IDI PRIHATIN GAYA HIDUP DOKTER GLAMOR

Mobil Mewah, Tampilan Keren, Biaya Layanan Mahal

Feature | Jumat, 06 April 2012 - 09:00 WIB

Mobil Mewah, Tampilan Keren, Biaya Layanan Mahal
Suasana parkiran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Kamis (5/4/2012). Terlihat mobil mewah milik mahasiswa kedokteran. (Foto: JPNN)

Laporan JPNN, Jakarta

Bukan rahasia lagi, gaya hidup sebagian dokter di Indonesia identik dengan kemewahan. Hal itu salah satunya ditunjukkan dengan mengendarai mobil mahal saat berdinas.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Nah, fenomena tersebut mengundang keprihatinan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Organisasi profesi itu menghimbau para dokter untuk tidak menunjukkan gaya hidup glamor.

“Harus lebih empati kepada masyarakat,” kata Prijo Sidiripatomo, Ketua Umum IDI. Prijo mengatakan, gejala hidup glamor para dokter bisa dilihat dari kendaraan mereka. Tempat parkir di rumah sakit kini dipenuhi mobil-mobil keren yang pasti mahal harganya. Bahkan beberapa di antara mobil itu ditempeli stiker IDI. Hal itu mengesankan IDI sebagai organisasi orang-orang kaya.

Menurut Prijo, banyak sekali dampak negatif ketika dokter yang membiasakan diri dengan kehidupan mewah atau glamor. Salah satunya adalah mengikis empati mereka kepada masyarakat. Terutama masyarakat miskin. Padahal, profesi dokter harus lengket dengan jiwa empati.

Jika rasa empati tersebut hilang dari jiwa dokter, yang terjadi berikutnya adalah komersialisasi layanan kesehatan. Prijo mengatakan, banyak laporan bahwa tampilan dokter yang mewah juga diikuti biaya layanan medis yang mahal.

“Masyarakat miskin takut berobat di dokter yang mobilnya mewah. Apalagi tempat prakteknya mewah pula. Masyarakat takut tidak kuat membayar,” ungkap Prijo.

Kehidupan mewah pada dokter ini sudah muncul mulai dari golongan dokter umum.

Kondisi ini semakin mencolok bagi untuk dokter-dokter spesialis. Dia menjelaskan, upaya mengikis kebiasaan menunjukkan gaya hidup mewah ini akan diserukan sejak calon dokter duduk di bangku kuliah. Lihat saja, tempat parkir fakultas kedokteran selalu dipenuhi mobil-mobil mewah. “Jika tidak milik dosen, ya mahasiswa,” ujar Prijo.

Dia meminta kampus yang menjalankan program fakultas kedokteran ikut mengsosialisasikan gerakan ini. Prijo mengatakan, IDI selalu terbuka untuk menerima masukan. Dia berharap para dokter bisa menjadi pionir untuk menghapus gaya hidup mewah.

 “Intinya kita harus ikut prihatin,” kata dia. (wws/cha)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook