Penantian panjang Riska Ramadila (17) yang telah terbaring selama kurang setengah tahun tanpa diobati secara medis berakhir. Ia bakal dibawa berobat ke Jakarta. Ada dua pilihan rumah sakit yang dituju, RSPAD Gatot Subroto atau RS Cipto Mangunkusumo. Pilihan lebih sulitnya, Riska dan keluarga harus memilih operasi pembongkaran tulang atau amputasi.
Laporan EKA G PUTRA, Pekanbaru
LAGA seri I Proliga 2020 digelar di Pekanbaru, 24-26 Januari lalu. Sehari berselang, dinding-dinding laman Facebook khususnya dijejali apiknya laga-laga seru Proliga di Gelanggang Remaja melalui unggahan foto dan video. Namun ada satu postingan yang menarik perhatian pada, Senin (27/1) itu. Yakni tentang seorang perempuan asal RT 03, RW 03 Kayu Mas, Kelurahan Lipat Kain, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar.
Gadis itu bernama Riska Ramadila. Ia masih pelajar di SMAN 1 Kampar Kiri dan duduk di bangku kelas 3. Kakinya bengkak. Besarnya sampai sebesar kepala. Tepatnya di bagian lutut kanan. Dalam foto, dia duduk memegang sisi luar kaki yang membengkak. Sehari bersama, Selasa (28/1), Riau Pos mempublikasikan di koran. Setelah sehari sebelumnya mencari informasi perihal gadis manis tersebut. Ternyata dia mengalami tumor ganas stadium lanjut. Bahkan diagnosa pada Agustus 2019 di RSUD Arifin Achmad Riau, menyebut kakinya harus diamputasi.
Dari penelusuran Riau Pos pula, dia disebut atlet bolavoli sekolah. Ini karena dia bertubuh jangkung. Lebih menariknya, kakinya bengkak diawali terkilir. Karena jatuh saat bermain voli. Namun ekonomi menahan langkahnya berobat lebih baik. Diurut dan pengobatan alternatif di daerah yang berada kurang lebih 2 jam dari ibukota Provinsi Riau itu. Bahkan lebih dari ibukota kabupaten tempatnya menetap bersama orang tua. Rumahnya sempit. Laiknya di kampung.
"Kamar mandi pun jauh dari rumah. Terjatuh sekali, pas pula di lutut yang terkilir itu. Sejak itulah terus membengkak," aku Riska dalam perbincangan ringan dengan Riau Pos Ahad (2/2) lalu.
Di Lipat Kain, rumahnya berada di tengah kelurahan, berjarak hanya sekitar 2 menit dari kantor lurah, tapi nasibnya tidak bisa dibawa ke tengah. Lagi-lagi soal ekonomi. Anak pasangan Herianto dan Muzarniati ini mendatangi dokter atau ke klinik kalau hanya karena bengkak kecil di kaki. Perkiraan hanya bengkak kecil ini salah.
Sejak saat itu pula, dia hanya bisa terbaring. Karena tak mampu berobat ke kota. Orangtuanya penyadap karet. Kebun mereka tidak pula berada di tepi rumahnya di Lipat Kain. Mereka perlu menempuh jarak puluhan kilometer ke hulu Subayang, di Kampar Kiri Hulu. Untuk menyadap saja, mereka tidak bisa balik hari ke rumah kecilnya yang terbuat dari kayu di Lipat Kain itu. Kadang harus bermalam berhari-hari.
Riska memang hampir tidak bisa apa-apa lagi saat ini karena kondisi kakinya yang membengkak itu. Gadis kelahiran Batu Sanggan, Kamparkiri Hulu ini hanya bisa mengeluh, sesekali meringis menahan sakit. Ternyata berita pertama yang dimuat Riau Pos di koran cetak dan di online Riaupos.co mendapat atensi banyak pihak. Termasuk dari para pemain Proliga yang baru saja meninggalkan Pekanbaru dua hari setelah berita dipublikasikan. Salah satunya yang menghubungi dari pengurus voli Jogjakarta. Hingga kemudian kondisi Riska jadi sorotan publik. Bukan saja media lokal di Riau, namun sampai ke Jakarta. Bahkan disebut informasinya beredar cepat di istana. Media sosial bukan saja Facebook yang mengabarkan, namun juga yang lainnya.
Memang, peran rekan-rekan media mengantarkan banyak simpati bagi Riska. Mengulurkan tangan bahu-membahu membantu. Hingga pada Ahad kemarin, Riska dikunjungi pihak Dandim Kampar, tak lama berselang datang pihak BUMN dari PT Hutama Karya. Yang sedang mengerjakan tol Pekanbaru-Dumai dan ruas tol Transumatera. Tawaran berobat ke Jakarta pun disampaikan langsung kepada yang bersangkutan dan keluarga. Berobat lagi ke rumah sakit di ibukota negara memang menjadi harapan keluarga Riska. Sebab, diagnosa untuk amputasi kakinya merupakan kabar yang kurang baik diterima pemain voli andalan sekolah itu. Sehingga berupaya terus berobat dari sisi medis memang sangat diharapkannya.
"Mendengar kabarnya (Riska, red), memang kami punya program CSR untuk membantu. Jadi langsung datang dan menawarkan bantuan yang diperlukan," kata salah seorang karyawan Hutama Karya Infrastruktur Chandra di hadapan Riska dan keluarga.
Ditambahkannya, jika memang Riska perlu diagnosa lebih lanjut sebagai pemeriksaan untuk langkah penanganan, HK pun siap memboyong Riska dan keluarga yang mendampingi ke Jakarta atau daerah lain.
"In sya Allah juga sampai diobati untuk kesembuhannya, dan tentunya akan didampingi selama di Jakarta," sambung Chandra.
Paman Riska, Ulil Amril mengakui banyak yang menghubungi untuk menawarkan bantuan. Namun harapan sang keponakan agar bisa diobati lagi untuk kesembuhan belum kunjung nyata.
"Tawaran banyak, tapi kalau tak didampingi (ke Jakarta, red), kami orang kampung ini tentu bingung," akunya.
Senin (3/2), Riska dibawa ke RS Awal Bros. Kali ini pihak Dandim Kampar dari TNI AD yang membawa. Kamar dipesan oleh pihak HK. Babak baru pengobatan Riska pun datang setelah sehari dirawat dan dibesuk banyak pihak. Bahkan Bupati Kampar Catur Sugeng pun hadir membesuk.
Selasa (4/2), hasil diagnosa dokter di RS Awal Bros pun keluar. Menurut pihak keluarga, ada dua opsi yang bisa dilakukan dari hasil pemeriksaan dokter.
"Bisa opsi bongkar tulang, atau amputasi. Keluarga dalam hal penanganan ini, memang dari awal berharap bisa dibawa ke Jakarta. Karena kawan-kawan Riska dari voli juga menyarankan begitu," ujar Ulil kepada Riau Pos, Rabu (5/2) malam.
Sementara Sekretaris PT HK Muhammad Fauzan mengapresiasi dukungan banyak pihak yang siap membantu Riska. Koordinasi dan sinergi pun menurutnya akan dilaksanakan demi kesembuhan pemain voli tersebut.
"Atas nama direksi dan komisaris Hutama Karya, kami sangat prihatin atas kondisi Riska. Segala biaya yang timbul dari proses pengobatan tersebut in sya Allah akan ditanggung sepenuhnya oleh HK dengan menggunakan dana corporate social responsibility (CSR)," ungkap Fauzan.
Kondisi Semakin Membaik
Senyum sumringah terpancar di wajah gadis 17 tahun yang menderita tumor ganas di lututnya Riska. Meskipun lutut kanannya membengkak hingga sebesar bola kaki dan infus di pergelangan tangannya tak membuat Riska menunjukkan kesedihannya.
Ditemani kedua orang tua dan kerabatnya di Rumah Sakit Awal Bros Sudirman, Riska mengaku merasa lebih baik daripada sebelumnya.
"Rasanya nyut-nyutan, tapi ini mendingan karena ada ini," katanya sambil melirik infus di samping kirinya.
Sementara itu, Humas RS Awal Bros Sudirman R Sarmida Christina dan Reni Lisanti mengatakan telah menyiapkan berbagai hal dan berkoordinasi dengan Rumah Sakit Tentara (RST) untuk proses evakuasi Riska saat berangkat ke Jakarta.
"Di RS Awal Bros Sudirman, Riska sudah kami tangani dengan baik. Kami menghormati keputusan dari pihak keluarga yang meminta perawatan selanjutnya dilakukan di Jakarta. Kami juga sudah berkoordinasi dengan dr Alex, Sp OG dari RS Tentara, tinggal menunggu waktunya nanti. Karena jadwal kapan akan berangkat belum ditentukan," jelas Sarmida.(a)