Laporan ALFIADI, Siak alfiadi@riaupos.co
Sejak dimekarkan dari kabupaten induk Bengkalis 13 tahun silam, Kabupaten Siak baru pertama kali mendapatkan piala Adipura untuk kategori kota kecil bersih nasional.
Penghargaan diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi, Senin (11/6) di Istana Negara. Apa kunci suksesnya?
Membayangkan mendapatkan piala Adipura dari pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup tak pernah terpikir sebelumnya oleh Syamsuar. Apalagi sebagai kabupaten pemekaran, memiliki keterbatasan sangat kompleks. Akan tetapi azam dan semangat untuk mewujudkan hal itu terus digelorakan Syamsuar bersama wakilnya Drs H Alfedri MSi sejak dilantik sebagai pemimpin Siak Juni 2011 silam.
Sejak penghargaan Adipura dimulai 2002, dalam kurun tujuh tahun, Siak tak pernah mendapatkan penghargaan di bidang lingkungan. Baru di tahun ketiga (2009-2011) mendapatkan penghargaan. Itupun hanya sertifikat dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Tekad untuk mewujudkan piala Adipura itu, terus digelorakan Syamsuar dengan melibatkan SKPD terkait. Mereka berusaha bersama-sama untuk mendapatkannya.
‘’Memang ini tak mudah, tapi harus diusahakan. Keyakinan saya, kenapa orang bisa kita tak bisa,’’ kata Syamsuar mengenang saat-saat memimpin rapat membahas Adipura, Januari 2013 lalu.
Dalam hematnya, Adipura ini bukanlah tujuan semata-mata, melainkan menitikberatkan pada kecintaaan dan kesadaran pada masyrakat akan kebersihan lingkungan.
Mengingat Siak merupakan destinasi wisatawan, tentunya secara tak langsung kebersihan dan keindahan jadi daya tarik sendiri. Kebersihan dan keindahan itu mencerminkan masyarakatnya.
Dalam persiapan tersebut, Syamsuar terus melakukan pemantauan dan juga evaluasi bagi SKPD yang terlibat. Bahkan masyarakat juga diajak bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan, terutama dalam pengelolaan sampah baik itu sampah organik maupun anorganik.
Puncaknya, Maret 2013, tim melakukan penilaian akhir terhadap obyek pemantauan yang dilakukan. Hasil dari penilaian tersebut tak disebutkan, melainkan menunggu hasil pengumuman yang nantinya disampaikan. ‘’Saya pasrah saja, karena usaha sudah dilakukan,’’ kata dia.
Diakui orang nomor satu di Siak ini, sampah ini jika dikelola secara baik dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Tentunya hal ini perlu sikap dan dorongan kreativitas dari masyarakat, karena hasil dari pengelolaan sampah itu sudah ada. Tentunya tinggal lagi kemauan untuk melakukannya.
Usaha dalam mewujudkan itu terus dilakukan. Tim penilai pun turun melihat secara langsung apa yang telah dilakukan oleh Pemkab. Terutama objek-objek pemantauan yang jadi penilaian.
Dalam hal ini, penilaian demi penilaian dari awal hingga akhir mengalami peningkatan.
‘’Puncaknya pada akhir, dan itu disampaikan saat pengumuman penerimaan yang disampaikan Jumat (7/6) bahwa Siak mendapatkan piala Adipura,’’ sebut dia.
Menjadikan Siak bersih dan indah tak sekadar slogan, melainkan diperlukan tindakan nyata. Meski sudah ada petugas kebersihan, bukan berarti masyarakat dan pejabat berpangku tangan menyerahkan pada petugas. Secara bersama-sama melakukan dan menjaga kebersihan lingkungan adalah lebih tepat.
Penghargaan yang diterima ini, tentunya tak akan berarti apa-apa tanpa peran serta masyarakat. Penghargaan ini bukan milik Pemkab atau bupati, wakil bupati melainkan milik semua masyarakat.
Kini, usaha tersebut sudah membuahkan hasil. Dari sertifikat meningkat jadi piala. Semua ini atas prestasi yang dilakukan bersama-sama oleh petugas kebersihan, SKPD, dan juga masyarakat. ‘’Saya menyempatkan diri sujud syukur dan berdoa atas penghargaan ini,’’ sebut dia.
Pascaditerimanya Adipura ini, tugas berat sudah ada di depan mata. Tekad untuk mempertahankan, agar setiap tahun Siak dapat menerimanya. Begitu juga dengan objek penilaian yang jumlahnya ditambah, tak seperti sebelumnya.
Dalam hal ini, Pemkab sudah menyiapkan rencana aksi dalam mewujudkan Siak, selain hijau dan bersih juga berbunga dan berbuah. Sepanjang jalan dari ibu kota kabupaten menuju kecamatan akan ditanam bunga dan buah-buahan. Buah-buahan ini antara satu kecamatan lainnya tak sama, sehingga nantinya masyarakat dapat menikmati jika berbuah, dan kota akan kelihatan indah.
Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Siak Wan Anwar mengajak masyarakat dan juga pejabat serta petugas kebersihan untuk tak larut dalam kegembiraan atas penghargaan yang didapat.
Meski ini baru pertama kali, namun kinerja Pemkab besama masyarakat telah membuahkan hasil. ‘’Saya harapkan piala ini dapat dipertahankan terus menerus,’’ harap dia.
Sebagai perwakilan dari masyarakat, ia pun turut mendorong warga untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan. Kebersihan ini selain sebagian dari iman juga mencerminkan kehidupan masyarakatnya.
Siak masyarakatnya menganut kebudayaan Melayu sudah jadi cerminan dalam kehidupannya, yaitu meletakkan pondasi nilai-nilai kebudayaan itu.
‘’Hari ini kita semua masyarakat Siak bersyukur, seraya bermunajat pada Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya,’’ kata dia.
Kabid Kebersihan Dinas Pasar dan Pertamanan Siak Arif Hamidi menambahkan, perjuangan untuk mendapatkan Adipura ini ‘’berdarah-darah’’.
Dirinya sebagai penanggungjawab kebersihan memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kebersihan. ‘’Saya tak segan-segan turun menyapu dan memungut sampah,’’ kata dia.
Diakui dia, memang dalam persiapan Adipura ini ia sampaikan pada petugas kebersihan, agar melakukan usaha bersama-sama hingga dapat mewujudkannya. ‘’Caranya dengan menjaga kebersihan,’’ katanya.
Saat ini, petugas kebersihan berjumlah 354 orang dengan bekerja tujuh jam sehari. Pagi mulai pukul 06.00 WIB-10.00 WIB dilanjutkan siangnya pukul 14.00 WIB-16.00 WIB.
Selain itu ada juga petugas taman berjumlah 178 dan petugas pasar 190. ‘’Mereka inilah ujung tombaknya dalam menjaga kebersihan,’’ ujarnya.(*)