IN MEMORIAM YATNA YUANA

Ingin Pulang Secepatnya ke Pekanbaru...

Feature | Minggu, 12 Januari 2014 - 09:06 WIB

Ingin Pulang Secepatnya ke Pekanbaru...
DR Yatna Yuana Sumardi MPd (alm). Foto: istimewa

DR Yatna Yuana Sumardi MPd nama lengkapnya. Orang lebih sering memanggilnya sebagai Bung. Selain sebagai dosen senior di Universitas Islam Riau (UIR), Yatna juga dikenal sebagai fotografer andal di Riau. Ia wafat setelah tiga pekan berjuang melawan sakit liver yang diidapnya.

Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

TAKDIR tak dapat dielak, pada Sabtu (11/01) pagi, sekitar pukul 07.00 WIB bertempat di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta, Yatna dipanggil Allah SWT setelah mendapat perawatan selama lebih kurang tiga pekan. Asri salah seorang rekan kerja sekaligus sahabat karibnya mengatakan bahwa sejak malam tadi (10/01) Almarhum sudah mendapat perawatan khusus di ruang ICU RS Fatmawati.

‘’Saya dapat kabar dari istrinya, kalau tadi malam kondisinya menurun dan langsung masuk ke ruang ICU. Sebenarnya dalam waktu dekat, almarhum akan melakukan operasi,’’ kata Asri ketika ditemui ketika usai melakukan salat ghaib di Masjid UIR, siang kemarin.

Asri mengakui selama almarhum dirawat di Jakarta, mereka selalu berkomunikasi lewat telepon. Kata Asri, kadang sampai 10 kali dalam sehari, hanya saja sejak Jumat (10/1) semalam tak ada komunikasi. ‘’Almarhum seringkali mengatakan ingin pulang secepatnya ke Pekanbaru. Sebenarnya sakit liver yang idapnya sudah beberapa bulan yang lalu, bahkan di Pekanbaru awalnya masuk rumah sakit Syafira dan Awal Bross. Dari keterangan istrinya, gejala liver yang diderita meningkat ke pembekakan hati. Terkahir dikabarkan, kakinya sudah mulai menghitam akibat penyakit yang dideritanya,’’ jelas Asri lagi.

Sementara itu, salah seorang sahabat karib almarhum Yoserizal Zen mengatakan, sahabatnya itu dimakamkan di Jakarta. Yoserizal mendapat informasi tersebut dari istri almarhum, Tengku Linda  yang meneleponnya, Sabtu (11/01) pagi.

Wakil Rektor Bidang Akademik, Nurman menyatakan belasungkawanya seraya mengatakan merasa kehilangan atas kepergian almarhum. Karena diakuinya, Yatna selama ini merupakan sumber daya di UIR. ‘’Segenap civitas akademika, melakukan Salat Ghaib hari ini (kemarin, red). Semoga Almarhum mendapat ampunan dari Allah SWT,’’ ujarnya.

Menurut Nurman, almarhum adalah sosok yang betul-betul akademisi murni dalam artian tidak terkontaminasi dengan hiruk-pikuk terutama masalah politik di luar kampus. ‘’Memang beliau merupakan dosen spesialisasi di Sendratasik. Beliau juga memiliki komitmen tinggi tehadap lembaga, apapun kegiatan di sini, beliau selalu hadir dan membantu dalam mengatur setiap acara yang berlangsung sehingga acara pun berjalan dengan baik di tangannya,’’ kenang Nurman.  

Yatna Yuana lahir 14 Mei 1959 ini belum lama menyelesaikan S3-nya di salah satu universitas di Padang. Di mata kawan-kawannya, beliau adalah sahabat yang baik, selalu mengutamakan kebersamaan dan kesetiakawanan. Selain sebagai dosen, beliau juga dikenal sebagai satu-satunya Doktor yang selalu membawa kamera foto ke mana pun pergi. Banyak sekali dokumentasi peristiwa seni budaya di Riau ini yang telah diabadikannya.

Kepala Museum Daerah, Yoserizal Zen sahabat karibnya mengakui hal itu. Katanya, almarhum juga pernah turun meneliti teater Melayu Mak Yong untuk dijadikan tesisnya S2-nya terutama tentang simbol topeng Mak Yong. Dan juga sebagai antropolog di Museum Sang Nila Utama Provinsi Riau.

Almarhum juga orang yang memiliki semangat tinggi dalam apa pun hal, baik pekerjaan sebagai dosen, pekerjaan seni budaya dan lainnya. Diceritakan Yose, pernah suatu ketika, almarhum pergi mengajar kelas jauh di Inhil dalam kondisi yang sebenarnya kurang sehat namun beliau tetap juga berangkat ngajar sehingga pulang dari Inhil menggunakan ambulance.

‘’Penyakitnya sudah lama juga diidap. Saya juga dapat kabar, ketika mau ujian menyelesaikan S3 di Universitas Negeri Padang (UNP). Almarhum sempat pingsan di parkiran kampus. Tapi begitulah semangatnya untuk belajar dan komitmennya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan,’’ kata Yoserizal.

Dua hari yang lalu, almarhum menelepon Yose dari Jakarta. ‘’Beliau meminta nomor telepon kawan-kawan yang ada di Riau, padahal nomor yang diminta itu sudah ada di teleponnya. Ia mau minta izin karena akan menjalani operasi beberapa hari lagi,’’ ingat Yose.

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Kesenian Riau (DKR), Kazzaini Ks mengatakan almarhum adalah sahabat yang baik. Selama berteman kata Kazzaini, almarhum memiliki sifat yang sangat peduli, ramah dan mudah sekali bergaul dengan siapa saja. ‘’Almarhum juga sebenarnya merupakan dosen luar biasa di Sekolah Tinggi Seni Riau (STSR)jurusan teater dan film. Saya juga mengenal beliau sebagai fotografer yang hebat,’’ kata Kazzaini.

Sastrawan dan seniman Riau, Taufik Ikram Jamil juga mengakui hal serupa. Sudah sekian lama mengenal almarhum, di mana sikap pertemanan yang selalu ditunjukkan kepada kawan-kawannya adalah kepedulian, pengertian, dan pembelaan. Memang selama ini kata Taufik, almarhum selalu muncul di belakang layar dalam setiap event seni budaya yang ada.  

‘’Tetapi posisi beliau selalu merujuk kepada hal yang vital misalnya keamanan, kelancaran acara dan lain-lainlah,’’ jelas Taufik.

Pada pandangan Budayawan Riau, Al azhar bahwa almarhum Yatna Yoana merupakan sahabat sejati. Selama ini banyak mencurahkan tenaga, pikiran dan pengalamannya dalam misi kesenian dan kebudayaan yang dijalankan seniman-seniman Riau. Awal perkenalan dengan almarhum disebutkan Al azhar sekitar 1987.

‘’Saya membawanya ke FKIP Universitas Islam Riau, untuk bersama-sama mengembangkan prodi sendratasik FKIP UIR yang waktu itu diamanahkan kepada saya mendirikan, memimpin dan mengembangkannya. Almarhum tunak di prodi itu sampai akhir hayat sedang saya ‘mengembara’ ke mana-mana,’’ kata Al azhar.

Seingat Al azhar, dalam sejumlah pertemuan di tahun-tahun terakhir hidupnya, almarhum tetap bersemangat walau pun penyakit telah menggerogoti tubuhnya. Banyak keprihatinan kebudayaan yang diungkapkan, diantaranya ialah harapan yang menggunung agar mahasiswa pendidikan Sendratasik FKIP UIR menjadi dinamo untuk kemajuan seni budaya setelah terjun ke masyarakat seperti dulu, di awal-awal prodi memproduksi alumni.  ‘’Saya menanggapi harapan itu akan lebih mudah diwujudkan bila selama kuliah mahasiswa-mahasiswa pendidikan sendratasik dibawa keluar kampus, masuk ke pusaran aktivitas seni di negeri ini. Atas tanggapan saya itu, Bung Yatna menerawang lalu mengurut dada. Selamat jalan sahabat setia yang tak pernah jemu berbagi,’’ cerita Al azhar.

Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Lancang Kuning, Junaidi juga menyatakan kehilangan seorang sahabat yang memiliki komitmen tinggi dalam setiap kegiatan dan pekerjaan bersama. Kata Junaidi lagi selama ini semua pekerjaan yang dilakukannya dengan almarhum, selalu saja almarhum menunjukkan dedikasi dan tanggung jawab yang tinggi dari pembagian tugas yang telah diberikan.

‘’Terakhir saya bersama dengan beliau sewaktu acara Pertemuan  Penyair Korea-Asean beberapa waktu lalu. Saya melihat tanggung jawabnya terhadap pekerjaan luar biasa,’’ kata Junaidi.

Sebagai sahabat sekaligus rekan kerja, Husnu Abadi juga mengakui hal itu. Almarhum juga adalah orang yang supel dalam pergaulan sehari-hari. ‘’Dengan siapapun ia berteman tak memandang bulu dan umur. kesetiakawanan yang tinggi baik sebagai seniman maupun sebagai rekan kerja di kampus,’’ kata Husnu yang ketika dihubungi sedang berada di Malaysia.

‘’Mendapati SMS dari kawan-kawan tadi pagi, saya sontak terkejut karena memang sesuatu yang tak diduga sama sekali. Meskipun saya tahu beliau sakit hanya saja dikarenakan kesibukan saya tak tahu pula beliau sudah dibawa ke Jakarta,’’ sambung Husnu sembari menambahkan bahwa almarhum adalah tim kerja yang sukar dicari gantinya.(*6)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook