DOSEN MUDAH DITEMUI KARENA TAK NGOBYEK

Di India, Biaya Setahun Hanya Rp 2 Juta

Feature | Selasa, 11 September 2012 - 17:35 WIB

Di India, Biaya Setahun Hanya Rp 2 Juta
Maysalina Fyandari (berjilbab dengan tas ransel) bersama dua rekannya asal Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Universitas Jamia Millia Islamia, New Delhi. (Foto : Dokumen Pribadi Maysalina for JPNN)

India selama ini lebih dikenal dengan negeri padat penduduk yang kumuh dan kisruh politik yang tak berkesudahan. Di Indonesia, India juga lebih kesohor dengan film-film buatan Bollywood. Padahal ada yang tak kalah menarik, yakni India sebagai negeri dengan biaya pendidikan yang murah. Berikut catatan wartawan JPNN, Ayatollah Antoni yang baru-baru ini pulang dari sana.

India dikenal sebagai salah satu negeri dengan peradaban panjang. Jauh sebelum negeri-negeri lain menunjukkan peradabannya, India sudah memberi sumbangsih bagi ilmu pengetahuan. Tak heran jika kini India punya ribuan perguruan tinggi.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kini, ratusan mahasiswa asal Indonesia juga tengah menimba ilmu di India. "Ada sekitar 100 mahasiswa asal Indonesia di India," kata Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di India, Stevan Chondro.

Menurutnya, murahnya biaya pendidikan di India membuat negeri tempat kisah Mahabharata dan Ramayana berasal itu patut dijadikan negara tujuan untuk melanjutkan jenjang pendidikan tinggi. "Biaya di sini murah. Saya setahun hanya habis Rp 2 juta," kata mahasiswa di Delhi University itu.

Kisah lain dituturkan Gonda Yumitro. Alumnus jurusan Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada itu sebenarnya sudah tercatat sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Malang. Namun ia menambah ilmunya dengan mengambil program master ilmu politik di Universitas Jamia Millia Islamia, New Delhi.

Tak hanya biaya yang murah, kualitas pengajar juga menjadi pertimbangan bagi Gonda untuk mengejar ijazah Strata 2 di India. "Dosen di sini semua doktor," sebutnya.

Ditambahkannya, mahasiswa juga tak kesulitan menemui dosen pembimbing maupun promotor untuk program doktor. "Gaji dosen di sini di atas Rp 20 juta, jadi nggak ngobyek di tempat lain," kata Gonda yang tercatat sebagai salah satu lulusan tercepat  di HI UGM itu.

Sedangkan Maysalina Fryandari, mahasiswi pascasarjana jurusan psikologi di Jamia Islamia menambahkan, kalaupun terbentur biaya kuliah maka mahasiswa Indonesia bisa berburu beasiswa dari pemerintah India. "Rata-rata yang kuliah di sini juga mendapat beasiswa dari pemerintah India," ucapnya.

Namun dituturkannya pula, untuk mahasiswa asing di India di luar jalur beasiswa memang ada biaya ekstra.  "Ada biaya untuk entrance foreigner, paling murah USD 500 dengan tes yang cukup sulit. Tapi ada yang sampai USD 2500 jika tanpa tes masuk," sebutnya.

Lulusan Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat itu pun tak khawatir soal akreditasi lulusan perguruan tinggi di India. "Kalau di Indonesia saya belum tahu, tapi lulusan sini diakui di negara-negara Eropa," tegas Donna.

Yang tak kalah menarik dari India, makin tinggi jenjang pendidikannya maka makin murah biayanya. Misalnya, program PhD lebih murah dari program master. Demikian pula untuk program master, lebih murah dari program bachelor.  "Saya masternya applied psychology (psikologi terapan) dan PhD untuk komunikasi masa," kata  penerima beasiswa Indian Council for Cultural Relations (ICCR) itu.

Namun ada pula pertimbangan lain yang membuat India jadi pilihan. "Biaya hidup di sini juga sama dengan Indonesia," ucap perempuan berjilbab yang sering disapa dengan panggilan Donna itu.

Selain itu, buku-buku di India juga terkenal murah. Buku-buku dari luar India memang dicetak dan dijual tanpa pajak. Misalnya buku-buku terbitan Oxford atau Harvard, bisa dijangkau dengan harga murah. Dengan kurs setiap Rupee (Rs) hampir setara Rp 200, buku-buku dari penerbit bergengsi bisa dibeli dengan harga di bawah Rp 100 ribu.

"Karena India punya hak cetak sendri dari publisher. Tapi tidak untuk dijual di negara lain. Kalau di Indonesia bukunya bisa di atas Rp 500 ribu," ucapnya.

Bagaimana dengan kualitas kampus di India yang murah itu" Minister Counselor KBRI di India yang membidangi Penerangan, Sosial dan Budaya, Hendra Henny Andries mengungkapkan, kualitas perguruan tinggi di India tak bisa disepelekan. "Yang pas-pasan di sini, bisa dikatakan masih lebih baik dari yang pas-pasan di Indonesia," katanya.

Karenanya Duta Besar Indonesia untuk India, Andi M Ghalib, dalam acara jamuan makan malam saat kunjungan Ketua DPR RI Marzuki Alie ke India, beberapa waktu lalu menyatakan, sudah saatnya India dijadikan negara tujuan bagi pelajar dan mahasiswa Indonesia yang hendak menuntut ilmu. Menurutnya, hampir perusahaan-perusahaan terkemuka dunia -termasuk dalam bidang informasi teknologi (IT)- mempekerjakan warga India untuk posisi-posisi penting.

"India itu bangsa cerdas. Mereka menghargai betul pentingnya pendidikan," kata Ghalib.

Ketua DPR RI Marzuki Alie, tak menampik mahalnya pendidikan di Indonesia jika dibanding dengan India. Bahkan untuk meraih gelar doktor, kata Marzuki, butuh banyak waktu dan biaya.

"Kalau di negeri kita, mau jadi doktor itu butuh waktu dan biaya banyak, tapi untuk ketemu pembimbing saja susahnya minta ampun," ucap Marzuki.(ara/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook