Banjir di Perumahan Witayu Kecamatan Rumbai bukan cerita baru. Ratusan rumah di perumahan itu dan sekitarnya sudah langganan banjir belasan tahun. Bahkan ada seorang warga yang mengaku sudah 13 tahun menahan getirnya serangan banjir bandang ini.
Laporan HENDRAWAN, Kota
Sejak siang hari pertama kali Riau Pos tiba di Perumahan Witayu, Kamaruddin terlihat sibuk bersih-bersih rumah bekas terpaan banjir. Pria 53 tahun ini saat ditemui pekan lalu bukan cuma mengeringkan air yang masuk ke rumahnya, tapi juga lumpur kecoklatan yang mulai menempel di atas keramik. Hampir setengah cat rumahnya di bagian dalam maupun luar luntur.
Di beberapa sudut, bekas genangan air itu terlihat jelas bergelombang dengan warna kecoklatan. Tanda garis ketinggian air yang meredam dinding rumahnya berwarna hijau, hampir mencapai 1.5 meter.
‘’Itu bekas banjir tahun lalu, cukup lama terendam di sini, sampai ada bekasnya,’’ ungkap Kamaruddin sambil menunjuk ke arah dinding.
Warna cat bagian yang terendam dengan bagian atasnya agak kontras, bagian bawahnya sudah usang karena warna catnya sudah pudar.
Di ruang tamu itu sendiri terdapat seperangkat pankin (lantai yang dibuat tinggi di dalam rumah, biasanya terbuat dari kayu, red) yang dipenuhi barang-barang, sementara kabel-kabel listrik sudah berada di atas, begitu juga alat elektronik lain seperti Tv, kulkas dan lainnya sudah ‘’diamankan’’. Dari bentuknya, pankin ini bukan baru dibuat, kayu-kayunya terlihat sudah usang bekas terendam air.
‘’Sudah 13 tahun saya di sini, selama itu pula saya kena banjir. Sudah tak terhitung lagi barang-barang yang rusak. Kerja kami inilah, air surut dibersihkan. Nanti bisa saja airnya naik dan terpaksa setelah surut dibersihkan lagi, inilah yang kami lakukan setiap tahun semenjak pindah ke sini,’’ cerita Kamaruddin.
Rumah Kamaruddin menjadi satu dari puluhan rumah di Perumahan Witayu yang terendam. Sepenuhnya rumah ini sudah menggunakan pankin, ini dilakukan Kamaruddin untuk berjaga-jaga karena genangan air datang bisa saja tiba-tiba. Tidak siang, tidak malam, kalau banjir datang rumah ini termasuk yang menjadi korban.
‘’Makanya kalau sudah musim hujan, dag dig duglah jantung. Dia bisa datang kapan saja,’’ terang dia. Mengambil langkah aman, saat musim hujan dan banjir bandang mulai terlihat akan naik, Kamaruddin mengungsikan anak-anaknya ke rumah orang tuanya yang jauh dari lokasi tersebut.
Kini Kamaruddin semakin siaga, pasalnya saban tahun puncak banjir bandang di kawasan ini terjadi pada bulan Desember dan baru akan surut pada Januari.***