78 TEWAS MEMBEKU DIJALANAN

Ketika Eropa Menjadi Kutub Es Maut

Feature | Selasa, 07 Februari 2012 - 06:58 WIB

Ketika Eropa Menjadi Kutub Es Maut
Cuaca dingin ekstrem yang melanda seluruh Eropa mengakibatkan jalan raya membeku diselimuti salju. Tampak seorang anak bermain di tengah suhu di bawah minus 15-35 derajat celcius di Kota Versonix, Switzerland, Senin (6/2/2012). (Foto: Reuters)

WINA (RP) - Benua Amerika, Eropa diselimuti salju tebal. Aktivitas masyarakat yang umumnya padat berubah menjadi sepi.

Semua orang mengurung diri di dalam rumah, menyalakan perapian atau mesin pemanas ruangan. Dunia sudah berubah, menjadi kutub es yang mengerikan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kisah fiksi sains itu pernah digambarkan dalam film berjudul The Day After Tomorrow tahun 2004, dibintangi Dennis Quaid, JO Sanders dan didistribusikan oleh 20th Century Fox.

Film itu mengisahkan bentuk ketakutan negara adidaya terhadap perubahan iklim yang disebabkan Global Warming. Kini, kisah tersebut menjadi nyata. Sudah ratusan orang meninggal dunia, termasuk 78 orang tewas di Ukraina saat beraktifitas di jalanan.

Sudah beberapa bulan ini, suhu dingin ekstrem saat melanda Eropa timur. Bukan lagi 10 atau 15 derajat, Suhu udara sudah mencapai minus 14-35  derajat celcius, atau jauh lebih dingin dari temperatur kulkas di rumah anda.

Korban jiwa akibat suhu dingin ekstrem yang menerjang wilayah Eropa itu pun terus bertambah. Sejauh ini sudah 164 orang dilaporkan tewas. Ratusan korban tersebut berasal dari negara-negara Eropa Timur seperti Bulgaria, Ukraina, Serbia, Republik Ceko, dan Rumania.

Tak hanya itu, akibat cuaca dingin tersebut akses ke wilayah desa-desa di Eropa Timur terputus. Masyarakat pun terisolasi. Sementara jalan, jaringan udara, dan kereta api juga terkendala. Konsumsi gas pun terus mengalami lonjakan di beberapa daerah selama musim dingin terberat dalam dekade terakhir ini.

Sejak akhir pekan lalu, cuaca ekstrem ini mulai merambat hingga negara bagian Eropa tengah. Di Austria, Sabtu (4/2) lalu suhu rata-rata di negara berpenduduk 8,4 juta jiwa itu mencapai kisaran minus 14 hingga minus 29 derajat celcius. Akibat cuaca dingin tersebut, 3 nyawa dilaporkan meninggal kedinginan.

Menurut laman Heute.at, pekan lalu sedikitnya tiga warga Austria meninggal karena cuaca ekstrem tersebut. Ketiga lansia itu berasal dari Provinsi Steirmark.

Laporan dari pihak kepolisian setempat menyebutkan, pria berusia 66 tahun asal Kota Karnten ditemukan tewas membeku Sabtu dini hari. Mayatnya ditemukan Sabtu pagi oleh pekerja setempat.

‘’Hasil penyelidikan sementara, dipastikan korban meninggal bukan karena pengaruh alkohol,’’ ucap juru bicara kepolisian seperti dilansir Heute.  

Kamis (2/2) di wilayah Bad Radkerburg, pihak kepolisian juga melaporkan pria berusia 50 tahun ditemukan membeku di sebuah halaman sekolah. Sehari sebelumnya, nenek berusia 83 tahun ditemukan tewas dalam keadaan membeku di daerah Neunkirche.

Sementara itu, pihak KBRI/PTRI Wina melalui Minister Counsellor Pensosbud, S Djati Ismojo mengimbau kepada warga Indonesia di Austria untuk mewaspadai perubahan cuaca dingin yang tengah melanda kawasan Benua Biru saat ini.

‘’Saya sudah mengetahui kabar tersebut (3 warga Austria tewas). Memang cuaca ekstrem sekarang ini bisa membahayakan. Kami dari KBRI mengimbau warga Indonesia untuk tetap waspada,’’ ujar Djati Ismojo kepada JPNN.

Menurut ZAMAG (Pusat Institut Meteorologi dan Geodinamik) Ausria, temperatur pada Sabtu (4/2) lalu di Austria berkisar minus 25 derajat celcius.

Suhu paling rendah mencapai minus 28,6 pada 3.100 ketinggian laut dan minus 28,3 pada dataran laut.

Di tempat olahraga Winter di Tirol sebelah barat Innsbruck, pada ketinggian 1.200 meter di malam hari menjelang temperatur mencapai minus 30 derajat yang merupakan suhu terendah di kawasan tersebut. Di Wina, suhu terendah tercatat hingga minus 14 derajat terjadi pada akhir pekan lalu.

Kondisi ini diperkirakan bakal berlanjut hingga pekan depan. Kondisi serupa juga dialami di negara-negara Eropa tengah lainnya. Di Swiss temperatur cuaca mencapai titik terendah, yakni minus 34 derajat celcius.

Di Italia, buruknya kondisi cuaca mengganggu transportasi di sejumlah wilayah. Kereta-kereta antarkota tertunda jadwalnya akibat badai salju yang menghantam negeri Pizza tersebut. Jadwal penerbangan pesawat juga mengalami penundaaan.

Menurut Heute, korban tewas di Italia hingga kini tercatat 5 orang. Di Jerman, dampak cuaca ekstrem ini membuat para pekerja jalanan menuntut kenaikan upah, sedikitnya Euro 100 per bulan (sekitar Rp1,2 juta). Kenaikan itu disuarakan para pekerja mengingat kondisi cuaca yang tidak bersahabat.

‘’Sangat masuk akal jika upah global bergantung pada kondisi temperatur. Yang kami inginkan adalah kenaikan jika suhu udara mulai minus 10 ke bawah,’’ ujar juru bicara pekerja di Jerman seperti dilansir Heute.

Jumlah korban akibat cuaca dingin di negara Eropa tengah semakin menambah panjang daftar korban. Di negara Eropa timur jumlah korban jiwa paling tinggi tercatat berada di Ukraina.

Kementerian Darurat setempat mengatakan, sebanyak 122 orang meninggal dalam delapan hari terakhir karena mengalami hipotermia dan radang dingin. Dari jumlah tersebut, sekitar 78 orang ditemukan tewas di jalanan.(jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook