unik yang merupakan curahan ekspresif terpancar dari aktivitas dan cara menilai pesona alam yang menawan tersebut. Saya berdiri di antara batu berlumut hijau dengan air sejuk setinggi mata kaki. Sejuk mencucuk. Ditambah percikan air dari air terjun yang segar. Wisata alam yang mengasyikkan.
Sementara itu, beberapa anggota rombongan terlihat larut dengan aksi mengeksploitasi potensi yang ada. Ada yang berenang, bermain air, mencari udang dan ikan hingga menikmati alam yang jauh dari hiruk pikuk polusi udara itu. Sayangnya, ‘surga alam’ ini seakan belum tergali secara maksimal. Bukan tidak mungkin, jika ini dikelola dengan baik dapat menjadi salah satu ikon wisata alam di tingkat lokal hingga nasional.
Tidak jauh dari sana, saya memperhatikan rumput yang menempel pada dinding batu, bergerak seolah menari dengan lincahnya bersama tiupan angin. Mengikuti irama dari deburan suara air deras yang bergemuruh. Pohon-pohon besar sekitar kawasan air terjun terlihat diam tak bergerak dan menjadi saksi bisu atas indahnya alam karunia Sang Pencipta.
Perjalanan alam ini diikuti oleh seluruh awak redaksi di lembaga liputan. Tak ketinggalan Pemimpin Redaksi (Pemred) Riau Pos, H Nazir Fahmi yang juga larut dalam suasana alam. Dengan tetap menikmati pesona indah air terjun, dia berpesan untuk tetap menjaga kondisi lingkungan. Tidak membuang atau meninggalkan sampah di lokasi tersebut.
Air terjun memang bukan hanya soal pemandangan, tapi juga debit air dan ketinggiannya. Meskipun tidak seindah Angel Falls di Venezuela, air terjun Batu Dinding Desa Tanjung Belit juga memiliki daya tarik tersendiri. Air terjun dengan ketinggian puluhan meter itu seakan menjadi magnet yang membuat pencinta alam yang datang berusaha untuk kembali ke wisata alam tersebut.
Di antara crew Riau Pos, ada yang sudah berkali-kali ke objek wisata itu. Diakuinya, tempat itu memang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta alam. Ini terlihat dengan adanya beberapa titik air terjun yang tersebar di kawasan hutan tersebut.
‘’Orang di sini biasa menyebutnya air terjun Batu Dinding atau Bading. Ini baru satu dari beberapa air terjun lainnya. Bahkan ada yang mengatakan, sejumlah titik air tejun masih belum terjamah oleh pendaki dan pencinta alam,’’ tuturnya.
Detik berlalu menjadi menit, menit berlalu menjadi jam hingga menjelang pukul 14.30 WIB. Rombongan memilih untuk kembali ke tempat perkemahan dan beristirahat. Terpancar wajah keceriaan dan penuh suka cita dari seluruh crew Ria Pos yang baru saja bergelut dengan jernihnya air terjun yang menjadi saksi indahnya panorama alam di bumi lancang kuning.
Rintik hujan mulai turun, kabut awan yang menggantung memberikan kesejukan dan rasa damai di hati. Seakan tidak ingin meninggalkan tiap momen yang ada. Namun, waktu berkata lain, rombongan mulai berkemas dan bersiap untuk melakukan perjalan pulang.
Perjalanan pulang memang tidak sesulit sebelumnya. Selain telah menguasai medan, kepuasan yang telah diraih juga menjadi spirit dan modal awal untuk melanjutkan perjalanan yang memerlukan waktu satu jam itu. Suasana berbeda ketika mulai mendekati perkampungan warga. Panas terik yang sebelumnya tertutupi oleh rimbun pepohonan mulai menyengat ubun-ubun kepala. Keringat pun bercucuran tak terelakkan, perlahan namun pasti, perjalan pulang berakhir setelah melihat pemukiman warga di Desa Tanjung Belit.
Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari perjalanan singkat tersebut. Selain meningkatkan kecintaan terhadap alam, juga me-refresh kejenuhan serta memupuk kebersamaan dan kekompakan dalam kerja tim. Dengan pertimbangan itu, dirancang perjalanan lanjutan dengan menempuh potensi-potensi wisata eksotis alam lainnya.***