ELIS HIDUP TANPA LIMPA DAN SEPARUH HATI

Bertahan Ditopang Kuatnya Semangat Hidup

Feature | Minggu, 12 Januari 2014 - 08:13 WIB

Bertahan Ditopang Kuatnya Semangat Hidup
Elis Masyitoh (36) bersama dua buah hatinya tetap semangat menjalani hidup meski tidak lagi memiliki limpa dan sebagian hatinya yang rusak. Foto: Asmawi Ibrahim/Riau Pos

Kecelakaan membuat limpa Elis pecah yang hingga kini dia hidup tanpa organ tubuh itu. Kemudian hatinya juga hanya separuh yang berhasil diselamatkan. Tergolong kasus medis langka, tapi Elis bertahan ditopang semangat hidup yang kuat

Laporan ASMAWI IBRAHIM, Pekanbaru

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

TAHUN 2007 silam, Elis Masyitoh (36) mengalami musibah yang membuat hidupnya tak lagi sama dengan sebelumnya. Kala itu, dia terlibat kecelakaan sepeda motor. Putrinya yang masih berusia tiga tahun meninggal dalam peristiwa itu. Sementara Elis mengalami luka dalam yang cukup serius, di mana limpa dan hatinya mengalami kerusakan. Tak hanya itu, lengan kirinya pun patah.

Enam tahun sudah peristiwa itu berlalu, sungguh merupakan keajaiban besar Elis bisa bertahan hingga kini dan dalam keadaan sehat. Padahal sebelumnya banyak orang yang menyangsikan kesehatannya. Dr Suindra SpB-KBD yang bertugas di RSUD Arifin Achmad, salah satu dokter yang menangani operasi Elis yang saat itu dirawat di RS Awal Bros Pekanbaru menyebut sebenarnya banyak kasus pasien kehilangan limpa atau menjalani pengangkatan separuh hati. Hanya saja biasanya pasien hanya mengalami satu kasus saja, tidak kedua-duanya seperti yang dialami Elis.

“Kasus kecelakaan yang dialami pasien saya itu termasuk langka, karena sekaligus terjadi pada limpa dan hatinya pecah. Ini ditambah lengan kirinya yang patah. Sedangkan jalannya operasi cukup panjang,” kata dr Suindra.

Dia menjelaskan limpa berfungsi untuk penghancuran sel-sel darah merah tua. Limpa juga termasuk salah satu organ sistem limfoid terbesar dan terletak di bagian depan dan dekat puggung rongga perut di antara diagframa dan lambung yang berfungsi melindungi tubuh dari kerusakan akibat zat asing. “Limpanya diangkat karena pecah. Namun demikian untuk menghilangkan traumatik yang dalam, sebagian kecil limpanya ditanamkan di lemak-lemak perutnya,” terang dr Suindra.

Ketika limpa diangkat, saat itu kondisi hati Elis yang sebagian kecil juga pecah tidak langsung diangkat. Hati yang pecah saat itu dibalut kain kasa. Setelah lima hari pengangkatan limpa, kembali dilakukan operasi untuk pengangkatan sebagian kecil hatinya yang pecah tersebut.

“Pasien saya itu benar-benar mempunyai fisik dan semangat hidup yang sangat luar biasa. Sebab kasus seperti ini jarang terjadi. Kalau saya ditanya nama pasien itu kadang lupa, tapi kalau diceritakan peristiwa kasusnya, saya tetap mengingat pasien saya itu,” terang dr Suindra.

Secara medis, sambung dr Suindra, manusia yang kehilangan limpa masih bisa bertahan hidup. Manusia bisa bertahan karena fungsi limpa secara otomatis diambil alih oleh organ tubuh yang lain. “Walau demikian, tentunya tetap ada efeknya. Misalkan, daya tahan tubuhnya tentu tidak senormal sebagaimana sebelumnya,” ucap dr Suindra.

Usai pengakatan limpa dan sebagian kecil hatinya, Elis juga harus melanjutkan operasi penyambungan tulang lengan kirinya yang patah. Selama 16 hari Elis dirawat di ruang ICU. Selama itu pula, Elis tidak tahu bahwa si buah hati, Najla Jihan Hafizah Tanjung, meninggal dalam kecelakaan akibat kepalanya terbentur tembok.

“Waktu kejadian itu yang saya tahu putri saya dibawa warga. Setelah itu saya tak tahu. Saat itu saya masih sadar dan segera menelepon suami dan langsung dibawa ke rumah sakit,” kenang Elis.

Selama dirawat di RS, Elis berkali-kali meminta pada keluarganya agar si kecil dibawa ke RS. Namun keluarganya selalu menutup-nutupi peristiwa yang sebenarnya agar Elis tidak shock.

Elis peraih gelar 3 Perbankan di Universitas Tridinanti Palembang ini, menceritakan, selama di rawat di ruangan ICU, beberapa kali dalam kondisinya yang belum stabil, sering bermimpi putrinya Najla Tanjung datang menjenguknya.

Sang putri semata wayang saat itu datang menjenguknya dari balek jendala. Tangannya melambai kepada ibunya. “Anak saya seakan datang digendong suami melihat dibalik jendela dengan melambai tangan. Saya juga dalam mimpi melambaikan tangan kepadanya,” kenang Elis.

Setiap kali keluarganya menjenguknya di ruangan ICU, selalu saja disebutkan jika putrinya dalam keadaan sehat. Keluarga juga menceritakan, kalau anaknya itu ikut salah satu neneknya. “Semua keluarga menyebutkan kalau anak saya sehat bersama neneknya. Saya percaya saja dan lagi pula anak-anak memang dilarang masuk ruangan ICU,” katanya.

Namun begitu setelah 15 hari di ruangan ICU, tiba masanya dia harus dipindah keruangan perawatan. Elis pun berfikir sudah saatnya bisa bertemu dengan buah hatinya. Ini karena di ruangan perawatan anak-anak sudah diperbolehkan masuk.

Hari pertama dipindahkan ke ruangan perawatan itu, Elis terus mendesak suaminya untuk bisa berkomunikasi dengan putrinya. Karena memang kendati saat itu usia putrinya baru 3 tahun, namun sudah bisa berkomunikasi dengan HP. Elis terus mendesak, sekalipun belum bisa dibawa, kiranya bisa komunikasi lewat HP dengan anaknya.

“Waktu itu suami bilang, sabar dulu, besok saja komunikasinya. Saya sudah tak sabar ingin komunikasi walau sebentar saja. Tapi waktu itu dibilang istirahat dulu,” kata Elis.

Dua hari di ruangan perawatan Elis kelahiran Palembang 1 April 1977 itu terus mendesak sang suami. Elis mulai curiga mengapa putrinya belum juga dibawa ke ruangannya. Dia terus mendesak sang suami untuk membawa anaknya ke ruangan perawatan.

Tak ada lagi untuk berasalan. Sang suami Haidir Anwar Tanjung (40) dengan penuh kesabaran dan tanpa melihatkan ekpresi yang sedih, akhirnya menceritakan apa sebenarnya yang telah terjadi.

“Ketika itulah, suami menceritakan yang sebenarnya, kalau anak saya sudah meninggal dunia. Aku menangis, namun suamiku terus memberikan aku semangat, aku diminta untuk tidak bersedih,” kenang Elis.

Elis sedih bukan kepalang kehilangan putri kecilnya. Namun hidup harus terus berjalan sepahit apapun itu. Tak lama, Elis mengandung dan lahirlah Hafizh Tanjung yang kini berusia 5 tahun. Selang dua tahun kemudian, lahir anaknya yang ketiga, Fikih Tanjung (3). Dua jagoan kecil itu yang kini membuat hidup Elis semakin semarak.

Mudah Terserang Penyakit

Elis Masyitoh kini tentu sudah memendam jauh peristiwa yang pilu yang pernah dialaminya. Dengan penuh kesabaran dan keihklasan, dia terus berjuang untuk hidup bersama keluarganya.

Namun faktanya bahwa kekuatan fisiknya tidak seperti sedia kala tentu tidak bisa terbantahkan. Kondisi tubuhnya tanpa limpa dan separuh hati itu membuat kekuatan tubuhnya melemah.

Dokter yang menanganinya memang sudah menyebutkan, bahwa kondisi tubuhnya akan mudah terserang penyakit. Daya tahan tubuh tidak bisa seperti sebelumnya. Ini dibuktikan, setahun setelah Elis dinyatakan sehat, Tuhan memberikan karunia anak keduanya pasca kepergian buah hatinya yang pertama.

Elis selama hamil harus mendapat pengontrolan dari dokter. Sehingga saat anak keduanya lahir yakni Hafiz Tanjung pada 09-09-2008, walau lahir dalam kondisi normal, namun harus dibantu alat vakum. Begitu juga kelahiran anak ketiganya Fikih Tanjung 20-10-2010, lagi-lagi kelahirannya harus dibantu alat vakum.

“Saya melahirkan dalam kondisi normal, namun tetap dibantu alat vakum. Karena saya tak memiliki tenaga yang kuat untuk mendorong bayi untuk keluar. Tapi alhamdulilah, semuanya bisa berjalan dengan lancar,” kata Elis.

Elis juga bercerita, bahwa dirinya juga pernah harus menjalani rawat inap di rumah sakit Pekanbaru Medical Center (PMC) sekitar 6 bulan setelah keluar dari rumah sakit. Persoalannya hanya sepele, waktu itu ada keluarga yang main ke rumah dalam kondisi sakit flu.

Ternyata kedatangan keluarganya yang dalam kondisi sakit flu tak lama langsung menular. Elis mengalami demam tinggi yang sempat membuatnya panik. Dia terkulai lemas dengan kondisi tubuh panas dan pusing.

Karena sudah pernah diberita oleh dokter jika sakit langsung dirujuk ke rumah sakit, makanya saat itu Elis langsung dibawa ke PMC. Sang suami langsung menghubungi dokter yang pernah menanganinya yakni dr Suindra.

Dokter tersebut langsung mengintruksikan agar Elis segara dirujuk di rumah sakit. Sesampaikan di RS PMC, Elis langsung ditangani para medis. Kendatipun dr Suindra bukan yang menanganinya, namun dokter itu tetap melihat kondisi Elis yang terbaring di rumah sakit.

“Saya sempat rawat inap beberapa hari di rumah sakit. Memang pesan dokter sejak saya keluar dari Awal Bros, saya disebut akan mudah terserang virus. Dokter Suindra selalu menjadi tempat konsultasi saya walau komunikasi itu lewat suami,” kata Elis.

Setiap kali Elis berhubungan dengan penyakit, dia harus menjelaskan kondisi tubuhnya. Termasuk saat kehamilan anak kedua dan ketiganya. Dia harus menjelaskan kepada dokter ahli kandungan kalau kondisinya sudah tidak punya limpa dan hanya miliki separuh hati. Ini perlu dijelaskan agar dokter tidak salah dalam merekomendasi obat.

“Dengan saya jelaskan kondisi itu, dokter pun merekomendasikan obat yang bisa untuk saya komsumsi,” kata Elis.

Pernah juga Elis memeriksakan kondisi matanya ke dokter mata. Saat konsultasi dokter merekomendasikan untuk menggunakan kaca mata resep khusus siang hari. Disamping itu dokter juga memberikan resep obat.

“Waktu itu dokter sudah memberikan resep obat. Namun saat itu suami langsung menceritakan kondisi tubuh ini. Dokter itu terkejud, langsung resep obat untuk mata diganti lagi,” cerita Elis.

Begitulah kondisi Elis saat ini. Badanya mudah lemah dan mudah terasa letih. Namun semangat untuk terus bertahan membesarkan buah hatinya menjadi semangat tersendiri.

Uniknya ibu tiga orang anak ini, kendatipun pernah mengalami kecelakaan sepeda motor, dia tidak trauma untuk bermotor. Kini saban siang menjemput anaknya Hafiz Tanjung (5) yang bersekolah TK di sekitar Perum Griya Cemara Asri, Jl Purwodadi Kelurahan Sidomulyo Barat, Kec Tampan Pekanbaru. “Namun saya tentunya lebih waspada lagi bila bermotor,” katanya.

   

“Beda sama sebelum kecelakaan ya. Sekarang saya mudah letih dan mudah terserang virus seperti batuk, flu, dan angin malam,” ucap Elis menuturkan kondisi tubuhnya yang kini tanpa limpa.(hpz)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook