Hjiau dan rimbun pepohonan di atas deretan bukit di kiri kanan waduk PLTA Kotopanjang sangat menyejukkan mata. Kesibukan hilir mudik speedboat dan jejeran keramba di tengah waduk menunjukkan berkembang dan hidupnya perekonomian masyarakat beberapa desa di sepanjang waduk Kotopanjang tersebut.
Laporan ERWAN SANI, Kotopanjang
JALAN berkelok-kelok ketika lepas dari jembatan Rantau Berangin merupakan sensasi sendiri bagi pengendara sepedamotor maupun mobil. Melintas celah-celah bukit sebelum tiba di lokasi PLTA Kotopanjang terkadang membuat jantung berdebar karena tiba-tiba ada kendaraan dengan tiba-tiba keluar dari depan jalan yang dilintasi.
Tak hanya sensasi itu didapatkan, dinginnya udara keluar dari celah dedaunan di atas bukit juga menyejukkan. Nuansa yang indah ketika berada di atas jembatan yang membentang waduk PLTA Kotopanjang. Tapi Rabu (8/5) lalu Riau Pos mencoba mencari spot atau lokasi baru untuk menikmati keindahan alam di sekitar PLTA Kotopanjang.
Sekitar pukul 06.30 WIB Riau Pos mencoba melintasi jalan Simpang S yang merupakan wilayah tempat beribu tambak ikan emas milik warga desa-desa yang berada di lokasi PLTA Kotopanjang. Setiba di tepian waduk yang tak jauh dari bendungan atau gardu PLTA udara segarpun langsung menyapa hidung. Karena saat itu Riau Pos tepat berada di bawah tingginya bukit dengan rimbunan pohon menghijau di tepian waduk.
Pagi yang teduh memotivasi semangat bagi petani keramba ikan emas yang ada di tepian waduk. Karena di ujung Jalan Simpang S itu sudah berjejer dump truk berisi dengan ribuan bibit ikan emas. Tampak warga sudah sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang ikut membongkar bibit ikan dari dalam dump truk. Kemudian beberapa speedboat tampak bersandar di ujung jalan dengan muatan bibit ikan yang diangkat para pekerja keramba.
Tak itu saja beberap speedboat terlihat sibuk hilir mudik membawa tumpangan yang pada umumnya para pekerja di deretan keramba. Saat mobil yang ditumpangi Riau Pos mulai melaju seketika terhenti, karena saat mau menuju ujung jalan portal terbuat dari besi melintang. ‘’Mau ke bawah pak? Tapi tak ada tempat parkir,’’ ucap penjaga. Namun saat itu seorang ibu tetap membuka portal.
Karena dibuka, mobil dikendarai saat itu mulai melaju. Tapi baru saja mau melaju salah seorang pemilik keramba, Sastra langsung berujar. ‘’Tak ado tempat parkir bawah tu. Di ateh ajo pak,’’ jelas Sastra sambil terus berjalan menuju ujung jalan.
Setelah memarkirkan mobil di lokasi parkir yang tampaknya sengaja dipersiapkan, Riau Pos mulai turun ke tepian waduk yang sudah dibuat anak tangga. Di tepian waduk ini berjejer speedboat warga yang bersandar. Dari kejauhan ada salah seorang penumpang speedboat memanggil. ‘’Mau ke keramba pak. Tadi pak Sastra suruh naik speedboat ini,’’ ucapnya sambil menepikan speedboat dengan mesin 15 PK saat itu.
Bergegas saat itu Riau Pos untuk turun dan naik speedboat dengan membawa berbagai perbekalan. Sekitar 10 menit di atas speedboat akhirnya Riau Pos tiba di Keramba Musa yang pengelolaannya dilakukan langsung oleh Sastra saat itu. Kuwal ikan emas yang jumlahnya ribuan saat berada di keramba benar-benar memberikan kesejukan dan kenyaman untuk betah di atas keramba. ‘’Cubolah pak beri pakan tu,’’ ucap Ade. Saat itu Riau Pos mencoba dan terlihat ribuan ikan emas dengan bergerombolan berebut pakan yang dimasukkan ke dalam keramba.
Sentral Perikanan dan Taman Pancing
Waduk PLTA Kotopanjang bukan sekadar sumber penghasil tenaga listrik bagi masyarakat Riau, akantetapi juga bagian dari penyumbang pendapatan bagi masyarakat Kabupaten Kampar. Karena di waduk PLTA juga telah menghidupkan ratusan kepala keluarga dari budidaya ikan emas dan jenis lainnya.
Setiap harinya puluhan ton bahkan ratusan ikan emas keluar dari waduk PLTA Kotopanjang dan dibawa ke berbagai daerah bahkan lintas provinsi. Karena ikan-ikan emas hasil keramba masyarakat di Kotopanjang ini dibawa ke Provinsi Sumatera Utara, Jambi, Lampung dan Palembang.
Keindahan alam berbukit, birunya air waduk dan ditambah berjejernya keramba-keramba menjadi pemandangan terindah ketika ingin bersantai atau menikmati hari libur.
Tak hanya bersantai saja, waduk PLTA Kotopanjang juga sudah menjadi spot pancing bagi penggemar mancing. Bahkan salah satu acara popular salah satu televisi swasta Indonesia sudah pernah menjajalkan mata pancing mereka di PLTA Kotopanjang. Berbagai jenis ikan ada di dalam waduk PLTA. Mulai dari ikan emas, nila, baung, patin dan paling popular dan diburu para pemancing ikan Toman.
‘’Kalau hari Minggu berjejer para pemancing di tepi waduk ni pak,’’ kata Ijal (24) yang merupakan salah seorang pemancing ikan emas di waduk PLTA Kotopanjang.
Para pemancing pada umumnya berasal dari berbagai daerah. Ada dari Pelelawan dan terbanyak itu para pemancing yang datang dari Pekanbaru. ‘’Hari libur biasanya speedboat tak bersisa pak. Habis disewa orang semuanya. Kadang karena habis para pemancing memilih di antar ke tebing saja kemudian sore hari dijemput,’’ jelasnya.
Menggilanya para pemancing ke PLTA Kotopanjang, sela Ade, karena ikan toman yang didapatkan monsternya. Seperti Ujang salah seorang pemancing di PLTA waduk PLTA Kotopanjang pernah dapat ikan toman ukuran monster sebanyak tujuh ekor. ‘’Rata-rata perekornya seberat 5-7 kilogram pak,’’ jelas Ade.
Dirinya juga menyampaikan trik untuk memancing di waduk PLTA agar mendapatkan ikan toman monster. ‘’Toman makan pancing dari pukul 4 petang sampai malam pak. Kalau siang jarang. Makanya jangan heran kalau sore ramai orang tempatan mancing toman,’’ jelas Ade lagi.
‘’Jadi waduk PLTA sekarang tak sepi lagi pak. Ada pekerja keramba pengunjung yang pada umumnya para penggila mancing hampir setiap hari ramai terus,’’ lanjutnya.
Waduk Jadi Destinasi Baru
Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kotopanjang yang berlokasi di Desa Merangin, Kabupaten Kampar, Riau, memiliki panorama alam yang indah dengan latar deretan bukit-bukit yang ditumbuhi berbagai jenis pepohonan.
Dari kejauhan terlihat bentangan Bukit Barisan yang menjadi hulu air waduk ini. Air danaunya yang biru seakan-akan menarik pengunjung untuk mengarungi areal sekitar 12.900 hektre ini dengan perahu pompong atau speedboat.
Kawasan yang asri dan tenang ini sangat cocok dijadikan tempat untuk melepaskan penat sehabis kerja selama sepekan. Paling tidak alam yang sejuk dan teduh bisa dijadikan tempat untuk menemukan inspirasi baru. ‘’Kalau dulu sepi dan hanya pekerja keramba. Kalau sekarang sudah ramai, karena selain pemancing para pengunjung bersantai di keramba atau naik speedboat juga sudah mulai ada,’’ jelas tokoh masyarakat juga tokoh muda Desa Merangin, Sastra.
‘’Bahkan sekarang sudah ada warga bermain jet ski disini. Ini bukti kalau waduk ini memiliki keindahan dan sensasi alam tersendiri,’’ kata Sastra.
Wilayah waduk PLTA Kotopanjang tidak semata-mata sebagai sumber tenaga listrik, akan tetapi juga menjadi sentra ekonomi masyarakat terutama untuk tambak ikan dan air. Kemudian di waduk ini juga menyimpan nilai sejarah bagi masyarakat Kabupaten Kampar dan Kabupaten Limapuluh Kota khususnya.
Merujuk sejarah, bahwa kawasan PLTA Kotopanjang awalnya mulai dibangun pada tahun 1979. Saat itu PLN berencana membangun dam sekali kecil di Tanjung Pauh untuk memanfaatkan air di Batang Mahat anak Sungai Kampar Kanan.
Namun pada September dan November 1979 TEPSCO (Tokyo Electrik Power Service Co Ltd) yang merupakan perusahaan konsultan Jepang mengirimkan tim pencarian proyek (Project fiding) ke Sumatera. Dari hasil survei yang dilakukan, TEPSCO mengusulkan pembangunan waduk bersekala besar di peremuan sungai Kampar Kanan dengan Batang Mahat yang lokasi damsitenya di daerah Koto Panjang.
Kemudian pada tahun Januari 1993 pembangunan proyek dimulai dan proyek ini baru selesai tahun 1996. Kemudian 28 Februari 1997 penggenangan air secara resmi dilakukan. Hingga sekarang PLTA Kotopanjang menjadi sumber tenaga listrik. Tak sampai disitu saja PLTA Kotopanjang juga menjadi bagian dari objek wisata yang dimiliki Provinsi Riau.
‘’Ini dibuktikan dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke PLTA Kotopanjang yang awalnya untuk sekadar menikmati keindahan alamnya. Tapi sekarang menikmati dengan memancing dan bersantai bersama keluarga,’’ jelas Sastra. ***