Drama pencarian Aidil Akbar Walsya, salah seorang anggota
Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Andalas (Mapala Unand) yang
hanyut terseret arus Sungai Padangjaniah, Patamuan, Batubusuk,
Kecamatan Pauh, Padang pada Sabtu (28/9) lalu, berakhir pilu.
Laporan RPG, Padang
Jasad mahasiswa Fakultas Ekonomi Unand itu ditemukan dalam
kondisi tertimbun pasir di pinggir banjir kanal tak jauh dari jembatan
Siteba, Kelurahan Suraugadang, Kecamatan Nanggalo, kemarin (7/10).
Jasad sekretaris Mapala Unand ini pertama kali ditemukan seorang pemancing yang kebetulan melintas di lokasi itu.
Pemancing diketahui bernama Sugiono, 41 itu, curiga setelah
melihat tumpukan pasir yang mengeluarkan bau menyengat. “Jasad itu
tertimbun pasir dalam posisi tertelungkup dengan bagian kepala
mengarah ke hulu. Hanya tampak punggungnya, sedangkan tangan, kaki,
serta mukanya tertimbun pasir,” ujar Sugiono.
Lekas-lekas Sugiono melaporkan penemuan itu kepada polisi yang
berjaga di salah satu bank tak jauh dari lokasi itu. Selanjutnya,
laporan itu diteruskan ke Mapolsek Nanggalo. Tak lama berselang,
beberapa anggota gabungan SAR dan BPBD sampai di lokasi.
Pantauan Padang Ekspres (Riau Pos Group) di lokasi penemuan Aidil, sebelum
gabungan tim SAR dan BPBD tiba, puluhan warga sudah mendatangi lokasi.
Bahkan beberapa warga mengabadikan jasadnya dengan ponsel.
Awalnya, tak ada warga berupaya secepatnya mengevakuasi korban.
Umumnya hanya menutupi hidung dan menyaksikan begitu saja. Satu
peleton tim SAR datang sekitar setengah jam kemudian, dan mereka baru
melihat-lihat sembari menyediakan kantong mayat berwarna hitam.
Nah, waktu itulah seorang warga bernama Syafrial, 46,
terusik rasa kemanusiaannya. Dengan tangan kosong, dia menggali
timbunan pasir itu. “Tak tahan saya melihatnya. Terbayang oleh saya
jika mayat itu adalah keluarga saya. Semua rasa ngeri, takut menjadi
lenyap!” kata Syafrial.
Tak lama, dua orang yang diketahui senior Aidil di kampus, turut
membantu Syafrial. Setelah menggali beberapa lama, barulah datang
seorang warga membawa cangkul. Sejurus kemudian, jasad Aidil berhasil
dipisahkan dari tumpukan pasir.
Syafrizal sangat menyayangkan kurangnya rasa kemanusiaan
masyarakat, tak terkecuali tim penyelamat yang tidak cepat menggali
jasad yang sudah sepuluh hari hanyut itu. “Mereka seakan tidak
menyadari kewajibannya, seharusnya mereka menjadi garda terdepan
melakukan proses evakuasi. Namun, mereka pula hanya melihat-lihat dan
tidak ikut bekerja,” sesalnya.
Mustafa, 46, warga Siteba mengungkapkan hal senada. “Mengapa tim
SAR yang seharusnya melakukan evakuasi hanya berdiri saja,” ungkap
Mustafa yang kala itu tengah mengabadikan proses evakuasi dengan
ponselnya. Namun saat ditanyakan mengapa
Mustafa tidak ikut serta pula dalam proses evakuasi, ia berkilah jika
ia tidak sanggup melihat mayat. “Saya tidak kuat melihat mayat, saya
jantungan,” ungkapnya.
Setelah berhasil dievakuasi, jasad Aidil langsung dibawa
menggunakan ambulan, diiringi teman, dan keluarga korban menuju RSUP M
Djamil Padang untuk otopsi. Di RSUP M Djamil Padang, puluhan kolega,
sahabat dan keluarga korban terlihat memadati luar ruang otopsi.
Usai diotopsi, jenazah dibawa menuju Sekretariat Mapala Unand, di
Kampus Unand Limaumanih. Setelah dilakukan prosesi pelepasan jenazah
secara simbolis bersama Civitas Akademika Unand dihadiri keluarga dan
kerabat serta rekannya, jasad Aidil dibawa menuju rumah duka di
Kelurahan Mandiagin, Kota Bukittinggi.
Sesuai SOP
Terkait proses evakuasi pertama hanya dilakukan warga dan senior
serta rekan korban, Kabid Kedaruratan dan Kesiapsiagaan BPBD Sumbar
Ade Edwar mengatakan, semuanya sudah bekerja sama secara maksimal,
termasuk masyarakat. “Setelah informasi diterima, gabungan tim
langsung menuju lokasi. Dan SOP evakuasi telah di lakukan,” ujarnya
sore kemarin.
Dalam proses evakuasi, kata Ade, tidak semua anggota mampu
melakukannya, karena butuh keahlian dan kemampuan di bidang itu.
“Tidak semua juga siap. Jika memang masyarakat mampu, maka silakan.
Masyarakat kan juga berperan, dan mungkin dalam penemuan Aidil mereka
lebih terampil,” tutur Ade. Terpenting, tambahnya, kerja sama semua
pihak. Seiring sudah ditemukannya jasad Aidil, berarti keenam anggota
Mapala Unand terseret arus di Sungai Padangjaniah, pada Sabtu (28/9)
lalu, sudah ditemukan. Keenamnya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.
Kepala BPBD Damkar Budi Erwanto juga menegaskan bahwa semua anggota
gabungan, termasuk masyarakat satu tim kesatuan. ”Anggota yang telah
hadir di lokasi pun telah bisa dikatakan bekerja. Jadi dalam
konteks penemuan kemarin, yang menggali terlihat hanya tiga orang di
luar anggota penyelamat, itu merupakan masyarakat yang benar-benar
ingin melakukan penggalian sembari menunggu datangnya tim gabungan,”
ungkapnya.
Dimakamkan di Bukittinggi
Jenazah putra sulung Wismar itu tiba di rumah orangtuanya, di gang
Swadaya Mandiangin, Bukittinggi, sekitar pukul 18.00. Setelah beberapa
menit jenazah disemayamkan di rumah duka, langsung dibawa ke Masjid
Syukra Mandiangin untuk dishalat dan dimakamkan. Ribuan pelayat
terlihat mengantarkan jenazah ke Pandam Pakuburan Budi Mulya di
Suraugadang Mandiangin Bukittinggi, sekitar pukul 18.30.
Sebelum kedatangan jenazah, rumah duka sudah dipadati pelayat. Ibunda korban terlihat tegar menunggu kedatangan anak pertama dari tiga bersaudara itu. Begitu pula dengan keluarga dan kerabat lainnya, juga tampak lebih tegar menghadapi musibah. Tak ada komentar pihak keluarga kepada awak media, karena larut dalam suasana duka mendalam. (cr2/y/rpg)