UPAYA MASYARAKAT SUNGAI BAKAU CEGAH ABRASI

Mangrove Subur, Ikan pun Berlambak

Feature | Minggu, 12 Agustus 2012 - 08:16 WIB

Mangrove Subur, Ikan pun Berlambak
Warga Kepenghuluan Sungai Bakau Dusun Sinaboi Kecil antusias menanam bibit api-api dan bakau di bibir pantai. Ini dilakukan untuk upaya pencegahan bencana abrasi di kampung tersebut. (Foto: ERWAN SANI/RIAU POS)

Setiap lingkungan terus berubah, selagi manusia yang mendiami dan terus berusaha berkembang di dalam satu wilayah. Sebab itu, agar lingkungan terus terjaga, berbagai upaya harus dilakukan sehingga alam tetap bersahabat dan tak terjadi bencana. Upaya peduli lingkungan seperti itulah yang dilakukan ratusan kepala keluarga di Kepenghuluan Sungai Bakau, Kecamatan Sinaboi, Kabupaten Rokan Hilir Rabu (8/8).

Laporan ERWAN SANI, Sungai Bakau

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

MATAHARI siang itu seakan tak bersahabat. Bahang yang dikeluarkannya seakan membakar kulit, karena saat itu jam di tangan menunjukkan pukul 12.00 WIB. Meskipun sang surya tak bersahabat, namun tenda berukuran 6x6 meter beratap warna biru di atas petia (jerambah dengan halaman luas terbuat dari papan) sudah ada ratusan warga perwakilan RW-RW dari Dusun Sinaboi Kecil Kepenghuluan Sungai Bakau, Kecamatan Sinaboi, sudah menunggu di atas kursi plastik berwarna merah.

Ratusan warga duduk bersantai sambil menikmati lantunan bait-bait syair lagu dinyanyikan biduan wanita yang ada di atas panggung balai pertemuan di Dusun Sinaboi Kecil ini seketika jadi riuh rendah. Bukan para orang tua saja tapi anak-anak juga ramai mendekati tenda. Sebagian warga ada mengangkat isi gumbang (jaring untuk menangkap udang dan anak ikan) yang terjemur di sekitar tenda.

Dengan bergegas Zulfikar (34), buruh bangliau dan petia (tempat penyimpanan isi bubu, gumbang dan ikan kering dan jerambah tempat menjemur ikan) mengangkat isi gumbang dan melipatnya menjadi gulungan benang yang besar. Ditemani seorang temannya yang lain, akhirnya bentangan isi gumbang terbentang di atas petia untuk dijemur selesai digulung dan dimasukkan ke dalam bangliau.

‘’Copek, orang dari provinsi untuk menanam bakau dan mangrove sudah datang,’’ ucap Zulfikar, terdengar sedikit meninggi kepada temannya agar segera memindahkan gulungan gumbang berwarna hijau tua dari atas petia.

Warga Kepenghuluan Sungai Bakau sudah merencanakan kegiatan sosial untuk menyelamatkan tepi pantai selat antara Pulau Sinaboi dengan perkampungan Sungai Bakau sudah dicita-citakan sejak lama. Ini karena semakin gundulnya pohon mangrove terutama batang api-api dan bakau akibat bertambahnya jumlah pemukiman penduduk dan perluasan lahan pembuatan bangliau dan petia.

Apalagi kegiatan sosial penanaman bibit batang mangrove baru pertama dilakukan di Kepenghuluan Sungai Bakau. ‘’Iko baru petamo kegiatan menanam bakau. Jadi kito sambut baik. Sebab apo yang dibuek iko untuk kebaikan,’’ kata Penghulu Sungai Bakau Maswardi, didampingi warganya yang antusias ingin segera turun ke bibir pantai saat itu.

Sebagai daerah yang dijadikan proyek percontohan pencegahan bencana, berupa abrasi dan pendangkalan selat, tentu menjadi kebanggaan tersendiri. Hal ini karena tempat itu jadi daerah pertama di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) yang diperhatikan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau. ‘’Sukses kito menanam tentu sukses pulo upayo penyelamatan pantai yang kito buek,’’ ucapnya.

Anak, Para Ibu dan Bapak Turun ke Lumpur

Tumpukan bibit batang api-api dan anakan bakau putih memiliki ketinggian setengah hingga satu meter langsung diserbu warga. Seorang orang ada yang mengambil tiga sampai empat bibit api-api yang sudah bercabang dan sudah tumbuh.  Bahkan ada yang membawa empat bibit dua di tangan kanan dan kiri.

Penanaman bibit pertama saat itu langsung dilakukan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau, Prof DR Ir Irwan Effendi MSc. Kemudian dengan bergegas warga menyusuri bibir pantai yang berlumpur berdekatan dengan anak sungai di depan Pulau Sinaboi. Lumpur yang bisa memasukkan kaki hingga selutut itu seakan tak di pedulikan warga.

Dalam waktu beberapa saat saja ratusan bibit-bibit mangrove sudah berbaris di bibir pantai. Ada yang membuat lubang menggunakan parang dan cangkul dan ada juga yang menggunakan tangan. Karena bibir pantai yang terletak tak jauh dari muara anak sungai ini benar-benar lumpur yang sangat lembut.

‘’Ini penanaman hari pertama, diharapkan masyarakat seterusnya bisa menanam sisa ratusan batang bibit itu di bibir-bibir pantai di sepanjang Kepenghuluan Sungai Bakau,’’ kata Irwan Effendi.

‘’Semoga tumbuh dan  bisa bermanfaat,’’ kata Irwan Effendi di depan ratusan warga yang menanam bibit mangrove saat itu

Hiruk-pikuk di pantai saat itu terjadi sekitar satu jam. Kemudian ratusan warga yang berasal dari masing-masing RT sebanyak 20 orang ini benar-benar bersemangat. Bahkan Sainah (40) dengan semangat turun ke tengah pantai berlumpur dan menanam puluhan bibit bakau.

 ‘’Tanggung pak, kan kakinya sudah berlumpur juga. Untung-untung yang saya tanam ini tumbuh,’’ ucapnya sambil terus menggali lubang dan memasukkan bibit batang api-api.

Saking semangatnya, Minah saat itu terus diberi bibit dari teman-temannya dari bibir pantai. ‘’Ha iyo ko,’’ ucap Sainah. ‘’Tanggung, biarlah sekaligus kotor,’’ ucap seorang bapak-bapak sambil melempar tiga polibag bibit batang api-api kepada Minah saat itu.

Terik matahari seakan-akan tak dipedulikan para ibu dan bapak-bapak yang ikut peduli menjaga lingkungan saat itu. Seakan puasa tak menjadi halangan baginya untuk bermain lumpur dan air di bibir pantai saat itu. Jam di tangan saat itu menunjukkan pukul 14.15 WIB. Dan beberapa menit saja semua warga naik ke atas daratan.  Dengan bergegas beberapa warga menuju anak sungai dan lopak berisi air untuk membersih kaki dan tangan yang  berlumpur.

Saat itu juga Irwan Effendi berpesan agar kesadaran menjaga lingkungan ini terus menerus. ‘’Paling tidak dengan kesadaran ini bisa tetap terjaga lingkungan di Kepenghuluan Sungai Bakau dari abrasi dan bencana lainnya,’’ harap Irwan Effendi lagi.

Mangrove dan Isinya Bagian dari Laut

Setelah beberapa saat rombongan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau, Prof DR Ir H Irwan Efendi MSC, bersama narasumber Balitbang Perikanan dan Kelautan RI, membidangi kebencanaan , tsunami, badai latu dan perlindungan pantai, Dr  Sumeidi Husrin  bersama kepala bidang Pengawasan dan Kelautan, Ir Warniati MSi dan Kasi Pengawasan dan Kelautan Ir Karyanto dan seksi-seksi lainnya menyalami warga yang setia menunggu sejak pagi.

Kedatangan para narasumber dan juga pejabat yang pertama menanam mangrove di perkampungan nun jauh di Pulau Sumatera dan berbatasan langsung dengan Selat Melaka tersebut. ‘’Menanam kembali mangrove sama juga menyelamatkan laut. Karena mangrove bisa menyelamatkan laut,’’ ucap Irwan Effendi yang menjadi narasumber dalam seminar penyadaran masyarakat terhadap mitigasi bencana dan pencemaran di Kecamatan Sinaboi Rohil.

Menurut Irwan, kalau hutan mangrove dan kayu-kayu yang ada di sekitarnya dan binatang lainnya merupakan bagian dari laut. Bahkan ia menyampaikan kalau di Sinaboi dulunya menjadi daerah penghasil ikan terbanyak.

‘’Sekarang ada juga tapi tak sebanyak dulu. Intinya berkurang, hal ini tentunya terganggunya lingkungan terutama hutan-hutan bakau atau mangrove menjadi tempat berkembangnya ikan-ikan di tengah selat dan laut,’’ kata Irwan Effendi yang saat itu mendapat sambutan hangat dari peserta atau masyarakat yang hadir.

Selain itu, ia menyarankan agar para nelayan di Sungai Bakau ketika pulang dari laut bisa kiranya menanam bakau atau api-api di sepanjang pantai. ‘’Alangkah baiknya jika dilakukan setiap pulang melaut menanam satu bibit api-api atau bakau. Jika tumbuh tentu menjadi berguna bagi laut dan isinya,’’ lanjut profesor yang menggeluti bidang perikanan ini.

Ia juga bercerita banyak bahwa bencana alam itu bukan saja gempa bumi atau tsunami seperti di Sumatera Barat khususnya di Padang dan Aceh. Akan tetapi jika ikan tak ada lagi di selat dan laut juga bencana bagi masyarakat terutama nelayan. Sebab itu, sebelum bencana itu datang maka mulai dari sekarang memperhatikan lingkungan terutama menanam kembali segala jenis mangrove yang menjadi penahan pantai juga sebagai tempat berkembang biaknya ikan.

Dikatakannya, untuk saat sekarang tak sedikit sungai dan anak sungai tak lagi jumlah ikannya melimpah. Padahal, kata Irwan Effendi, dulu sungai tersebut menjadi sumber pencaharian para nelayan. Jadi hal-hal penting menyelamatkan lingkungan terutama daerah rawa dan pinggir pantai dari sekarang menjadi program penting Diskanlut Provinsi Riau agar ikan-ikan tetap tak punah dan habis. ‘’Kita tahu di pesisir pantai Selat Melaka sudah menjadi zona merah artian tak lagi banyak ikan,’’ lanjutnya.

Kemudian Sumeidi Husrin menegaskan, untuk pengembangan atau melakukan penyelamatan bibir pantai harus dilakukan dari sekarang. Sebab pesisir pantai terkena abrasi dan rusak sudah pasti memudahkan terjadinya bencana. Jika hutan mangrove tak ada, bisa saja perkampungan langsung terkena gelombang pasang, rob dan lain sebagainya. Bisa saja terkena badai atau angina topan yang menimbulkan gelombang besar. ‘’Jadi apa kita lakukan hari ini menyelematkan lingkungan dengan cara menanam kembali anakan bakau atau mangrove di sepanjang bibir pantai Sungai Bakau upaya awal agar tak terjadinya bencana,’’ tuturnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook