KIPRAH DANY ARNANDA DI KOMUNITAS PECINTA SEPAKBOLA

Dari Pekanbaru Pimpin Lazio Indonesia

Feature | Minggu, 10 Juni 2012 - 07:19 WIB

Dari Pekanbaru Pimpin Lazio Indonesia
Dany Arnanda (Foto: istimewa)

Tak banyak yang tahu kalau ada anak Riau yang kini memimpin salah satu komunitas suporter klub sepakbola dunia di Indonesia. Ya, Dany Arnanda, alumni SMA 2 Pekanbaru, kini dipercaya menjadi Presiden Lazio Indonesia periode 2012-2014. Bagaimana kisahnya?

Laporan HARY B KORI’UN, Pekanbaru

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Komunitas pecinta klub-klub sepakbola dunia di Indonesia, kini berkembang amat pesat. Saat Inter Milan datang ke Indonesia beberapa Mei 2012 lalu, dalam dua pertandingan melawan Liga Selection dan Timnas Indonesia, Stadion Utama Bung Karno yang biasanya memerah, berubah menjadi biru-hitam, khas kostum Inter Milan. Apakah Inter membawa puluhan ribu suporternya dari Milano? Tidak. Mereka adalah Internisti –sebutan pendukung tim sekota dengan AC Milan itu— yang ada di Indonesia. Bahkan ide untuk mendatangkan Inter ke Indonesia juga datang dari Internisti Indonesia yang dikomandani Entong Nursanto, seorang pengusaha yang bergerak di bidang media.

Salah satu fans club yang kini sedang berusaha mencari jatidiri dan berkembang adalah Lazio Indonesia, komunitas pendukung dan pecinta salah satu klub elit Italia lainnya, SS Lazio. Lazio Indonesia didirikan pada 4 Juni 1999 di Jakarta, dan kini sudah memiliki anggota lebih dari 5.000 Laziale (nama pendukung Lazio) dan 2.000 di antaranya pemegang kartu resmi Lazio Indonesia. Beberapa nama pendirinya adalah Rommy, Maurid dan Felix, yang mengusung sebuah fans club. Waktu itu, para pendiri Lazio Indonesia masih sebatas mencari kesenangan, dan ketika berubah menjadi fans club, baru dibuat arah dan mau ke mana Lazio Indonesia. “Seiring waktu kami mulai memediasi melalui internet, baik milis, website, Facebook dan lainnya. Pelan tapi pasti, kami para penggemar Lazio bisa berkomunikasi dan kemudian membuat koordinator wilayah di daerah. Hingga kini ada 38 regional di hampir semua provinsi di Indonesia,” jelas Dany Arnanda, Presiden Lazio Indonesia 2012-2014, yang baru terpilih dalam Gathering Nasional Lazio Indonesia di Bali, 19 Mei lalu.

Banyak yang tak tahu kalau Dany anak asli Riau. Lahir di Pekanbaru 13 Oktober 1988, Dany menyelesaikan pendidikan dari SD hingga SMA di Pekanbaru. Setelah lulus dari SMA 2, anak kedua pasangan Sumardi dan Elly Zarni ini memilih melanjutkan studi di Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung. Di sana ia berkenalan dengan komunitas para pencinta Lazio, hingga setahun kemudian dia terpilih jadi Ketua Laziale Bandung. Saat memimpin Laziale Bandung, Dany bekerja keras agar komunitas ini dikenal secara luas oleh masyarakat. Berbagai kegiatan diikuti dan digagasnya. Misalnya ikut kejuaraan futsal bertitel Trofeo Lazio Indonesia yang melibatkan seluruh Korwil Lazio Indonesia, menggelar turnamen sepakbola/futsal antar fans club (fans club tim lain), kegiatan sosial, termasuk ikut Gathering Nasional Lazio Indonesia yang diadakan di berbagai kota di Indonesia tiap tahun.

“Kami bekerja keras agar Lazio Indonesia dikenal luas seperti fans club lainnya.  Beberapa acara televisi kami ikuti seperti “Opera Van Java”, “Super Deal 2 Miliar”, “Bukan Empat Mata”, atau datang ke Stadion Utama Bung Karno saat Indonesia melawan Uruguay karena di tim itu ada pemain Lazio, yakni Fernado Mulsera dan  Alvaro Gonzalez,” jelasnya. Berbagai kegiatan yang digagas Dany dan teman-temannya di Bandung, ternyata efeknya amat besar. Beberapa daerah banyak mengadopsi ide-idenya dan dikembangkan di daerah masing-masing. Nama Dany dan Laziale Bandung kemudian dikenal luas di kalangan Komunitas Lazio Indonesia. Menjelang Gathering Nasional di Bali, Dany terpilih menjadi ketua panitia pelaksana. Tak menyangka, dalam pemilihan Presiden Lazio Indonesia 2012-2014, Dany terpilih dalam pemungutan suara yang dihadiri 26 region dari seluruh Indonesia.

Secara struktural Lazio Indonesia tak langsung berada di bawah organisasi suporter Lazio yang di Roma, tapi tetap menjalin hubungan dengan baik dengan Lazio Family, kelompok suporter Lazio di Italia. Beberapa anggota Lazio Indonesia secara personal juga jadi anggota Lazio Family. Meski belum menjadi ofisial resmi Lazio, klub Lazio Indonesia beberapa kali dapat kesempatan berhubungan langsung dengan pihak Lazio, temasuk misalnya diikutkan dalam sebuah acara talk show di Radio Style, radio resmi milik Lazio.

Tentang Derby Della Capitale yang melibatkan Lazio dengan AS Roma —klub sekotanya— yang selalu berjalan panas, Dany menilai sebagai pertarungan harga diri. Sebagai pendukung fanatik Lazio, dia selalu berharap Lazio yang memenangkan pertandingan itu karena Lazio adalah  klub asal kota Roma yang lebih dulu lahir sebelum AS Roma.  Namun dia tak setuju kalau kedua kelompok suporter harus bentrok dan menimbulkan korban jiwa seperti yang sering terjadi. “Kami selalu menunggu pertandingan ini karena rivalitasnya lebih prestisius, tak peduli posisi Lazio di atas atau di bawah Roma, asal menang lawan Roma rasanya sangat puas,” kata penyuka film The Shawshank Redemption itu. Dany berharap, musim depan Lazio melakukan pembenahan skuad dengan mencari pemain-pemain yang dianggap bisa bersaing untuk meraih gelar juara. Keikutsertaan Lazio di Liga Europa musim depan juga membuat Lazio harus membenahi skuadnya. “Musim kemarin sebenarnya sudah lumayan bagus. Kedatangan Miroslave Klose sangat membantu. Sayangnya, banyak pemain yang cedera yang membuat Lazio finis di posisi keempat dan gagal tampil di Liga Champions,” ungkap pengagum Presiden Iran Mahmoud Ahmedinejad ini.

Menurut Dany, komunitas pecinta sepakbola seperti yang dipimpinnya ini memang dianggap hanya komunitas untuk senang-senang dan tak memberi kontribusi bagi sepakbola Indonesia secara kentara. Bahkan mereka dianggap tak memiliki rasa nasionalisme ketika, misalnya, klub yang didukungnya itu melawan klub Indonesia atau Timnas Indonesia, seperti kasus Inter Milan dimana justru orang Indonesia mendukung Inter. “Tak sepenuhnya seperti itu. Kami berusaha belajar bagaimana memenej suporter dengan baik, melakukan kegiatan kemasyarakatan yang positif, ikut memasyarakatkan sepakbola di Indonesia, dan lainnya. Kalau dukung Timnas Indonesia, itu pasti,” ujarnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook