My name is Rizqi,’’ begitu anak usia 9 tahunan itu mengenalkan dirinya kepada Syekh Ahmad di pelataran Masjid Al-Falah Pekanbaru, Jumat (2/8). ‘’Dia selalu berdoa untuk orang-orang Suriah, karena ia sering melihat penderitaan mereka di internet,’’ tambah ayahnya. ‘’Semoga Allah memberkahimu,’’ balas Syekh Ahmad mendoakan Rizqi.
Laporan IDRIS AHMAD, Pekanbaru
RIZQI minta foto bersama, Syekh Ahmad juga mengabadi foto mereka melalui kamera handphonenya. Syekh Ahmad adalah salah satu dari tiga imam hafiz Quran yang diundang untuk menjadi imam dan bersilaturrahim dengan masyarakat Riau selama Ramadan ini. Syekh Ahmad berasal dari Suriah, sementara dua imam lainnya yakni Syekh Mus’ab Al-Hasylamun dan Syekh Jihad Al-Rabai berasal dari Gaza. Palestina dan Suriah merupakan merupakan bagian dari negeri Syam.
Kisah keakraban seperti di atas terjadi setiap para imam berkunjung ke berbagai masjid, kampus atau majelis lainnya. Setiap kunjungan mereka di Pekanbaru maupun di daerah lainnya di Riau, masyarakat berempati atas kisah-kisah perjuangan masyarakat Gaza dan Suriah yang diceritakan para imam tersebut.
Apalagi satu di antara mereka, yakni Mus’ab merupakan salah seorang pejuang yang terlibat langsung dalam arena jihad di Gaza. Ia pernah tiga kali keluar masuk penjara Israel.
‘’Saya pernah berada di penjara Israel selama 8 tahun. Keluar masuk penjara sebanyak tiga kali. Terakhir divonis 1.400 tahun penjara oleh Israel karena saya membunuh 14 tentara mereka. Alhamduillah saya bisa berada di sini bersama saudara-saudara saya di Indonesia. Saya dibebaskan, karena ada pertukaran tahanan,’’ begitu diungkap Syekh Mus’ab Al-Hasylamun dalam setiap kesempatan di berbagai tempat yang dikunjunginya di Riau selama Ramadan ini.
Divonis 1.400 tahun, karena setiap pejuang Palestina yang membunuh satu orang Israel, maka zionis Israel akan memberi hukum 100 tahun penjara. Beruntung Mus’ab termasuk satu di antara seribu tahanan Palestina yang turut dibebaskan karena ditukar dengan satu tentara Israel Gilad Shalit yang ditawan pejuang Palestina.
Mus’ab mengisahkan, berbagai siksaan dirasakan warga Palestina di penjara Israel. Diantaranya, tahanan dipaksa duduk di kursi anak-anak selama tiga hari dengan sandaran kursi menghadap ke depan, sementara tangan dan kaki diikat dengan posisi membungkuk, lalu diberi waktu istirahat setengah, selanjutnya diduduk seperti posisi sebelumnya. Akibatnya tidak sedikit tahanan yang tulang punggungnya patah. Para tahanan diberi makanan yang jika diperuntukkan bagi binatangpun tidak layak. Tahanan pun dipaksa tidak bisa tidur, karena disenter dengan lampu ber-watt tinggi.
Dikisahkannya, ada seorang temannya yang diasingkan diruang sunyi, disiksa lalu ditinggalkan tanpa diberi makan hingga meninggal dunia. Di antara tahanan itu ada pula tahanan anak-anak. Siksaan bagi anak-anak ini tidak lebih ringan, mereka disiksa dengan tangan dibakar dan disirami air panas. Sementara itu tahanan wanita ada yang dipaksa membuka auratnya.
‘’Berbagai siksaan itu bertujuan agar para tahanan tidak lagi berjuang ketika bebas nantinya. Tapi harapan Israel itu keliru. Kami akan terus berjuang. Kami tak rela jadi budak, kami ingin jadi orang bebas,’’ katanya bersemangat.
Saat ini terdapat sekitar 10 ribu warga Palestina yang berada di penjara Israel. ‘’Rekan-rekan saya yang masih di penjara berpesan agar saya menceritakan siksaan di penjara Israel, agar orang di luar sana bisa membantu Palestina,,’’ ungkap Mus’ab di depan ratusan jamaah Masjid At-Taqwa Pangkalankerinci, Kamis (1/8).
Ironisnya, lanjut Mus’ab, kekejaman Israel terhadap tahanan Palestina itu tidak terekspos, bahkan lembaga hak asasi manusiapun dilarang masuk ke penjara.
Menurut Mus’ab apa yang mereka perjuangkan adalah untuk mempertahan kedaulatan Palestina dan membebaskan Masjidil Aqsha dari cengkeraman Israel. ‘’Saat ini tujuh pintu masuk Masjid Al-Aqsha dikuasai Israel. Al-Aqsha ini bagian dari aqidah kaum muslimin, bukan sekadar bangunan bisa. Aqsha disebut dalam Al-Quran. Israel telah menggali bagian bawah Al-Aqsha sehingga nantinya masjid itu bisa runtuh dan Israel lepas tangan dan mengatakan bahwa Al-Aqsha runtuh dengan sendirinya bukan karena perbuatan mereka,’’ ujarnya saat berbicara di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Zainab Pekanbaru.
Pada kesempatan yang sama Syekh Ahmad mengungkapkan penderitaan yang dialami warga Suriah. Tiga tahun terakhir rakyat Suriah diperlakukan secara zhalim oleh rezim berkuasa dibawah pimpinan Bashar Asad yang menganut paham Syiah Nusairiyah-Alawiyah. Sementara mayoritas dari 27 juta penduduk Suriah adalah Sunni.
Syekh Ahmad, menceritakan siksaan dan penderitaan yang dialami warga Suriah selama tiga tahun melebihi penderitaan yang dialami warga Palestina yang dijajah Israel sejak 1948.
Ahmad mengisahkan diperkirakan 150 hingga 200 ribu rakyat Suriah dipenjara oleh pemerintahnya. Mereka disiksa. Sementara itu pabrik roti sebagai sumber makan pokok mereka dihancurkan, lahan pertanian diluluhlantakkan, listrik, internet dan air bersih tidak ada, ribuan masjid dihancurkan, termasuk Masjid Khalid bin Walid. Sementra itu ratusan wanita suriah dihinakan dan diperkosa. Yang menyedihkan, orang yang ingin merawat korban luka dianggap pelaku kriminal. Warga Suriah ada yang ditodong senjata dan dipaksa untuk mengucapkan kalimat La ilaha illa Bashar (Tiada tuhan selian Bashar).
Kekejaman dan perlakuan zhalim itu mengakibatkan empat juta warga Suriah mengungsi di dalam negeri dan tiga juta lainnya mengungsi keluar negeri seperti ke Turki, Mesir dan Malaysia.
‘’Rezim Bashar dibantu oleh tentara Hizbullah (Lebanon, red), tapi sesungguhnya mereka bukan hizbullah tapi hizbu syaithon. Senjata juga dipasok dari Iran,’’ ungkap Syekh Ahmad di depan ratusan jamaah Salat Jumat (2/7) di Masjid Al-Falah Pekanbaru.
Ditambahkannya, penderitan yang dialami rakyat Suriah merupakan ujian, baik bagi rakyat Suriah maupun bagi umat Islam lainnya. ‘’Allah akan melihat siapa yang peduli (terhadap saudara seiman) dan siapa yang membiarkan. Yang tak peduli akan Allah hinakan,’’ katanya.
Soal kepedulian terhadap sesama kaum muslimin itu sering diungkap pula oleh Syekh Jihad Al-Rabai dalam setiap kesempatan, seperti berbicara di Masjid Al-Furqon Pekanbaru, Kampus Universitas Abdurrab, Islamic Centre Siak, Pesantren Al-Kautsar Kulim dan lainnya. ‘’Kami berjuang dengan jiwa dan raga kami. Kami mengharapkan bantuan doa dan dukungan dana untuk perjuangan ini,’’ ujarnya.
Sementara itu saat presentasi di Masjid Al-Falah salah seorang jamaah meminta konfirmasi kepada Syekh Ahmad terkait berita yang mengabarkan bahwa Amerika membantu perjuangan rakyat Suriah untuk menghadapi rezim Bashar Asad. Syekh Ahmad menjawab, jika benar-benar Amerika ingin menggulingkan pemerintahan Bashar maka hal itu sangat mudah dan tak perlu waktu lama, sama seperti mengguling Saddam Husein di Irak. Namun pada kenyataannya hingga saat ini Bashar masih tetap berkuasa. ‘’Jika (Amerika) membantu, itu ibarat membantu orang sakit kanker dengan obat sakit kepala. Tidak ada pengaruhnya,’’ ujarnya memberi permisalan.
Setiap usai peresentasi, banyak jamaah yang bertanya, berempati penderitaan rakyat Palestina dan Suriah, hingga mengajak berfoto bersama syekh. Meski baru sekali berjumpa, tapi suasana keakraban dan persaudaraan sangat terasa.
Menurut Pembina Tafaqquh Study Club Ustad Dr Musthafa Umar, kehadiran para imam dari Gaza dan Suriah tersebut dapat menautkan hati antara warga Riau, Gaza dan Suriah. ‘’Kalau kita hanya baca, dengar dan lihat di berita tentang perjuangan dan penderitaan mereka seolah mereka jauh. sekarang mereka hadir bersama kita di sini, inilah yang akan semakin menautkan hati, sebagai saudara seiman,’’ ungkapnya.
Kehadiran imam tersebut memimpin Salat sangat dinikmati masyarakat. Salah satunya, Suasana mengaku seperti Salat di Masjidil Haram. ‘’Kegiatan mulai Salat Isya dan Tarawih, ditambah qiamullail 8 raka’at jam 02.00. Betul-betul harus jaga do’a dan kualitas ruhiyah. Yang hebatnya ibu-ibu yg sudah sepuh tetap dalam keadaan full charge! Malu kalau yang lebih muda mengeluh ini-itu,’’ ujarnya.
Siraman Manis
Keberadaan para imam dari Palestina dan Suriah di Indonesia, termasuk di Riau dibingkai dalam helat bertajuk Silaturrahim Silaturrahim Ramadhan Imam-imam Palestina-Suriah ke Indonesia (disingkat Siraman Manis). Selain tiga imam di Riau, para imam dari Gaza dan Suriah lainnya tersebar di berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta (Jabodetabek), Bandung, Semarang, Jogjakarta, Solo, Malang, Surabaya, Madura dan Balik Papan, Bontang. Sementara itu ada pula yang ditempatkan di Malaysia.
Khusus di Riau, kegiatan imam itu terwujud berkat kerja sama lembaga kemanusiaan dan dakwah Sahabat Al-Aqsha, Sahabat Suriah, Tafaqquh Study Club, Masjid Raya Pekanbaru dan RSIA Zainab.
Ketua Sahabat Aqsha Muhammad Fanni Rahman menjelasakan kegiatan Siraman Manis dilatarbelakangi upaya untuk memperkuat jalinan hati antara Muslimin Indonesia dengan saudara-saudaranya di Palestina-Suriah yang sedang berjuang menghadapi kemungkaran besar: rezim Zionisme Yahudi (Palestina) dan rezim Nusairiyah--Alawiyah (Suriah), perlunya menjadikan Al-Quran sebagai pengikat persaudaraan sejati, yang akan bertahan di dunia dan Akhirat, memaksimalkan turunnya pertolongan Allah di bulan suci Ramahan lewat ibadah yang shahih dan khusuk, serta silaturahmi yang tulus serta membuka kesempatan seluas mungkin bagi masyarakat Indonesia untuk berjihad harta di jalan Allah, membantu saudara-saudaranya yang sedang menghadapi ujian besar di Palestina dan Suriah.
‘’Seluruh dana yang terkumpul diamanahkan kepada Sahabat Al-Aqsha dan Sahabat Suriah untuk membantu berbagai amanah kemanusiaan yang saat ini sedang dikerjakan,’’ ujarnya.
Fanni menambahkan program kemanusiaan itu adalah bantuan bagi Rumah Sakit Bedah Indonesia Malaysia di Gaza, Pusat Pengobatan Kanker Al-Huda di Gaza, Beasiswa untuk 30 orang Mahasiswa Kedokteran Palestina di Sudan, Sekolah Darurat Khaula binti Azwar di Kota Aleppo Suriah, Jaringan Rumah Sakit ACMC (Aleppo City Medical Council) di Aleppo Suriah, Klinik Darurat di Kamp Pengungsi Al-Karamah, Idlib, Suriah, Sekolah Darurat di Kamp Pengungsi Al-Karamah, Idlib, Suriah serta bantuan makanan kepada warga Suriah yang kehilangan tempat tinggal di dalam Suriah di: Aleppo, Homs, Hama, Damaskus, dan kota/desa lainnya.
Fanni menginformasikan bagi mereka yang ingin menyalurkan bantuan untuk Gaza dan Suriah dapat mengirim donasi ke Bank Syariah Mandiri No.rekening 1540006443 an M Fanni bdn Palestina atau Bank Muamalat No.rekening 9244632778. ‘’Info terbaru tentang palestina dan suriah dapat diakses melalui www.sahabataqsha.com atau www.sahabatsuriah.com,’’ katanya. ***