SULTAN MAHMUD RIAYAT SYAH, CALON PAHLAWAN NASIONAL DARI LINGGA

”Sebelum Diklaim Singapura dan Malaysia”

Feature | Selasa, 11 Desember 2012 - 10:38 WIB

”Sebelum Diklaim Singapura dan Malaysia”
Pakar sejarah Universitas Indonesia Dr Yuda B Tankilisan (tengah) jadi pembicara didampingi tokoh masyarakat Lingga, Rida K Liamsi (kiri) dalam seminar perjuangan Sultan Mahmud Riayat Syah di Jakarta, Senin (10/12/2012). Foto: M FATHRA M Nazrul Islam/Riau Pos

Laporan AFNI ZULKIFLI, Jakarta

Pahlawan nasional dari Kepulauan Riau (Kepri) bakal kembali bertambah. Setelah sebelumnya Raja Ali Haji dan Raja Haji Fisabilillah diakui sebagai pahlawan nasional, saat ini giliran Sultan Mahmud Riayat Syah yang tengah diperjuangkan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Perjuangan dan kepahlawanan Sultan Riayat Syah bergelar Yang Dipertuan Besar Kerajaan Riau-Lingga, dibedah dalam seminar nasional di Museum Nasional, Jakarta, Senin (10/12). Kegiatan ini dihadiri oleh pakar budaya nasional, pemerintah daerah dan tokoh masyarakat Riau-Lingga.

Bupati Lingga H Daria mengatakan, peran Sultan Mahmud Syah III tidak bisa dilepaskan dari kebesaran Kerajaan Riau-Lingga-Johor dan Pahang.

Perjuangan Sultan disebut visioner, karena meletakkan dasar-dasar sejarah melebihi pemikiran pada masanya.

Meliputi perjuangan melawan penjajah Belanda, peletak dasar tamaddun Melayu, perencana ekonomi berbasis kerakyatan dan satu-satunya sultan yang menjalankan pemerintahan dengan dasar otonomi daerah demi persatuan Nusantara.

‘’Sebelumnya, Lingga hanya sebuah kecamatan. Setelah kami menjadi kabupaten sendiri, barulah kami serius mengumpulkan kembali sumber dan data yang terserak. Pada akhirnya kami menilai, Sultan Mahmud Syah III ini sangat layak untuk diusulkan menjadi pahlawan nasional,’’ kata Daria.

Sultan Mahmud Syah III dilantik menjadi Sultan tahun 1761 M pada usia belia, saat masih berusia dua tahun. Pusat pemerintahannya berada di Hulu Riau (Kota Raja) selama 26 tahun (dari tahun 1761-1787 M).

Demi taktik perang melawan Belanda, Sultan Mahmud Syah III kemudian memindahkan ibukota kerajaan di Lingga hingga akhir hayatnya, tahun 1812 M.

Sebagai pemimpin tertinggi Kerajaan Johor-Riau-Lingga dan Pahang, banyak kebijakan Sultan Mahmud Syah III yang strategis dan monumental.

Salah satunya dengan memerintahkan perjuangan melawan penjajah dalam perang di Teluk Riau dan Teluk Ketapang Melaka pada 1784. Dalam peperangan ini, panglima perang Raja Haji Fisabillillah, tewas sebagai syahid.

Meski mengalami kekalahan, tidak menyurutkan perjuangan Sultan Mahmud Syah III melawan penjajah. Beliau justru semakin memperkuat armada perangnya, menyusun strategi dan membangun pusat-pusat ekonomi.

Sultan Mahmud Syah III juga mempererat kerajaan Riau-Lingga-Johor dan Pahang dengan beberapa kerajaan lainnya seperti Jambi, Mempawah, Indragiri, Asahan, Selangor, Kedah dan Trenggano.

Sultan Mahmud Syah III, menguatkan persaudaraan antara Melayu dan Bugis melalui ‘’sumpah setia’’ dan pernikahan antara kedua belah pihak. Kebijakan Sultan ini terbukti mampu menjadi senjata ampuh, melawan penjajah yang terkenal dengan politik adu dombanya.

Pada masanya juga, Lingga dirintis menjadi pusat tamaddun Melayu. Di antaranya menggalakkan dunia tulis (mengarang) dalam kitab-kitab ajaran agama Islam dan bahasa (sastra) Melayu.

Kelak, bahasa Melayu menjadi cikal bakal bahasa pemersatu Nusantara, yakni bahasa Indonesia.

Sultan Mahmud Syah III, menjadikan Pulau Penyengat sebagai maskawin pernikahannya dengan Engku Puteri Raja Hamidah binti Raja Haji.

Berkat perjuangan Sultan pula, akhirnya Lingga dan Pulau Penyengat menjadi kota yang hebat. Lingga kemudian dikenal sebagai Bunda Tanah Melayu dan Pulau Penyengat sebagai Pulau Indera Sakti.

‘’Sultan Mahmud bukan hanya tokoh bagi Nusantara, tapi kejayaannya dikenang oleh Johor, Malaysia dan Singapura. Dia adalah Sultan besar yang pernah berkuasa di kawasan Nusantara bahkan ASEAN,’’ kata zuriat Sultan Mahmud yang hadir, Tengku Husein.

Keturunan ketujuh Sultan Mahmud Syah III ini mengatakan, sudah banyak pihak-pihak yang datang menemuinya dari Malaysia dan Singapura. Mereka menggali sejarah dan peran Sultan Mahmud Syah III bagi sejarah negara mereka.

‘’Saya terharu akhirnya Sultan Mahmud akan diusulkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia. Semoga saja bisa terealisasi, sebelum diklaim menjadi pahlawan oleh Malaysia atau Singapura,’’ kata Tengku Husein.

Dalam catatan sejarah, Sultan Mahmud Syah III memiliki dua anak yakni Tengku Husin dan Tengku Abdur Rahman. Tengku Husin kemudian ditunjuk menjadi Sultan Johor dan Singapura.

Sedangkan Tengku Abdur Rahman menjadi Sultan Riau-Lingga-Johor dan Pahang (1812-1819).

‘’Kegiatan hari ini adalah tahapan ke-8 dari 16 tahap perjuangan untuk menjadikan Sultan Mahmud Riayat Syah menjadi pahlawan nasional. Kami tidak akan berhenti memperjuangkannya, sampai gelar tersebut bisa terealisasi oleh pemerintah pusat,’’ tegas anggota Komisi II DPRD Lingga, Masyalikul Akhyar.

Di akhir seminar, akhirnya dikeluarkan kesepakatan membentuk tim perumus perjuangan Sultan Mahmud Riayat Syah Menjadi Pahlawan Nasional. Tim perumus di antaranya adalah Abdul Kadir Ibrahim, Abdul Malik, Rida K Liamsi, Suarman dan Azam Awang. Selain itu juga ada Raja Malik, Ir M Ishak, Tengku Fuad dan Kamaruzzaman. (afz/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook