SOFFIA SEFFEN, PENERIMA KALPATARU 2013 DARI PEKANBARU, RIAU

Inspirator Berdirinya Bank Sampah di Kota Besar Sumatera

Feature | Selasa, 11 Juni 2013 - 10:19 WIB

 Inspirator Berdirinya Bank Sampah di Kota Besar Sumatera
KALPATARU: Soffia Seffen penggagas Bank Sampah asal Pekanbaru menerima Piala Kalpataru dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Senin (10/6/2013). foto: istimewa

Laporan Eka G Putra, Pekanbaru eka-gputra@riaupos.co

Sampah, benda yang selalu ingin dijauhkan orang dengan cara dibuang. Namun tidak demikian dengan Soffia Seffen SH (39).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Sejak 2007 silam, dia mengelola sampah lalu mendirikan Bank Sampah hingga dinobatkan sebagai pengabdi lingkungan dengan menerima Kalpataru 2013.

Enam tahun bergelut dalam urusan sampah, Soffia tidak pernah menyangka akan diundang Kementerian Lingkungan Hidup untuk datang ke Istana Negara dan menerima penghargaan Kalpataru 2013 dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Senin (10/6).

Soffia menerima penghargaan bersama 18 orang lainnya yang juga menerima penghargaan serupa dengan concern berbeda terhadap lingkungan.

Penghargaan yang diperolehnya ini bermula September 2007, saat tamatan Fakultas Hukum Universitas Islam Riau (UIR) ini memulai kepeduliannya terhadap lingkungan dengan cara yang sangat sederhana.

Mengumpulkan sampah dan terus konsisten untuk mengajak tetangga dan masyarakat di sekitar rumahnya untuk mengelola sampah menjadi apapun yang bisa diolah.

‘’Lalu saya fokus ke sampah anorganik, karena merupakan sampah yang sangat berbahaya bagi kelestarian dan keberlangsung bumi dan makhluk hidup di dalamnya,’’ kata Soffia saat berbincang dengan Riau Pos usai menerima penghargaan dari Presiden melalui telepon selulernya, kemarin.

Soffia masih berada di Jakarta dan baru tiba di Pekanbaru dua hari lagi. Karena terus fokus dengan apa yang telah dimulainya, ibu dari tiga anak ini pun terus memanfaatkan kemampuannya sebagai salah seorang pegawai Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) Sumatera Kementerian LH di Pekanbaru.

Dengan modal sendiri dan kegigihan, Soffia mengajak ibu rumah tangga untuk mengolah sampah menjadi barang ekonomis sebagai kerajinan tangan yang dapat menghasilkan keuntungan.

Sampah anorganik meliputi logam besi, kaleng, plastik, karet, botol dan benda yang tidak hancur lainnya jika ditimbun atau dibakar.

Karena jika ditimbun, maka akan merusak tanah, demikian pula jika dibakar akan membuat tanah menjadi tidak bagus dan berdampak pada pemanasan global yang jika dibiarkan terus-menerus hanya akan merusak lingkungan.

Menyadari tidak semua orang mau mengumpulkan bekas-bekas plastik atau sisa botol minuman, Soffia berinisiatif untuk memulai dengan menyediakan tempat sampah di sekolah-sekolah.

Digagaslah Bank Sampah. Para siswa dan guru dapat mengumpulkan sampah anorganik sebagai tabungan.

Lalu setiap kenaikan kelas akan dibuka dan mendapatkan penghasilan berupa uang. ‘’Saya bayar, untuk kemudian dijadikan kerajinan. Semua modal sendiri, karena didukung suami dan orangtua serta keluarga, maka saya terus bertahan untuk mengelola Bank Sampah ini sampai sekarang,’’ paparnya.

Alhasil, saat ini dia sudah melibatkan sekitar 50-an ibu rumah tangga untuk mengubah sampah-sampah menjadi barang yang layak jual sebagai kerajinan tangan.

Pekanbaru sendiri sudah hampir seratus sekolah yang memiliki Bank Sampah. Serta beberapa daerah di Kabupaten/kota di Riau.

Soffia mengaku ada kepuasan yang didapatnya dengan mengajak masyarakat terutama ibu rumah tangga untuk mengubah pola pikir bahwa sampah anorganik akan lebih baik jika dikelola menjadi barang ekonomis daripada dibuang, dibakar, maupun ditimbun.

Dengan mengubah pola pikir dan tingkah laku atau budaya terhadap sampah, serta melibatkan sekolah dimana para siswa, generasi mendatang akan lebih peduli dengan kondisi lingkungan.

Karena kalau tidak diawali dari diri sendiri, maka hanya akan merugikan bagi sekitar di kemudian harinya.

‘’Kepuasan. Itu yang saya dapatkan. Apabila masyarakat mau terlibat untuk mengelola sampah, misalnya orang ingin kerja dapat untung berapa, saya juga punya penilaian seperti itu. Tapi apabila ada orang yang bertambah untuk ingin mempelajari, itu adalah kebanggaan saya sendiri, dan kebanggaan saya juga karena kegiatan ini bisa berjalan dengan lancar,’’ ucapnya.

‘’Capek, rugi dan lainnya tidak kita pikirkan lagi, karena mengubah pola pikir masyarakat sehingga mereka dapat mencontoh, itu yang menjadi tujuan,’’ papar perempuan berjilbab tersebut.

Lewat pengorbanannya, dengan mengeluarkan biaya sendiri menyiapkan Bank Sampah dan masuk ke sekolah untuk melibatkan langsung siswa dan guru, dirinya juga sudah melakukan MoU dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru sehingga pada 2013 ini seluruh sekolah negeri di Pekanbaru untuk seluruh jenjang sudah memiliki Bank Sampah.

Karena rutinitasnya di PPE wilayah Sumatera, Soffia memanfaatkan momentum bepergian ke seluruh provinsi di Sumatera sebagai pengisi seminar dan menginspirasi orang mendirikan dan mengembangkan Bank Sampah.

Alhasil, selama enam tahun bergerilya, seluruh kota besar di Sumatera sudah memiliki Bank Sampah.

Dengan bangga Soffia menceritakan wilayah yang sudah memiliki Bank Sampah hingga kini, seperti Kabupaten Mentawai, Solok, Payakumbuh, Bukittinggi dan Sawahlunto di Sumatera Barat. Kemudian di Sumatera Utara, Bank Sampah sudah ada di Sibolga, Binjai, Sidikalang dan Medan.

Di Provinsi Sumatera Selatan sudah ada di Palembang, Martapura, Lubuk Linggau. Kemudian ada juga di Kota Bengkulu dan Bandar Lampung.

‘’Karena sudah semakin meluas, sudah komitmen dengan pengelolaan sampah demi lingkungan, suami pun tidak ingin membiarkan saya sendiri. Maka ia (Suratin, red) juga berhenti kerja dan ikut mengelola sampah bersama,’’ ceritanya.

Merelakan pekerjaan sebagai salah seorang pegawai swasta di Pekanbaru, orangtua dari Sherin (14), Shafira (11) dan M Fatir Satria (2,5) ini pun terus mengajak seluruh masyarakat untuk menyadari dan memahami betapa berbahayanya sampah anorganik.

Ia pun mendampingi sang istri dan Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT saat menerima penghargaan langsung dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara pukul 10.00 WIB kemarin.

‘’Mudah-mudahan pola pikir masyarakat dan pemerintah di Riau bisa termotivasi dari hal yang sangat sederhana. Sampah, ya, sampah,’’ ujarnya.(hpz)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook