PIROLIS LIMBAH KALENG BEKAS AJAIB

Mengubah Plastik Menjadi Minyak

Feature | Minggu, 12 Mei 2013 - 06:38 WIB

Mengubah Plastik Menjadi Minyak
Kaleng bekas roti dan pipa besi ini merupakan alat konversi plastik menjadi minyak. Foto: MASHURI KURNIAWAN/riau pos

Dua buah kaleng bekas roti disusun secara bertingkat. Sebuah pipa besi tersambung dengan kaleng roti pada bagian atas. Sedangkan ujung pipa besi lainnya dibiarkan terbuka begitu saja. Bila dihidupkan pemantik api dekat dengan ujung pipa tersebut akan turut menyemburkan api. Alat konversi plastik menjadi minyak bernama pirolis  ini merupakan karya  Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau, Heriyadi.

 

Laporan, MASHURI KURNIAWAN, Pekanbaru

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Pemandangan itu terlihat ketika Riau Pos, Rabu (8/5) lalu  melihat secara langsung alat tersebut. Ide pembuatan alat muncul ketika Heriyadi ketika melihat banyaknya tumpukan botol plastik mineral dan jenis lainnya berserakan begitu saja dalam drainase. Begitu juga dengan tumpukan limbah plastik pembungkus yang dibuang begitu saja masyarakat di pinggir jalan.   

Proses pembuatannya sangat sederhana dan tidak membutuhkan biaya besar. Untuk membuat pirolis dibutuhkan dua buah kaleng bekas roti. Pipa besi sepanjang 3 meter atau  lebih panjang akan lebih bagus. Kemudian lem besi dan sampah plastik.

Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan alat ini adalah saat pengeleman. Diusahakan tiap sambungan tertutup lem dengan rapat. Sebab, bila terjadi kebocoran bisa memberikan pengaruh pada proses kondensasi dan minyak yang dihasilkan.  Selanjutnya yang harus diperhatikan lagi, jangan sampai pipa kurang dari dua meter, bisa berpengaruh juga pada kondensasi uap panas dihasilkan bisa  tidak maksimal.

Untuk menghasilkan minyak, ada beberapa langkah yang harus diakukan. Kaleng pertama yang berada di bawah dijadikan tempat pebakaran sampah. Kaleng ini berisi dengan  serbuk atau sekam kayu sampai penuh. Lalu buat lubang kecil pada kaleng itu. Fungsinya  bila dilakukan proses pembakaran pada kaleng pertama oksigen dapat masuk.

Kemudian, kaleng kedua yang berada di atas isi sampah plastik yang sudah diracik kecil ditutup rapat. ‘’Plastiknya harus kering. Kalau basah, sulit menghasilkan minyak yang banyak,’’ jelas Heriyadi kepada Riau Pos, Rabu (8/5) lalu.  

Heriyadi menyebutkan, sampah yang digunakan sebaiknya  yang mempunyai senyawa sejenis saja dalam sekali pembakaran. Misalnya botol bekas minuman mineral, tidak dicampur sampah plastik yang lain. Sebab,  setiap sampah mengandung polimer yang berbeda dengan lainnya

Kaleng pertama yang sudah berisi serbuk kayu dibakar. Dengan begitu, proses pembakaran tersebut  akan membuat sampah plastik dalam media kedua memuai dengan sendirinya.

Uapan itulah yang akan mengeluarkan cairan melalui pipa peyulingan yang berada di atas kaleng. Cairan itu merupakan minyak yang dihasilkan dari proses konversi plastik menjadi minyak. Warna minyak yang dihasilkan, dari penuturan Heriyadi warnanya kekuningan.Dari percobaan yang sudah dilakukannya, sampah plastik satu kaleng dapat menghasilkan minyak sebanyak setengah botol air mineral.  

Dikatakan,  kuantitas minyak yang dihasilkan konvensi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah jenis sampah plastik yang digunakan.  Plastik botol minuman seperti Pocari Sweat, ember plastik, Aqua, Mizone,  dan lainnya, dapat menghasilkan lebih banyak minyak dibandingkan kantong plastik, atau plastik-plastik lainnya.

‘’Saya mencoba memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak dipakai.  Untuk pembakaran bisa dengan media apapun, tapi dengan serbuk kayu lebih baik memakai bahan bakar kayu. Namun untuk hasil yang maksimal, kita bisa menggunakan kompor gas.  Karena panasnya lebih stabil dan kita mudah dalam mengatur suhu pemanasannya,’’ jelasnya.

Dirinya membuktikan bahwa minyak yang dihasilkan lebih bagus kualitasnya dari minyak tanah, sebab minyak ini dapat menyala di atas pipa besi dan sempat menyambar kumpulan minyak yang ada di bawahnya.

Menurut dia, minyak yang dihasilkan dengan alat sederhana ini masih termasuk minyak mentah.  Artinya minyak ini masih bisa diproses lebih lanjut menjadi bensin, solar, minyak tanah dan sejenisnya.

‘’Meskipun belum di lakukan pengujian di labor secara resmi bahwa dari hasil pembakaran tersebut.  Mengandung minyak apa dan unsur-unsur apa saja yang ada dialamnya dan  belum di ketahui secara pasti kadar yang terkandung,’’ ujarnya.

Namun lanjutnya, secara  manual  bisa di gunakan  untuk pembakaran  seperti mana biasanya minyak tanah yang ada pada saat ini. Dalam proses ini diperkirakan  untuk 1 kilogram sampah menghasilkan 0,8 liter dari proses pembakaran tersebut ungkap heryadi kepada Riau Pos belum lama ini.

Dia berharap   apa yang di lakukan  pada saat ini mendapat perhatian khusus dan mendapat bantuan dari pemerintah dalam mengembangkannya ke depan.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau, Khasiaruddin menjelaskan penguraian sampah plastik dengan cara dibakar seringkali menimbulkan masalah.  Terutama baunya yang sangat tidak sedap dan banyak mengandung zat beracun yang kalau terhisap hidung sangat berbahaya.

‘’Pada saat ini untuk  menyelamatkan  dari bahaya  plastik memang  sudah seharusnya  menggunakan plastik yang bisa di uraikan  kembali  oleh micro organisme secara alami  menjadi senyawa yang ramah lingkungan. Sama seperti yang dilakukan peneliti muda di Riau yang sudah banyak menemukan alat konvensi sampah menjadi minyak,’’ ungkapnya.

Dikatakan, umumnya plastik berasal dari produk turunan minyak bumi dan memiliki struktur rantai karbon yang panjang. Plastik ini menjadi masalah utama limbah dunia, karena membutuhkan waktu yang sangat lama agar terurai secara alami. Diperlukan solusi yang lebih cepat untuk mengubah limbah plastik menjadi sesuatu yang berguna, salah satunya sebagai bahan bakar alternatif.

BLH Riau, sambungnya sangat mengapresiasi dengan temuan edukatif energi terbarukan yang dihasilkan para generasi muda di Riau. Hendaknya ini terus dilakukan dan menjadi perhatian seluruh elemen masyarakat. Perusahaan swasta, sambungnya harus memberikan juga dukungan bagi generasi muda yang peduli dengan lingkungan.  

Pengembangan alat yang disebut dengan pirolis ini, katanya dapat mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar, yang kemudian disebut minyak plastik. Minyak ini  bisa digunakan sebagai bahan bakar kompor, tungku atau mesin-mesin bakar sederhana.

Selain itu, untuk keperluan sehari- hari tidak perlu membeli minyak tanah yang harganya semakin tak terjangkau. Sebab minyak yang dihasilkan alat ini kualitasnya lebih bagus dari minyak tanah. Bila mempunyai keinginan, semua masyarakat bisa lebih kreatif dengan temuan energi terbarukan,  mengkonversi lebih lanjut plastik  menjadi  bensin, solar dan lainnya.

‘’Seperti yang kita ketahui  adanya wacana kenaikan BBM bisa teratasi dengan temuan alat inovatif energi terbarukan. Ya, manfaat  alat ini sangatlah berguna bagi kepentingan masyarakat,’’ ujarnya.

Kepala Bidang Perubahan Iklim  dan Perlindungan Atmosfir Badan Lingkungan Hidup (BLH)  Riau, Herianto menambahkan, konservasi dan plastik memiliki kemiripan unsur pembentuk dengan bahan bakar minyak. Saat dipanaskan plastik akan meleleh lalu mencair, cairan plastik ini jika terus dipanaskan akan membentuk uap panas.

Jika uap panas ini melewati pendingin akan langsung mengembun serta membentuk minyak. ‘’Sampah plastik yang saat ini menjadi sumber bencana yang besar bagi hampir seluruh daerah di Indonesia, ternyata juga bisa menjadi salah satu solusi untuk menjawab krisis energi di negara kita. Saya rasa harus dilakukan terus inovasi energi terbarukan,’’ pungkasnya.(new)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook