Bemo Padang Riwayatmu Kini

Feature | Rabu, 05 Februari 2014 - 20:03 WIB

Bemo Padang Riwayatmu Kini
Bemo saat ini makin sulit ditemui di Kota Padang, keterbatasan onderdil dan mekanik serta kurangnya minat masyarakat membuat moda transportasi ini terpinggirkan. Foto: Padangtoda.com/Riau Pos Group

Kendati banyaknya transportasi modern yang memenuhi sudut kota Padang. Ditambah dengan rencana Pemko Padang akan menargetkan Februari, Busway akan siap melayani masyarakat kota Padang. Sebahagian Busway telah terparkir di halaman Dinas Perhubungan kota Padang, Mata Air. Kini keberadaan Bemo sulit ditemui dikota Padang.

Roki Hardianto, Padang

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kendaraan dengan suara bising yang biasa menghiasi suasana pagi menjelang malam di Kota Padang menjadi suara yang dirindukan masyarakat pasca gempa dahsyat yang mengguncang 2009 silam. Banyak gedung pasar rusak memaksa supir bemo harus mau digusur dari lahan biasa tempat ngetem menjadi tempat jualan pedagang.

Awal beroperasi tahun 1971 silam, kini hanya sebahagian kecil bemo saja yang masih setia mengitari sudut jalan kota Padang. Di depan Bioskop Raya Padang menjadi tempat ngetem bemo, kini tidak ada lagi. Keterbatasan lahan parkir dan semakin padatnya pasar raya ditambah dengan tidak adanya perhatian pemerintah akan angkutan yang sempat mendunia ini.

Pada masa pemerintahan Zuiyen Rais, bemo pernah dilakukan peremajaan. Tetapi semenjak Fauzi Bahar menjabat menggantikan Zuiyen Rais, keberadaan bemo seakan-akan dibiarkan dan tidak perhatian khusus baik dari Dinas Perhubungan yang menangani bidang transportasi. Lahan untuk mangkal bemo sudah dijadikan relokasi pedagang kaki lima akibat penggusuran karena pembangunan pasar secara besar-besaran.

Rambun(60) yang masih setia menjadi supir bemo mengeluhkan hal ini. Pria parubaya yang biasa mangkal dibelakang bioskop Raya ini sangat prihatin dengan kondisi bemo yang semakin langka dan tidak ada perhatian dari pemerintah. Walau sebahagian besar teman-teman sesama supir bemo lebih memilih mengandangkan bemonya, akibat besarnya biaya untuk perbaiki kerusakan, ditambah dengan masyarakat tidak lagi melirik angkutan yang berasal dari India ini. Sekitar 40 bemo terpaksa tidak beroperasi karena kerusakan dan sepi penumpang serta susahnya orang menjual dan tempat memperbaiki bemo.

Rambun, pria asal Pariaman ini mengaku harus mengeluarkan uang banyak dan susahnya mendapatkan onderdil dan tenaga perbaikan di Kota Padang. "Onderdilnya ada kok menjualnya di Padang tetapi tidak lengkap, kadang harus dikirim dari Jakarta. Tidak ada bengkel resmi atau pun bengkel yang bisa memperbaikinya, bila rusak saya sendiri yang memperbaiki. Ada teman saya seorang supir truk, pernah saya tawari memperbaiki, dia tidak bisa dan tidak mengerti dengan mesin bemo" terang Rambun saat ditemui di Pasar Raya sembari menunggu penumpangnya menaiki barang bawaanya.

Masyarakat lebih memiliki angkutan yang modern dan bisa mengantarkan lebih cepat dari bemo, seperti Ojek dan Angkot denga dentuman musik dan lampu-lampu yang menghiasinya menjadi daya tarik sendiri. Mengenai angkos, Rambun mengaku sama dengan ongkos angkutan lainnya tetapi beralihnya gaya hidup masyarakat membuat marasai sebagian besar supir bemo. Ditambah dengan asap tebal yang dihasil dari pembakaran mesinnya sangat mengganggu udara segar yang sudah lama didambakan.

Diusia semakin tua ini Rambun mengaku sempat dilarang oleh anaknya, tetapi bapak yang telah berumur kepala 6 ini tidak bisa meninggalkan profesi yang telah digelutinya sejak tahun 1971. "Saya bingung bila harus berdiam dirumah, lebih baik saya menarik bemo walau dengan penghasilan tidak menentu" bebernya kepada Padangtoday.com (Riau Pos Group).

Kini bemo Rambun hanya melayani penumpang yang menyewa untuk mengangkut barang dagangannya dari pasar. Biasanya para pemilik warung makan dan restoran yang masih setia memakai jasanya. "Apabila ada pelanggan menelpon, saya langsung datang kepasar untuk menjemput dagangannya karena kalau untuk penumpang memang ditiadakan sejak gempa 2009 lalu" terang rambun lebih lanjut.

Riri (35), mengakui keberadaan bemo mulai langka. "Dulu memang sering kemana-mana menggunakan jasa bemo, tetapi sejak adanya angkutan kota dan ditambah wacana pemerintah Busway ,saya tidak lagi menggunakan jasa bemo. Suara bising dan asap tebal yang dihasilkan sangat mengganggu apalagi jalannya yang lambat dan tidak bisa mengantarkan tepat waktu" terangnya lebih lanjut.(rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook