CECERAN TANAH TIMBUN DI JALAN SOEKARNO HATTA

Disiram Jadi Lumpur, Dibiarkan Berkabut

Feature | Kamis, 06 Februari 2014 - 12:07 WIB

Laporan LUKMAN PRAYITNO, Pekanbaru lukmanprayitno@riaupos.co

Lebih dari sepekan terakhir, kondisi Jalan Soekarno-Hatta bagian Utara, Kecamatan Payung Sekaki sudah tidak nyaman lagi dilalui para pengguna jalan. Pasalnya meski kondisi jalan mulus, namun dipenuhi ceceran tanah timbun.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Helma Ningsih (19), terpaksa membalutkan ujung jilbabnya menutupi hidung dan mulut saat melintas di Jalan Soekarno-Hatta menuju Jalan Riau, Rabu (5/2) tengah hari.

Agar balutan jilbab tidak terlepas, tangan kirinya digunakan untuk menahan jilbab menutupi hidung. Sedangkan tangan kanannya tetap fokus menarik pedal gas sepeda motor maticnya.

Setelah melewati jalan berkabut sejauh sekitar 200 meter, mahasiswi perguruan tinggi swasta ini kembali menurunkan jilbab berwarna hitam.

Namun Helma terlihat kecawa karena jilbab yang dikenakannya tidak lagi sepenuhnya berwarna hitam. Namun telah berbaur dengan warna debu yang menempel.

‘’Perasaan sudah lebih seminggu kondisinya seperti ini, namun tidak ada juga perubahan,’’ kesalnya. Saat disambangi Riau Pos, saat ia berhenti di seberang sekolah Darma Yudha, Helma mengaku kecewa karena kondisi tersebut dibiarkan berlarut-larut.

Ditambah lagi ia mengaku salah seorang temannya sempat terpeleset beberapa hari lalu karena ceceran tanah timbun yang berubah menjadi lumpur setelah disiram warga.

‘’Sebelumnya teman saya sempat terpeleset dan jatuh di sini, untung dia berkendara pelan sehingga tidak mengalami luka serius. Mestinya kalau mereka berniat menyiram jalan, ya bersihkan ceceran tanahnya sehingga tidak dibiarkan menjadi lumpur dan membahayakan pengguna jalan,’’ tambahnya.

Panasnya cuaca, membuatnya bergegas meninggalkan jalan berdebu tersebut menuju tempat tinggalnya di Kecamatan Rumbai. Sementara Riau Pos berbalik arah menuju arah Selatan Jalan Soekarno-Hatta.

Dua orang warga terlihat mulai menyirami badan jalan, salah seorang menggunakan air yang disemprotkan melalui selang. Sedangkan yang lainnya hanya menyiram badan jalan menggunakan ember dan mengambil air dari parit di bagian barat badan jalan nasional tersebut.

Menurut Upik (40), salah seorang warga yang ditemui Riau Pos, penyiraman badan jalan yang dilakukan memang efektif mengurangi kabut akibat ceceran tanah. Namun hal tersebut juga memicu kecelakaan karena kendaraan terpeleset karena ceceran tanah timbun berubah menjadi lumpur.(eca)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook