Helat Akbar Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) ke-13, 28 September-4 Oktober 2012 di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi momen bersejarah bagi bangsa Indonesia, khususnya Melayu Serumpun. Pertemuan itu, bukan hanya sebagai ajang merajut budaya bernafaskan Islam, melainkan untuk memperkuat fondamen ekonomi Melayu, sehingga Melayu yang kuat tidak lagi dijajah oleh bangsa lain, melalui tatanan ekonomi global.
Laporan ABU KASIM, Palembang
CUACA di Bumi Sriwijaya siang itu, (Selasa, 2/9) terasa panas dan diselimuti asap. Maklum sudah tiga bulan lamanya di Kota Palembang sebagai Ibukota Sumatera Selatan yang menjadikan pusat temu akbar Konvensyen DMDI ke-13 tidak turun hujan. Namun perwakilan duta Melayu Serumpun dari 33 negara dunia dan 24 provinsi se Indonesia berkumpul di Hotel Aryaduta. Pada pertemuan itu, tidak hanya membahas masalah kepemudaan, pendidikan, agama juga masalah isu politik sampai ekonomi global.
Pembukaan Konvensyen DMDI ke-13 oleh Ketua Menteri Melaka Datuk Ali Muhammad Rustam, juga dihadiri Gubernur Sumatera Selatan Alex Nurdin dan sejumlah pejabat serta undangan utusan dari peserta DMDI yang berlangsung meriah dan pada malam harinya dilangsungkan jamuan makan malam serta pembicaraan yang berkenaan dengan kerja sama antar Melayu Serumpun.
Dalam helat akbar itu, yang cukup menarik adalah tidak hanya membahas masalah ekonomi global dan tataran kemelayuan serta merajut kerja sama antar Melayu Serumpun. Namun dalam helat itu ada utusan pemuda dari Negara Melaysia dan Singapura serta perwakilan pemuda dari 24 provinsi di Indonesia berbaur selama sepekan, mengikuti perkampungan pemuda Dunia Melayu Dunia Islam ke-13 yang dipusatkan di Desa Pulau Harapan, Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin.
Desa Pulau Harapan, Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, jaraknya sekitar 34 kilometer dari Kota Palembang, Ibukota Sumsel. Para pemuda Melayu Serumpun yang sudah beradatangan pada Jumat (28/9) itu bukan diinapkan di sebuah hotel megah, namun mereka berbaur bersama masyarakat tempatan melalui keluarga angkat. Sehingga para pemuda Melayu Serumpun berbaur dengan masyarakat dan menggali potensi budaya dan adat istiadat setempat.
Acara pembukaan Perkampungan Pemuda DMDI ke-13 yang dipusatkan di lapangan Bolakaki Seringgit, Desa Pulau Harapan oleh Gubernur Sumatera Seletan diwakili Asisten IV Drs H Syamuel Khatib M dan juga dihadiri Bupati Banyuasin Ir Amirudin Inoend. Selain dihadiri 680 pemuda dari dua negara dan 24 provinsi se Indonesia, juga disaksikan oleh ratusan masyarakat setempat yang memadati lapangan tempat berlangsungnya acara pembuakaan tersebut.
‘’Selamat datang di Bumi Sriwijaya, kita Melayu Serumpun berkumpul di Desa Pulau Harapan untuk menjalin silaturrahim dan pertemuan ini dapat memberikan makna yang besar bagi pemuda, khususnya dalam menggali tradisi serumpun yang berlandaskan Islam,’’ ucap Asisten IV Drs H Syamuel Khatib M, saat menyampaikan sambutan pembukaan Perkampungan Pemuda DMDI ke-13.
Ia mengharapkan, perkampungan pemdua ini memberikan gambaran dan gagasan serta masukan bagi Sumatera Selatan dalam membangun Budaya Melayu. Apalagi daerah Batang Hari Sembilan, sebutan lain Provinsi Sumsel memiliki beragam suku dan budaya yang mampu mengangkat Melayu Serumpun menjadi kuat.
Di masa silam, bangsa Melayu memiliki pondamen yang kuat dan kokoh, bahkan dari berbagai belahan dunia Bangsa Melayu mampu bersatu dan menjalin kerja sama yang kuat dalam segala bidang. Baik ekonomi maupun persatuannya dan tentunya melalui helat Perkampungan Pemuda DMDI, tidak hanya berdampak pada sendi kehidupan masyarakat, namun dapat menambah wawasan bagi pemuda dalam meningkatkan persatuan.
‘’Kita tidak boleh lemah dan kita sebagai bangsa serumpun harus mampu berkerjasama dalam meningkatkan hubungan bilateral,’’ ucapnya.
Sementara itu, Koordinator Biro DMDI Malaysia, Encik Abu Bakar bin Matsugi yang mewakili Ketua Menteri Melaka juga menyampaikan rasa bangganya kepada para pemuda Melayu Serumpun. Apalagi DMDI yang dicetuskan oleh Menteri Melaka sejak 13 tahun lalu sudah mampu mengembangkan sayapnya untuk merajut kebersamaan.
‘’Ini kali yang kedua kita menggelar perkampungan pemuda di luar Negeri Melaka, yakni di Kota Batam dan sekarang di Palembang, Sumatera Selatan. Tentu helat akbar ini menjadi sebuah impian bagi Melayu Serumpun untuk terus menjalin kebersamaan, sehingga bangsa Melayu tidak dipandang sebelah mata oleh Dunia Barat,’’ ucap Abu Bakar.
Pada kesempatan itu, Ia juga menceritakan tentang peran Negeri Melaka dalam membangun kebersamaan melalui DMDI. Makanya DMDI memiliki peran penting dalam membina hubungan sesama Melayu Serumpun. Bahkan para pemuda mampu membangun kebersamaan yang lebih kuat, karena perkumpulan DMDI tidak hanya membicarakan masalah kepemudaan dan juga persoalan yang berhubungan dengan Dunia Melayu Dunia Islam.
‘’Kita patut bangga, karena kita mampu berkumpul sebagai orang Melayu, yang bisa mengangkat harkat dan martabat Melayu. Kalau kita kuat, tentu tidak ada yang berani melawan kita, tapi kalau kita lemah tentu orang akan sangat mudah menumbangkan kita,’’ ucapnya.
Penampilan Riau Memukau
Pembukaan perkampungan pemuda DMDI ke-13, tidak hanya diisi sambutan seremonial para pejabat setempat, namun diakhir acara dan ketika malam semakin larut, masyarakat setempat yang menyaksikan helat tersebut juga disuguhkan penampilan seni dan budaya, baik dari Indonesia maupun dari Malaysia.
Sebagai penampilan penutup acara, utusan Provinsi Riau yang memanpilkan zapin tradisional, sempat memukau para penontonnya. Melalui alunan musik serta rentak tari membuat penontonnya tidak beranjak dari tempat duduk. Apalagi para pemusik dan penarinya merupakan anak-anak muda dari Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau, sehingga menjadi kesan tersendiri dalam ajang tersebut.
Tidak hanya penampilan Zapin Tradisional yang dipimpin oleh Andi Lesmana, tapi Sanggar Tari Melayu itu sempat berkolaborasi dengan penyanyi dari perwakilan pemuda Negeri Melaka, Malaysia. Sehingga malam itu menjadi malam spesial bagi putra-putri Riau untuk menunjukkan kebolehannya di ajang pertemuan Dunia Melayu Serumpun.
‘’Selama penampilan kita mengikuti Perkampungan Pemuda DMDI, kali ini perwakilan kita sangat memukau penontonnya. Tentu ini akan menjadi semangat tersendiri bagi perwakilan kita yang tampil mengisi acara selama perhelatan Perkampungan dan Konvensyen DMDI,’’ ujar Ketua Biro Pemuda DMDI Provinsi Riau Ajis ST, usai menyaksikan penampilan perwakilan Riau.
Ajis mengaku, Perkampungan Pemuda DMDI ini sangat besar manfaatnya bagi perwakilan Riau yang berjumlah 56 orang, yakni dari DMDI Riau dan DMDI Kabupaten Siak, KNPI Bengkalis dan perwakilan pemuda Kabupaten Pelalawan. Tentunya mereka tidak hanya menjalin silaturahim sesama pemuda Melayu Serumpun, tapi ada hal lain yang lebih besar lagi, yakni menambah wawasan serta pengetahuan pemuda.
‘’Kita tidak hanya belajar dari sesame pemuda Melayu Serumpun, tapi dengan adanya perkampungan pemuda dengan sistem keluarga angkat banyak pengalaman yang kita dapat,’’ ujarnya.
Tentunya, kata Ajis, dengan hidup berdampingan didalam satu rumah bersama keluarga angkat, tentu kita bisa mempelajari adat istriadat setempat dan kemudian adat ini akan menjadi pemahaman tersendiri bagi pemuda dalam mengembangkan jati diri sebagai masyarakat Melayu.
Menurutnya, perkampungan pemuda merupakan pembinaan pemuda yang memiliki makna untuk mendekatkan pemuda Melayu Serumpun, sehingga mereka yang berlainan daerah dan negara mampu menyamakan persepsi dalam memahami Melayu yang lebih luas.
‘’Kita mengharapkan perkampungan pemuda ini terus dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya, dan kita berharap Riau juga mampu menjadi tuan rumah jika DMDI Melaka menyetujui Riau untuk menjadi tuan rumah,’’ harapnya.
Kurang Perhatian Pemerintah
Meski perwakilan Riau mampu tampil memukau dan aktif dalam berbagai pertemuan dalam helat perkampungan pemuda dan konvensyen DMDI, namun perjuangan untuk menghadiri acara tersebut cukup berat. Karena dari 54 orang perwakilan Riau ini, mereka bukan berangkat dari Riau menuju ke Desa Pulau Harapan, Bayuasin secara bersamaan dalam satu komando, melainkan berangkat secara individu dan akhirnya bergabung pada saat di Sumatera Selatan.
Seperti perwakilan Riau dari DMDI Kabupaten Siak, yang berjumlah 22 orang. Mereka berangkat dari Kabupaten Siak Kamis (27/9) pagi dengan menggunakan bus milik sekretariat DPRD Siak dan baru sampai di Perkampungan Pemuda DMDI ke-13 Desa Pulau Harapan, Banyuasin sekitar pukul 16.30 WIB.
Selama perjalanan menuju Palembang banyak cerita duka yang dialami oleh belia Riau, terutama masalah bekal dalam perjalanan. Maklum mereka yang ikut sebagai peserta perkampungan pemuda ini bukanlah orang mampu, melainkan para pemuda yang belum memiliki pekerjaan tetap. ‘’Selama perjalanan, baik menuju Palembang maupun saat pulang banyak pengalaman suka dan duka yang kita alami, terutama masalah konsumsi. Kita tidak makan selama perjalanan, karena kita tidak memiliki uang untuk bekal. Tapi karena keinginan kita kuat, akhirnya kita sampai dengan selamat,’’ ujar Andi Lesmana rombongan dari Riau.
Ia menyebutkan, saat keberangkatannya ke Palembang untuk mengikuti Perkampungan Pemuda dan Konvensyen DMDI sudah menyampaikan persoalan itu kepada pemerintah, namun tidak ada tanggapan. Tentunya ini membuat dia dan rekan-rekannya miris melihat kondisi tersebut, apalagi jika dibandingkan dengan perwakilan lain dari provinsi yang mengikuti acara tersebut, semua dibiayai pemerintah setempat.
Hal senada juga disampaikan oleh Tengku Sukma. Ia mengaku kegiatan tersebut sangat berarti bagi pemuda, makanya dengan semangat dan tekad yang kuat dirinya tetap berangkat. Meski dalam perjalanan tidak ada makan dan hanya minum air mineral. ‘’Kita ini membawa nama Riau, tapi kita tidak diperhatikan dan ini hendaknya menjadi perhatian pemerintah dimasa mendatang. Seharusnya kita bisa mengharumkan nama Riau di tingkat internasional, seperti pertemuan ini, tapi karena tidak ada biaya, maka kita tampil seadanya,’’ ujarnya.
Terhadap kondisi itu, Ketua Devisi Pemuda DMDI Riau Ajis juga mengeluhkan hal tersebut, karena sebelum helat akbar itu berlangsung, sudah disampaikan ke Pemerintah Provinsi Riau terhadap keberangkatan perwakilan Riau ke Perkampungan Pemuda dan Konvensyen DMDI ke-13 di Pelambang. ‘’Akhirnya kita berangkat dengan menggunakan dana pribadi serta patungan, dan kita sudah sampaikan ke Pemprov Riau melalui Biro Kesra Setprov Riau serta Dinas Pariwisata dan Budaya Riau, namun hasilnya nihil. Meski tidak ada dana kita mampu tampil membawa nama Riau dengan baik,’’ ujarnya.
Ajis mengharapkan, ke depan perwakilan pemuda Riau ini dapat menjadi perhatian pemerintah provinsi Riau. Karena Riau sebagai daerah yang kaya tentu sangat malu jika kondisi ini terdengar oleh daerah-daerah lain, yang diberangkatkan melalui bantuan pemerintah. Menurutnya, setiap tahun Riau terus mengutus perwakilannya untuk mengikuti kegiatan yang dinilai mampu mengangkat maruah Riau dimata internasional, khususnya di organisasi Dunia Melayu Dunia Islam.
Pertahankan Rumah Adat Limas
Perkampungan Pemuda DMDI ke-13 di Desa Pulau Harapan, Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin memiliki kesan tersendiri bagi para peserta dari Provinsi Riau. Apalagi masyarakat Desa Pulau Harapan memiliki adat istiadat yang hampir sama dengan Melayu Riau. Sehingga kondisi di Desa Pulau Harapan mampu menjadi pembanding yang ada di Riau, khususnya di Kota Pekanbaru.
Selama mengikuti perkampungan, Riau Pos bersama perwakilan Riau lain menginap di rumah orang tua angkat bersama Alfian. Selama berada di rumah orang tua angkat, kami seperti mendapatkan keluarga baru dan diperlakukan seperti keluarga oleh keluarga Alfian. Sehingga waktu 6 hari berada di rumah orang tua angkat tidak terasa lama. Apalagi suasana Perkampungan Pemuda DMDI benar-benar dirancang pesertanya berada di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota. Karena untuk menuju kota Palembang, ibukota Provinsi Sumsel harus menempuh waktu 2 jam jika kondisi jalan raya menuju ke Palembang macet, karena jalan menuju ke sana merupakan jalan lintas timur dari arah Jakarta menuju ke Pulau Sumatera dan jika kondisi jalan sepi, maka jarak tempuhnya bisa 40 menit.
Selama berada di Desa Pulau Harapan, ada pemandangan yang sangat terkesan yakni masih berdiri kokoh rumah-rumah adat asli Palembang, yakni rumah Adat Limas. Meski kondisi zaman sudah berubah dan ekonomi masyarakat sudah mulai membaik, namun pergeseran itu tidak mempengaruhi rumah adat disana. Bahkan rumah adat limas itu tetap dipertahankan, dan jika ada bangunan baru maka tidak merusak atau merubuhkan bangunan lama. ‘’Ini memang kita pertahankan dan usianya sudah mencapai puluhan tahun dan belum pernah direhab. Tentunya ciri khas rumah adat Limas ini menjadi kebanggaan kita, karena memiliki sejarah dan filosofi sendiri,’’ ujar Alfian, tokoh masyarakat Desa Pulau Harapan.
Di sepanjang jalan raya maupun jalan menuju perkampungan Desa Pulau Harapan, rumah adat Limas, yakni rumah panggung yang terbuat dari kayu masih terlihat kokoh. Sehingga ciri khas rumah adat itu tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Pulau Harapan, karena rumah adat limas itu memiliki fungsi untuk pertahanan bagi penghuninya terhadap berbagai serangan, baik manusia maupun hewan buas.
‘’Tentu rumah adat limas ini aman dari gangguan, selain nyaman karena beratapkan genteng tanah liat, juga rumah adat limas ini cukup tinggi, sehingga aman dari aksi pencurian maupun aksi binatang buas di masa silam,’’ ucapnya.
Melihat masih kokohnya bangunan rumah adat itu, Muhammad Azaki, Ketua Rombongan dari Riau juga mengaku cukup bangga, karena masyarakat masih mampu mempertahankan rumah adat tersebut. Karena jika dibandingkan di Kota Pekanbaru, kondisinya sangat berbalik arah dan di Pekanbaru rumah-rumah tua dan memiliki nilai sejarah dan adat sudah sulit ditemukan.
‘’Tapi di Desa Pulau Harapan ini rumah adat limas ini masih banyak dan masih kokoh bangunannya. Ini mencerminkan masyarakat masih mencintai peninggalan leluhur mereka dan kita berharap di Pekanbaru juga demikian. Karena masih ada sisa rumah adat Melayu di Pekanbaru harus terus dilestarikan, seperti di Kampung Bandar, Kampung Tengah Kecamatan Senapelan dan kecamatan lain yang ada di Pekanbaru,’’ harapnya.
Sempat Kecelakaan saat Pulang
Seluruh rangkaian acara Perkampungan Pemuda dan Konvensyen DMDI ke-13 di Provinsi Sumsel diikuti dengan baik oleh 54 perwakilan Riau, namun ada duka yang mendalam saat acara telah usai. Yakni rombongan Provinsi Riau yang kembali ke Pekanbaru dengan menggunakan mobil umum mengalami kecelakaan di Jalan Lintas Ukui, Pelalawan. Meski tidak ada korban jiwa, namun dari 8 orang penumpang, terdapat tiga orang penumpang mengalami luka parah, akibat kecelakaan tersebut.
Kecelakaan itu bermula ketika, supir milik travel yang membawa penumpang menuju Pekanbaru, tepatnya Kamis (4/10) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Pada saat melintas di Jalan raya Ukui, supir travel mengalami gangguan dan akhirnya menabrak truk bermuatan kayu balak yang sedang parkir dipinggir jalan.***