PARA PENGGEMAR BAHASA ASING DI KOMUNITAS POLYGLOT INDONESIA

Tia Kuasai Enam Bahasa, Ken Baru Sembilan

Feature | Senin, 10 Juni 2013 - 09:20 WIB

JAKARTA (RP) - Ada orang-orang tertentu yang punya kemampuan berbahasa asing lebih dari satu. Bahkan, tak jarang yang menguasai lebih dari lima bahasa asing.

Mereka disebut polyglot. Sebagian di antara mereka kemudian bergabung di Komunitas Polyglot Indonesia. Apa saja aktivitas mereka.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Suasana Kafe The Coffee Institute di Jalan Gunawarman, Kebayoran Baru, Sabtu (8/6) cukup riuh. Hampir seluruh meja terisi penuh.

Para pengunjung kafe tersebut sibuk berdiskusi. Yang menarik, diskusi itu tidak dilakukan dalam bahasa Indonesia. Melainkan, setiap kelompok diskusi berkomunikasi dengan bahasa asing.

Ada yang asik dalam bahasa Italia, sebelahnya berbicara dalam bahasa Prancis, sedangkan paling pojok dengan bahasa Spanyol.  

Begitulah suasana kelas bahasa informal yang digagas Komunitas Polyglot Indonesia (KPI) Jakarta. Diskusi bertema environment preservation itu diakhiri dengan presentasi setiap kelompok sesuai dengan bahasa yang digunakan.

Selain Spanyol, Prancis, dan Italia, juga ada Mandarin, Korea, Jepang, Jerman, serta tentu saja Inggris.

‘’Setiap kelompok mempresentasikan kepedulian mereka terhadap lingkungan dengan bahasa yang sesuai dengan meja masing-masing,’’ jelas Koordinator Bahasa Jerman Mira Fitria Viennita.

Beberapa peserta leluasa berpindah meja karena menguasai lebih dari satu bahasa asing. Mereka termasuk polyglot (menguasai lebih dari satu bahasa asing).

Mira yang pernah tinggal di Kota Wina, Austria, menguasai setidaknya tiga bahasa asing. Yakni, Inggris, Jerman, dan Prancis. Perempuan 27 tahun itu mengatakan, KPI tidak menutup diri bagi para penggemar bahasa asing atau orang asing yang ingin belajar bahasa Indonesia. Namun, dia tidak menyarankan mereka yang sekadar ingin belajar bahasa asing dari nol.

‘’Yang mengikuti diskusi ini memang yang sudah punya basic bahasa asing yang kuat. Takutnya kalau sama sekali nggak bisa, nanti malah nggak bisa mengikuti diskusi. Kalau sudah begitu, diskusi jadi nggak jalan,’’ urai dara cantik berkacamata tersebut.  

Alumnus London School of Public Relation itu melanjutkan, pada umumnya anggota komunitas polyglot adalah orang-orang yang sudah menguasai beberapa bahasa asing dan tidak ingin kemampuannya tersebut hilang karena jarang digunakan.  

‘’Misalnya, ada yang pernah tinggal lama di Spanyol, terus balik ke Indonesia. Otomatis bahasa Spanyol sudah jarang dipakai. Kalau dibiarkan lama-lama bisa hilang. Nah, di sini dia bisa me-refresh kemampuan berbahasa asing itu lagi dengan orang-orang yang mempunyai kemampuan bahasa yang sama,’’ lanjutnya.

Misalnya, yang dialami Tia Saputri. Lajang 25 tahun itu fasih berbahasa Spanyol, Catalan, Prancis, Italia, dan Inggris. Tia pernah menetap di Italia berkat beasiswa intercultural saat masih duduk di bangku SMA. Ketika mengikuti program tersebut, perempuan berambut panjang itu sempat tinggal di Barcelona, Spanyol.

Kesempatan tinggal di dua negara tidak disia-siakan Tia untuk mempelajari bahasanya. Saat kembali ke tanah air, Tia menguasai tiga bahasa, yakni Spanyol, Italia, dan Catalan.

‘’Catalan itu semacam bahasa daerah di Spanyol. Di Barcelona banyak yang ngobrol pakai bahasa itu. Jadi, aku juga belajar,’’ ujar Tia yang mengikuti diskusi di dua meja sekaligus, Spanyol dan Italia. 

Sayang, lantaran jarang digunakan, kemampuan bahasa asingnya kian menipis. Bahkan, beberapa kosakata sudah lupa. Karena itu, untuk menyegarkan kembali ingatannya, Tia berusaha memanfaatkan kemampuan bahasanya sesering mungkin.

Salah satu caranya, mengajarkan bahasa Spanyol kepada kawan-kawannya di tempat kerja.

Tidak hanya orang Indonesia saja yang bergabung di KPI. Tampak beberapa warga asing yang menetap di sini juga tertarik masuk komunitas ini.

Salah satunya Kenneth Toloui. Warga Amerika Serikat keturunan Iran tersebut menguasai sembilan bahasa asing di luar bahasa Inggris. Ken mampu berbahasa Jerman, Arab, Parsi (Persia), Thailand, Laos, Indonesia, Melayu, Sunda, dan Jawa.

Pria 39 tahun itu di Indonesia memang berprofesi sebagai tutor bahasa asing. Dia mengajar bahasa Inggris, Jerman, Arab, dan Parsi. Dia sudah tinggal di Indonesia selama enam tahun.

Selama itu pula, ayah satu anak itu selalu berusaha menguasai bahasa daerah di Indonesia sebanyak-banyaknya. Di antara bahasa daerah itu, Ken paling fasih berbahasa Jawa dan Sunda. Dia juga paham bahasa Batak dan Padang.

KPI memang cukup popular di dunia maya. Mereka memiliki akun twitter, facebook serta sebuah laman fanpage. Dari situ, komunitas tersebut berkembang pesat.

Hingga saat ini, setidaknya sudah 5.600 orang bergabung di KPI. Komunitas tersebut sudah ada di enam kota di Indonesia. Yakni, Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogjakarta, Semarang, dan Banda Aceh.

Pada akhir 2011, Arradi Nur Rizal (28), pemuda Indonesia yang berdomisili di Stockholm, Swedia, ternyata memiliki ide serupa. Rizal sendiri seorang polyglot. Dia menguasai setidaknya empat bahasa asing.

Yakni Inggris, Spanyol, Jerman, dan Swedia. Dia juga sempat mempelajari bahasa Italia dan Jepang.

Akhirnya, sekitar akhir 2011, Rizal membikin akun twitter dan facebook Komunitas Polyglot Indonesia. Dia juga membuat laman fanpage untuk komunitas tersebut.

Pria asal Semarang itu mengakui, dirinya tidak bisa selalu memantau seluruh kegiatan komunitas, karena tidak tinggal di Indonesia. Rizal percaya penuh pada Krisna, yang juga salah satu founder komunitas.

Krisna menguasai 13 bahasa asing dan kini menjadi Sekretaris III Biro Kepegawaian Kemenlu itu memang kerap mendapat order untuk menjadi penerjemah.

Yang terbaru, dia mengikuti kunjungan Wapres Boediono ke Korea. Dia menjadi translator resmi bahasa Korea untuk Wapres kala itu.

Krisna pun punya tips untuk belajar bahasa asing. Menurut dia, belajar bahasa asing dengan buku tidak efektif. Sebab, dalam bahasa percakapan, kosakata yang digunakan tidak lebih dari 200 kata.

‘’Yang penting itu dipaksa ngomong. Ya, daily conversation dan pede,’’ tandas dia. (ari)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook