SEMPAT CARI BAYI DIBUANG

Cerita Para Orang Tua Bayi Tabung Menanti sang Buah Hati

Feature | Selasa, 10 Maret 2020 - 02:57 WIB

Cerita Para Orang Tua Bayi Tabung Menanti sang Buah Hati
Endra (dua dari kanan) dan Fitri (tengah) mendampingi putra dan putri mereka. (ADI WIJAYA/JAWA POS)

Para ayah dan ibu ini benar-benar tegar menanti kelahiran buah hati pertama setelah menikah. Sayang, ada suatu kondisi yang mengharuskan mereka menunggu lebih lama hingga memutuskan ikut program bayi tabung. Kemarin (8/3) mereka berkumpul untuk berbagi cerita dan memberikan motivasi.

ARIF ADI WIJAYA, Surabaya


MEMORI Nova Dwiyanti melayang ke delapan tahun silam. Dia masih ingat betul air matanya meleleh saat memeluk tubuh mungil Atiqah Nekyafaza Setyo Bekti yang baru saja dilahirkan. Tangis haru itu tidak hanya sebatas ungkapan gembira lantaran buah hati pertamanya lahir. Nova menangis bahagia karena telah menanti sang buah hati selama 14 tahun.

Selama itu pula Nova telah melakukan berbagai upaya agar bisa memberikan buah hati untuk Dwi Kusumo Setyo Bekti yang menikahinya pada 1997.

Penantian selama belasan tahun itu tentu bukan hal mudah. "Berat sekali, sangat berat," ungkapnya saat ditemui dalam acara gathering Anak-Anak Bayi Tabung di Hotel Gran Dafam, kemarin (8/3).

Nova mengungkapkan, sejatinya dirinya pernah hamil setelah tiga bulan menikah. Namun, kehamilan pertamanya itu tidak berhasil karena mengalami keguguran. Kondisi tersebut terulang di tahun berikutnya. Setiap hamil pasti keguguran.

Pada 2001, Nova berkisah memang sempat mengalami masalah yang cukup serius. Saat itu dokter memvonisnya hamil di luar kandungan. "Jadi, perkembangan janin terjadi di saluran rahim, bukan pada tempatnya," ucapnya.

Kondisi tersebut membuatnya harus menjalani operasi. Saluran rahimnya yang kiri diangkat. Tinggal satu yang kanan. Dokter mengatakan masih ada peluang untuk bisa hamil meski hanya memiliki satu saluran rahim.

Nova terus menjalani program kehamilan. Namun, upayanya belum membuahkan hasil. Hingga akhirnya dia berusaha mengikuti program bayi tabung pada 2009. "Itu yang pertama, tapi gagal," ungkapnya.

Berbagai omongan pun datang. Bukan hanya dari para tetangga. Beberapa saudara maupun teman dekat pun kerap menanyakan tentang anak. Ada yang bernada simpati. Ada pula yang bikin sakit hati. "Ada yang mencibir juga, tapi harus kuat," ungkapnya.

Hal itu membuatnya sempat drop. Namun, sang suami terus memberikan motivasi. Nova lantas kembali mencoba program bayi tabung pada 2011. Nah, program yang dijalani untuk kali kedua itu berhasil. Nova dinyatakan hamil. "Itu dulu bayinya Atiqah," ucapnya sambil memeluk dan mencium kepala putri pertamanya tersebut.

Sejak saat itu Nova mulai lebih percaya diri. Setelah lima tahun dikaruniai anak pertama, dia ingin mencoba lagi program bayi tabung untuk kali kedua. Pada 2016, perempuan 47 tahun itu kembali mengikuti program bayi tabung. Sayangnya, saat itu janinnya dinyatakan gagal. Tiga bulan kemudian, dia mencoba lagi dan berhasil. Pada 2017, anak keduanya M Azka Faza Setyo Bekti lahir.

Kondisi Nova juga dialami Kiki Nurmandari. Istri Dio Delyanta tersebut juga mengalami masalah pada rahimnya. Bahkan, kedua saluran rahimnya harus diangkat sehingga tidak ada pilihan lain selain menjalani program bayi tabung.

Dio yang menikah dengan Kiki pada 2017 tidak sabar menanti kedatangan sang buah hati. Namun, pada 2018 hasil pemeriksaan dari rumah sakit yang menyatakan adanya masalah medis pada rahim Kiki membuat pasangan muda itu sempat down. "Saat itu sempat bingung, istri langsung stres berat setelah tahu kondisinya," paparnya.

Dio menyatakan sempat berkeliling ke rumah sakit hingga panti asuhan untuk mencari bayi yang bisa diadopsi. Bukan hanya di Surabaya, melainkan sampai ke Malang. Bahkan, hampir setiap pagi pria 26 tahun itu membolak-balik halaman koran untuk mencari berita pembuangan bayi.

Pada September 2018, Dio memutuskan ikut program bayi tabung. Dia mengatakan, upaya tersebut merupakan tindakan nekat karena memang tidak memiliki biaya. Pria yang bekerja di salah satu perusahaan persewaan alat berat itu mengungkapkan sampai menggadaikan sertifikat rumahnya di Probolinggo. "Demi bisa memiliki anak, Mas. Nekat pokoke," ucapnya.

Untungnya, program pertama yang dijalani berhasil. Kiki dinyatakan positif hamil. Janin yang sudah diproses di dalam tabung ditanamkan ke rahimnya. Setelah sembilan bulan mengandung, Kiki bisa melihat wajah buah hati pertamanya pada Mei 2019. Evano Alfitra Delyanta lahir di RS Hermina, Malang.

Penantian panjang untuk memiliki buah hati juga dirasakan pasangan Endra Septa Ismunandar-Fitri Indayani. Warga Sawojajar, Malang, itu harus menunggu delapan tahun untuk memiliki buah hati. Endra tidak menjelaskan kendala yang dialami.

Pria 38 tahun itu menyatakan sudah mencoba berbagai upaya agar istrinya bisa hamil. Mulai mencari pengobatan alternatif hingga bolak-balik konsultasi ke dokter kandungan. Namun, tidak ada hasil yang memuaskan. Padahal, saran dari ahli pengobatan alternatif maupun dokter sudah dijalani.

Endra yang bekerja di perusahaan jasa konstruksi itu mengaku sudah dua kali menjalani program bayi tabung. Yang pertama dijalani pada 2012. Fitri memiliki ekspektasi yang sangat tinggi. Namun, hal itu tidak berbanding lurus dengan hasilnya. Program pertamanya tersebut gagal dan membuat Fitri drop sampai sakit-sakitan.

Untungnya, ada seorang teman yang juga menjalani program bayi tabung yang memberikan motivasi. Keluarga, baik dari pihak Endra maupun Fitri, juga memberikan dukungan agar tetap semangat. Nah, pada 2014 Fitri kembali mengikuti program bayi tabung untuk kali kedua.

Karena tidak ingin gagal lagi, perempuan 37 tahun tersebut benar-benar berhati-hati dan menjaga diri. Baik pola makan, istirahat, maupun aktivitas. "Saat itu belum tahu berhasil atau tidak, tapi kami sudah membayangkan bahwa di dalam perut (Fitri, Red) sudah ada anaknya," kata Endra.

Sebagai suami, Endra pun memberikan perhatian lebih. Sebagian pekerjaan rumah dikerjakan. Hingga akhirnya waktu pengumuman hasil program bayi tabung tiba. "Itu sudah deg-degan seperti menunggu apa gitu," ungkapnya.

Hasil pengumuman benar-benar seperti yang diharapkan. Program bayi tabung pasangan asal Malang itu berhasil. Hebatnya, dari tiga janin yang ditanam, dua di antaranya berhasil. Fitri pun mengandung anak kembar.

Tidak sampai sembilan bulan, buah hatinya lahir prematur di RSIA Puri, Malang. Fitri tidak henti-hentinya menitikkan air mata. Tangis haru dan rasa bahagia yang tertahan selama delapan tahun pecah. "Wes gak karu-karuan. Sueneng banget saat itu," paparnya.

Dari program tersebut, lahirnya Keano Adelio Navendra dan Keisha Adelia Navendra. Keduanya berusia 5 tahun. Rasa bahagia juga dirasakan Soetomo dan Susiani, orang tua Fitri. Sebab, dua anak kembar itu merupakan cucu pertama mereka. Soetomo dan Susiani dipanggil mbah kung dan mbah uti.

Dalam acara gathering tersebut, ada tamu istimewa yang hadir di tengah-tengah para orang tua peserta program bayi tabung. Tamu itu adalah Ainur Rokhimah alias Inul Daratista, penyanyi dangdut yang juga mengikuti program bayi tabung. "Saya dulu 13 tahun baru dapat (anak, Red)," kata Inul saat memberikan motivasi.

Istri Adam Suseno itu menilai anak hasil program bayi tabung adalah anak istimewa. Mereka berbeda dengan anak-anak pada umumnya. "Ada proses panjang yang dijalani. Ada perjuangan panjang yang harus dilalui. Tidak seperti anak-anak yang lain, bikin lalu jadi gitu," ungkapnya.

Karena itu, dia meminta para orang tua bayi tabung tetap semangat dan selalu memberikan yang terbaik kepada sang buah hati. Mereka adalah aset yang harus dijaga. "Orang tua harus mengambil peran dalam mewujudkan mimpi mereka," jelasnya.

Sumber: Jawa Pos
Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook