TERPERANGKAP KABUT TEBAL, SEMPAT TERTAHAN DI POS PALANO

Cerita Pendaki Riau di Tengah Erupsi Marapi

Feature | Senin, 04 Desember 2023 - 09:32 WIB

Cerita Pendaki Riau di Tengah Erupsi Marapi
Kolom abu erupsi Gunung Marapi membubung tinggi ke atas terlihat dari Agam, Sumatera Barat, Ahad (3/12/2023). (RIDWAN/PADANG EKSPRES/RPG)

Saat Gunung Marapi mengalami erupsi Ahad (3/12) siang, banyak pendaki yang tidak sadar. Mereka hanya mendengar gemuruh seperti hujan. Namun bukan hujan yang turun, melainkan kabut tebal.

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - SAMBIL menghemat tenaga, serombongan pendaki dari Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Riau yang sudah turun dari pendakian berjalan santai. Satu di antara mereka adalah Jeni Delvi.


Jeni bersama satu temannya turun terpisah dari kelompok mereka setelah mencapai puncak Marapi pada pagi hari. Saat itu dirinya mendengar suara gemuruh, namun tidak menyangka itu adalah erupsi. ‘’Awalnya dengar gemuruh aja seperti turun hujan, tapi kuat kali,’’ kata Jeni.

Waktu itu, sekitar pukul 15.30 WIB, mereka berdua hanya melihat kabut namun tanpa ada hujan. Hanya saja kabut makin tebal. Itu terjadi saat para pendaki ini turun dari Pos 4 ke Pos 3. ‘’Begitu sampai Pos 3 baru tahu (erupsi), setelah lihat HP,’’ ujarnya.

Ini pengalaman perdana Jeni naik Gunung Marapi dari empat kali pendakian beberapa gunung. Namun ini pertama kali dirinya merasakan adrenalin benar-benar terpacu karena terancam terperangkap erupsi. Apalagi setelah melihat foto-foto dan video erupsi yang kabutnya menjulang ke angksa. ‘’Kami sudah di Pos Palano sekarang (17.40 WIB), tidak nampak (erupsi di langit). Hanya kabut tebal,’’ kata Jeni.

Jeni bercerita, begitu mengetahui erupsi, rombongan kecil pendaki itu langsung mempercepat langkah mereka turun. Harusnya mereka masih bisa santai. Jeni mengaku, dirinya dan teman-teman masih cemas bahkan ketika Tim Rescue atau Tim Penyelamat akan datang menjemput menggunakan sepeda motor dari kaki gunung. ‘’Tim Rescue sedang ke atas menggunakan sepeda motor ke Pos Palano. Katanya pakai motor,’’ ungkap Jeni.

Jumlah kelompok mereka yang sekitar 20 orang, menjadi kekhawatiran lainnya. Karena apakah cukup motor para penjemput. Namun dirinya mengaku merasa lebih aman berada di Pos Palano.

Yang dipikirkan Jeni adalah para pendaki lain yang berada di belakang, yang mereka lihat pagi dan siang hari. Selain rombongan kecil mereka, ada tiga tenda di Tugu Abel lalu ditambah dua tenda pendaki lagi yang mereka temui di jalur turun.

Begitu Tim Rescue tiba, mereka tidak langsung dibawa turun. Sekitar pukul 18.10 WIB Tim Rescue langsung melakukan penyisiran ke atas gunung. Pasalnya masih ada 35 pendaki belum sampai di Pos Palano, yaitu para pendaki dari lima tenda yang dilihat Jeni dan kawan-kawan saat turun dari puncak sejak pagi.

Jeni menyebutkan kelompoknya hingga pukul 18.30 WIB memilih menunggu di Pos Palano sambil menunggu Tim Rescue kembali. Mereka juga khawatir, karena jalur turun gunung Merapi juga tertutup kabut tebal.

Hampir satu jam putus komunikasi, baru pukul 19.20 WIB Riau Pos menerima pesan singkat dari Jeni. Dirinya memastikan mereka sudah berada di titik aman. ‘’Sudah turun dari Pos (Palano, red), ini kami sudah sampai bawah,’’ kata Jeni. Jeni dan kawan-kawan tiba di kaki Gunung Merapi sekitar pukul 19.15 WIB dalam kondisi aman dan selamat.

Informasi yang dihimpun Riau Pos dari Pos Pengamatan Gunungapi Marapi, PVMBG, Badan Geologi, KESDM, erupsi terpantau pertama kali sekitar pukul 14.54 WIB siang, kolom abu erupsi gunung terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 30 mm. Sejak sore, saat Jeni dan kawan-kawan turun dari Pos 4 ke Pos 3, Gunung Marapi dalam status waspada.***

Laporan HENDRAWAN KARIMAN, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook