KONDISI JALAN BATU BINTANG KOTA DUMAI

Serasa Masuk Awan

Feature | Minggu, 05 Agustus 2012 - 08:49 WIB

Serasa Masuk Awan
Kondisi jalan menuju Kecamatan Dumai Barat dan Sungaisembilan rusak parah karena dilalui kendaraan bertonase besar seperti interkuler pembawa batu bara dan truk CPO. (Foto: foto-foto: M NEHZAR/RIAU POS)

Kota Dumai boleh disebut ladang duit bagi negara. Meski kota pelabuhan ini tak tergolong luas, tapi saban tahun dia bisa mencucurkan duit lebih dari Rp7 triliun buat menambah pundi-pundi negara. Sayang, setoran itu tak membuat kota tersebut mengkilap.

Laporan ERWAN SANI, Sungaisembilan

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

PERJALANAN dari Kota Dumai menuju Lubukgaung, Kecamatan Sungaisembilan, harus ditempuh kurang lebih satu jam. Padahal panjang Jalan Batu Bintang ini hanya berjarak 12 kilometer dari pusat kota.

Kamarudin, yang sudah berpuluh tahun bermastautin di Kota Dumai sambil memegang setir mobil menggerutu. Menurutnya, sudah tak sepantasnya Kota Dumai masih terdapat ruas jalan yang rusak dan buruk. ‘’Sejak tahun 2007-2012 kondisi jalan di sini dah hancur lebur. Tak dapat dipilih sikitpun. Ini akibat dump truk, interkuler dan fuso masuk ke jalan ini,’’ kata Kamarudin terus melaju mobilnya di atas badan jalan-jalan berlubang dan berkerikil tajam.

Sesekali mobil yang ditumpangi lima orang tersebut tersentak ke kiri dan ke kanan, karena Kamarudin berupaya menghindar dalamnya lubang di badan Jalan Batu Bintang. Memasuki Kecamatan Dumai Barat di Kelurahan Purnama, Kamarudin langsung mengarahkan moncong mobilnya ke jalan berukuran 4,5 meter. Menurut dia, jalan tersebut merupakan jalan pintas. Jalan berjarak kurang lebih lima kilometer menuju rumah songket tersebut kondisinya lumayan bagus dan dilewati kendaraan umum saja.

Sekitar 15 menit, kendaraan kembali memasuki ruas jalan Batu Bintang yang berlubang dan berlumpur. Setelah beberapa menit sekali lagi Kamarudin yang sudah hafal jalan-jalan pintas menuju Lubuk Gaung ini memasuki ruas jalan kecil yang lengang.

‘’Ini jalan menuju SMPN 7 Kota Dumai. Daripada ‘’menangis’’ mobil kita ini lebih baik ambil jalan pintas,’’ ucap Kamarudin yang sesekali badannya terhenyak ke kiri dan kekanan mengelak lubang sepanjang perjalanan.     

Kamarudin menegaskan, ‘setoran’ duit sebanyak triliunan per tahun tidak serta merta membuat daerah Dumai ini berdelau. Lihat saja jalan menuju ke sana, mulai dari jalan menuju kawasan industri Lubukgaung Kota Dumai tempat bongkar crude palm oil (CPO) dari berbagai daerah di Riau. Cuma 12 kilometer, tapi hancurnya minta ampun.

Rusaknya jalan menuju Sungaisembilan, membuat masyarakat menutup jalan ke komplek industri Lubukgaung beberapa waktu lalu, yang membuat ribuan truk tanki pengangkut CPO berdesakan panjang di jalanan.

Penutupan ini, membuat Pemko Dumai dan Pemprov Riau kelabakan. Pemko Dumai kelimpungan takut disebut tak menghargai investor.  12 kilometer itu statusnya milik pusat dan belum ada kejelasan pengucuran anggaran saat itu. Padahal semua tahu Jalan Batu Bintang menuju perusahaan-perusahan besar seperti, PT Sari Dumai Sejati (SDS), PT Pasific Indopalm, PT Berlian Laju Tanker dan PT Semen Padang.

Mutiara Pantai Timur Terlupakan     

Kota Dumai adalah sebuah kota di Provinsi Riau, Indonesia, sekitar 188 Km dari Kota Pekanbaru. Sebelumnya, Kota Dumai merupakan kota terluas nomor dua di Indonesia setelah Manokwari. Namun semenjak Manokwari pecah dan terbentuk Kabupaten Wasior, maka Dumai pun menjadi yang terluas. Tercatat dalam sejarah, Dumai adalah sebuah dusun kecil di pesisir timur Provinsi Riau yang kini mulai menggeliat menjadi mutiara di Pantai Timur Sumatera.

Data tahun 2012, jumlah penduduk Kota Dumai yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Melayu, Batak, Jawa, Minang, Bugis dan Tionghoa adalah sebanyak 290.000 jiwa dengan kepadatan rata-rata 156 jiwa per kilometer persegi dan laju pertumbuhan sebesar 3,7 persen  per tahun. Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk penduduknya.

‘’Selama ini  mengatakan jumlah penduduk Dumai mencapai 270 ribu jiwa. Tapi data terakhir kita peroleh jumlahnya meningkat menjadi 290 ribu jiwa. Ini diakibatkan tingginya urbanisasi dari berbagai daerah di Indonesia,’’ jelas Wali Kota Dumai, Khairul Anwar.

Dumai, juga dikenal sebagai kota minyak. Tiga industri yang turut serta memajukan Dumai secara tidak langsung adalah PT CPI (dahulu Caltex Pacific Indonesia sekarang Chevron Pacific Indonesia) yang bergerak mayoritas dalam bidang pertambangan dan ekspor minyak dan gas bumi. Kemudian PT Pertamina yang bergerak dalam bidang pengolahan dan pendistribusian minyak dan gas bumi dalam negeri serta disusul oleh industri pengolahan minyak sawit (CPO) PT BKR (Bukit Kapur Reksa).

Kota Dumai juga tercatat memainkan peranannya memiliki lima kawasan industri yang strategis yaitu Kawasan Industri Dumai (KID) di Pelintung, Kawasan Industri Lubuk Gaung, Kawasan Industri Dock Yard, Kawasan Industri Bukit Kapur dan Kawasan Industri di Bukit Timah.

Salah satu kawasan inidustri ini telah menjadi kawasan industri yang paling pesat kemajuannya di Provinsi Riau yakni kawasan industri Pelintung dan Lubuk Gaung. Di kawasan industri Pelintung telah dibangun satu dermaga ekspor dengan kapasitas tiga kapal tanker sekali sandar. Telah dibangun juga pabrik pupuk NPK dan telah berproduksi yang diyakini menjadi pabrik pupuk NPK terbesar di Asia Tenggara.

‘’Kalau cerita perusahaan besar dan hasilnya triliunan rupiah di Kota Dumai. Sayang, kota kami ini tak semanis apa yang diberikan kepada pemerintah. Sekarang mutiara pantai timur itu terlupakan dan kusam,’’ kata Saipul, warga Kota Dumai yang juga bergiat di bidang lingkungan.

Kemajuan industri begitu wah tanpa didukung infrastruktur jalan yang memadai. Dengan begitu jalan sekelas kampung yang bisa dilalui roda dua dan empat dipelasah setiap hari.

‘’Jalan Batu Bintang menuju Kawasan Industri Lubukgaung tak sanggup menahan berat dan besarnya ban interkuler dan fuso, tu. Bawaannya mencapai 40-50 ton. Tentu hancur lebur jalan,’’ jelasnya.

Sepanjang perjalanan menuju Kawasan Industri Lubukgaung, salah seorang penumpang, Rahmad, mengatakan, jalan menuju Sungaisembilan jika musim panas rasa masuk dalam awan gelap dan musim hujan masuk dalam lumpur.

‘’Rasa memasuki dalam ‘’awan’’ dan belumpur. Jadi kalau ke Dumai Barat atau Sungaisembilan, awas lubang, awan gelap (debu,red) dan lumpur menanti Anda,’’ jelas Rahmad menggerutu di samping Riau Pos saat itu.  

Dumai Dapat Rp447 Miliar

Upaya yang dilakukan masyarakat agar kondisi jalan menjadi kewenangan pusat bisa terselesaikan benar-benar jadi realita tahun 2012 ini. Pasalnya, anggaran mencapai Rp1,065 triliun yang diperuntukkan bagi Riau lebih Rp447 miliar diperuntukkan bagi Kota Dumai.

Seperti pernyataan Wali Kota Dumai, H Khairul Anwar, awal pekan lalu, untuk sekarang pemerintah pusat sudah menetapkan pemenang tender pelaksanaan pembangunan ruas jalan pusat yaitu dari Simpang Dock masuk ke Kecamatan Dumai Barat hingga Sungai Sembilan dibangun tahun 2012. ‘’Pemenang kegiatan sudah ada, jadi tahun 2012 ini sudah dimulai pembangunannya,’’ kata Khairul Anwar.

‘’Saya berharap masyarakat bisa bersabar hingga pelaksanaan kegiatan dimulai,’’ lanjut mantan Kepala Cabang Bank Riau Kota Dumai beberapa waktu lalu ini.

Ketua Komisi C DPRD Provinsi Riau, H Azis Zainal, saat melakukan kunjungan kerja ke Kota Dumai, mengatakan, untuk jalan-jalan nasional yang ada di Kota Dumai tahun 2013-2014 mendatang sudah selesai dibangun.

‘’Saya jamin itu. Dan saya berjanji bahwa jalan-jalan di Kota Dumai untuk jalan provinsi dan daerah tak ada yang rusak lagi,’’ ucap Azis Zainal dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Provinsi Riau ini.

Sebagai anggota DPRD Riau dalam kesepakatan bersama seluruh anggota DPRD untuk fokus menyelesaikan ruas jalan yang rusak di Riau. Berdasarkan data yang ada, sepanjang 1.120 kilometer jalan nasional di Riau tahun 2013 mendatang tak lagi berlubang. Makanya cucuran anggaran APBN untuk perbaikan jalan sangat besar ke Riau.

Sedangkan sepanjang 3.090 Km jalan milik Riau secara bertahap akan diperbaiki paling tidak melanjutkan anggaran untuk perbaikan jalan-jalan berlubang. ‘’Mengatasi kerusakan jalan nasional atau provinsi DPRD sudah mengajukan usulan Perda muatan lebih dan ini usulan teman-teman kita di DPRD. Karena kejadian di lapangan sering terjadi dalam buku KIR 13 ton tapi kenyataannya membawa muatan mencapai 40 ton,’’ jelasnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook